Jumat, 17 September 2010

Keistimewaan Kurma Ajwah

حَدَّثَنَا جُمْعَةُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ أَخْبَرَنَا هَاشِمُ بْنُ هَاشِمٍ أَخْبَرَنَا عَامِرُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلىّ اللهُ عليهِ وسلّمَ:
﴿ مَنْ تَصَـبَّحَ كُلَّ يَوْمٍ سَـبْعَ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً، لَمْ يَضُرَّهُ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ ﴾
Diriwayatkan dari sahabat Amir bin Sa’ad, dari ayahnya berkata, “Bersabda Rasulullah saw,

“Barangsiapa yang setiap pagi hari makan tujuh buah kurma ajwah. Maka, pada hari itu dia tidak akan mudah terserang penyakit dan terkena sihir.”

Kedudukan Hadis
Derajat hadis ini shahih. Terdapat dalam shahih Bukhari, bab al-Ajwah, Juz XVII, halaman 78, nomor hadis 5025.

Asbabul Wurud (Sebab Keluarnya Hadis)
Dikisahkan, Rasulullah saw jika berbuka puasa yang dimakan dahulu adalah buah kurma. Kurma yang dimakan itu diberi nama ajwah (ajua).
Ceritanya, pada saat itu ajua adalah nama anak sahabat Salaman al-Farisi r.hu, orang majusi-nasrani yang masuk Islam. Dia mewakafkan lahan kurmanya untuk perjuangan Islam.
Untuk mengenang jasa-jasanya akhirnya Rasulullah saw menamakan kurma yang dimakannya saat berbuka puasa sebagai kurma ajua.

Kunci kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ مَنْ تَصَبَّحَ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعَ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً ﴾
“Barangsiapa yang pagi-pagi setiap hari makan tujuh buah kurma ajwah”

Hadis ini menjelaskan tentang keutamaan sunnah memakan buah kurma ajwah di pagi hari. Ternyata sunnah memakan buah ajwah yang berjumlah tujuh. Benar-benar memiliki khasiat untuk pengobatan dan kecerdasan. Misalnya, kebiasaan makan buah kurma sebelum makan akan menjadikan seseorang itu cerdas. Ini cocok buat putera-puteri kita yang sedang dalam pertumbuhan. Tak terkecuali, diri kita sendiri yang sudah berusia, juga sangat tepat jika mau membiasakan diri dengan makan buah kurma ajwah sebelum makan, agar kualitas daya ingat kita menjadi stabil, bahkan cenderung meningkat; insya Allah.
Ada sebagian ilmuwan yang mencatat, bahwa kurma ajwah dapat menyembuhkan katarak. Jika dikonsumsi secara rutin selama kurang lebih antara 3-6 bulan.
Betapa rugi, jika di rumah kita tidak ada persediaan buah kurma. Apabila melihat khasiat kurma begitu lengkapnya, sebagai camilan buah yang sehat lagi menyehatkan dan mencerdaskan.
Sudah seharusnya kita memakan buah kurma bukan hanya di bulan puasa saja. Tetapi, menjadikan kurma sebagai makanan sehari-hari. Entah itu dimakan pagi hari sebagaimana yang pernah dianjurkan oleh Nabi saw. Atau, sore hari. Tentu saja semua itu diniati meniru Rasulullah saw.
Mengapa buah kurma? Sebab, penelitian yang dilakukan Badan Kesahatan Dunia (WHO) menunjukkan, bahwa zat gula yang ada dalam kurma berbeda dengan gula pada buah-buahan lain. Seperti, gula tebu (gula pasir) yang biasa mengandung sukrosa. Di mana zat itu langsung diserap ke dalam tubuh. Hal ini membuat gula itu harus dipecahkan lebih dulu oleh enzim sebelum berubah menjadi glukosa. Sebaliknya, kurma tidak membutuhkan proses demikian.
Bila dimakan oleh anak-anak, maka kurma memberi khasiat untuk mencerdaskan otak mereka. Maka, cukup baik dan berkah, apabila perempuan yang sedang hamil sering-sering mengonsumsi buah kurma. Utamanya, kurma ajwah.
Dalam surat Maryam ayat ke: 25-26 perihal Siti Maryam yang disinggung Nabi saw di atas. Allah ta’ala berfirman,

“Dan, goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu. Maka, pohon itu akan menggugurkan buah yang masak kepadamu. Maka, makan serta minumlah dan bersenanghatilah kamu.”

Waktu itu dikisahkan Ibunda Maryam hendak melahirkan Nabi Isa as di bawah pohon kurma. Lalu, malaikat Jibril datang dan menyuruh Ibunda Maryam menggoncangkan pohon kurma. Buah kurma yang matang itu berjatuhan. Dan, Ibunda Maryam memakan buah kurma yang masak. Atas ijin Allah swt dan kebesarann-Nya, proses persalinan atau kelahiran Nabi Isa as menjadi mudah.
Semua hikmah kesehatan yang terkandung pada buah kurma ajwah, dan hikmah-hikmah lain yang Mahatahu hanya Allah azza wa jalla. Alfaqir yakin, tahap demi tahap akan dibuka oleh Allah ta’ala tabir-tabir rahasia di balik setiap penciptaan, hingga seseorang itu mau meyakini ke-Mahakuasaan Allah swt. Semuanya akan sangat mungkin terungkap oleh ilmu dan sains modern saat ini atau di masa mendatang; insya Allah.

Pemahaman Hadis
1. Tashabbaha kulla yaumin. Artinya, makan di waktu pagi setiap hari.
Rasulullah saw memberikan resep jitu, supaya umatnya tidak mudah terkena penyakit dengan memberikan resep nabawiah yang tidak mengadung efek samping bagi kesehatan tubuh. Yakni, Rasulullah saw menganjurkan, agar setiap hari di waktu pagi memakan tujuh buah kurma ajwah.
Makan di waktu pagi (sarapan) secara rutin setiap hari sangatlah penting bagi seseorang yang beraktivitas. Sebab dengan sarapan akan memberi energi pada tubuh Anda.
Sarapan juga mempunyai banyak manfaat di antaranya: Memberi energi untuk otak; Meningkatkan asupan vitamin; Memperbaiki memori; Meningkatkan daya tahan terhadap stress; dan masih banyak lagi yang lain. Dan ternyata apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw dalam hadis di atas terbukti secara ilmiah di jaman modern ini.
Rasulullah saw menganjurkan untuk mengonsumsi tujuh buah kurma ajwah sebelum sarapan, agar kandungan gulannya (glukosa) terserap dengan cepat dan tersimpan di dalam hati. Sehingga kandungan tersebut bisa membantu hati dalam menghancurkan dan menetralkan racun-racun atau pun zat-zat yang buruk lainnya yang ada dalam tubuh.

2. Sab’a tamaratin. Artinya, tujuh buah kurma.
Kurma (tamar) dalam bahasa Latin disebut phonex dactylifer. Kurma boleh dimakan baik masak maupun masih mentah. Berdasarkan penelitian para ilmuwan, buah kurma sangat kaya dengan protein, serat, gula, vitamin A dan C, serta mineral seperti zat besi, kalsium, sodium dan potasium kandungan protein di dalam kurma sebesar 1.8 – 2.0 persen, serat sebanyak 2.0 – 4.0 persen dan gula sebesar 50-70 presen glukosa.
Menurut Prof Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, dalam penelitiannya, “Kurma memiliki kandungan nutrisi yang berguna bagi tubuh. Setidaknya gula (glukosa) menjadi komponen utama dengan komposisi yang mencapai 50 persen dari seluruh kandungan buahnya.”
Guru besar IPB ini juga mengatakan, kandungan gulanya lebih besar dibandingkan buah-buahan lain yang hanya mencapai 20-30 persen. Kurma yang masih lembek (matang di pohon dan belum dijemur) kandungan gulanya sekitar 60 persen. Sedangkan kurma yang telah dikeringkan kandungannya cukup tinggi, sekitar 70 persen.
Dengan kandungan gula seperti itu kurma mampu memberi tambahan tenaga bagi orang yang berbuka puasa hingga ia akan merasa segar dan bertenaga untuk beribadah tanpa rasa letih atau pun mengantuk. Biasanya, bagi yang merasa letih dan mengantuk di saat melaksanakan shalat tarawih disebabkan karena makanan yang dikonsumsi kebanyakan mengandung karbohidrat yang tidak menyediakan tenaga tambahan.
Khasiat yang ada dalam kurma ajwah sangatlah banyak sebab memang kurma ini adalah jenis kurma yang ditanam oleh beliau saw sendiri.
Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa nabi saw mendoakan kurma ajwah ini. Imam al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqolani r.hu menukil kata-kata Imam al-Khatthabi r.hu tentang keistimewaan kurma ajwah ini, “Kurma ajwah bermanfaat mencegah racun dan sihir dikarenakan berkah dari doa Nabi saw (Kitab Fat-hul Bari Syarah Shahihil Bukhari).

3. Ajwah. Artinya, kurma ajwah.
Kurma ajwah adalah kurma yang ditanam langsung oleh Rasulullah saw di Madinah. Jadi bukan kurma biasa. Kurma ajwah bentuknya tidak lebih besar dari kurma yang lainnya. Biasanya hanya setengah ibu jari orang dewasa. Warnanya lebih gelap dari kurma yang lain. Ada juga yang menyebutnya kurma Nabi. Karena memang ditanam langsung oleh tangan Rasulullah saw.
Pohon kurma ajwah ini masih ada di Madinah sampai sekarang. Keberadaan pohon kurma ajwah sudah lebih dari 15 abad sejak pertama kali ditanam oleh Rasulullah saw. Populasi pohon kurma ajwah juga tidak sebanyak kurma-kurma lain.

4. Summun wa la sihrun. Artinya, tidak terserang penyakit dan sihir.
Hadis di atas menjelaskan, bahwa kurma ajwah bisa digunakan sebagai alternatif untuk menangkal racun dan sihir. Karena kandungan yang ada di dalam kurma yang menyebabkan bisa untuk menetralisir racun. Karena itulah Nabi saw menganjurkan memakan 7 buah di pagi hari.
Lalu, kenapa bisa untuk menangkal sihir. Sebab, kurma ajwah membawa keberkahan bagi yang memakannya. Karena Nabi saw sendiri yang menanamnya. Bibit dari kurma ajwah telah bersentuhan dengan tangan baginda Nabi saw yang mulia. Yang membawa keberkahan (transmisi energi nubuwah).
Imam al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani r.hu menukil kata-kata Imam al-Khatthabi r.hu tentang keistimewaan kurma ajwah ini, “Kurma ajwah bermanfaat mencegah racun dan sihir dikarenakan berkah dari doa Nabi saw” (Kitab Fat-hul Bari Syarah Shahihil Bukhari).
Secara sains modern, kandungan glukosa yang yang sangat tinggi tersebut dapat menjadi penawar dari racun. Dr.Muhammmad Nazhim an-Nusaimi, ilmuwan Timur Tengah mengatakan, “Racun itu bermacam-macam. Keracuanan ada kalanya berasal dari luar tubuh yang masuk ke dalam tubuh melalui luka gigitan ular berbisa, melalui luka bakar yang diolesi dengan bahan-bahan yang dalam kadar tertentu bisa meracuni seperti merkurokrom (obat merah/mercurochrome), melalui makanan minuman atau juga melalui udara.
Keracuanan juga ada yang bersifat internal atau dari dalam tubuh. Seperti keracunan azoturia (kelebihan urea atau senyawa nitrogen lainnya di dalam kemih). Atau, keracunan azotemia kelebihan urea atau senyawa nitrogen lainnya di dalam darah. Gangguan usus atau racun bakteri dan parasit.
Tubuh membersihkan seluruh zat berbahaya racun-racun bakteri dan parasit. Serta yang diakibatkan oleh pembusukan bahan-bahan makanan di dalam usus. Caranya dengan mengikatnya di dalam hati bersama dengan beberapa komposisi yang di antaranya adalah glukoronik yang diproduksi oleh hati melalui proses oksidasi glukosa.
Fungsi terpenting hati adalah menetralkan dan memusnahkan komposisi-komposisi beracun. Karena itu glukosa ikut berperan dalam menetralkan dan menangani berbagai racun dan buah kurma termasuk buah yang paling kaya kandungan glukosanya.
Sementara potasium di dalam kurma berguna untuk mengatasi masalah stress, sembelit dan lemah otot. Tidak hanya itu, berkat zat besi dan kalsium yang ada pada kurma, orang bakal terhindar dari penyakit yang beresiko tinggi. Seperti: jantung dan penyakit kencing manis.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Meyakini dengan tulus ikhlas, bahwa apa yang disampikan Rasulullah saw pasti mempunyai manfaat dan hikmah yang besar bagi siapa saja yang mengimaninya.
2. Biasakan diri Anda hidup sehat dan cerdas dengan kurma, khususnya kurma ajwah.
3. Biasakan makan buah kurma, atau buah-buahan apa saja, sebelum makan-makanan yang mengandung karbohidrat.
4. Lakukan riset dan metodologi pengembangan pohon kurma, dan mencari serta melakukan penemuan-penemuan baru mengenai khasita kurman. Guna menjaga kesehatan dan kecerdasan kaum muslimin-mukmin.

Oase Pencerahan
Yakinlah bahwa apa saja yang diperintahkan oleh Rasulullah saw kepada umatnya semata untuk keberkahan hidup. Jangan sampai kita menunggu ditemukan bukti ilmiah akan kebenaran sabda Nabi saw, setelah itu baru kita berbondong-bondong percaya terhadap apa yang disabdakan Nabi saw naudzu billah nin dzalik.
Khasiat buah kurma yang telah disabdakan oleh beliau saw di atas ternyata juga dapat dibuktikan secara ilmu sains modern. Ketahuilah, bahwa seseorang yang mengosumsi tujuh buah kurma pada pagi hari didasari dengan keimanan dan keyakinan kepada Rasulullah saw. Maka, keyakinan dan kedekatannya kepada Allah jalla jalaluh akan semakin meningkat. Dengan demikian semangat moralnya juga semakin kuat. Daya tahan fisik serta jiwanya akan semakin kuat. Tidak akan ada celah bagi kekuatan-kekuatan jahat atau pun sihir yang hinggap pada diri orang tersebut. Renungkan sabda Nabi saw,
بَيْتٌ لاَتَمْرَ فِيْهِ لاَطَعَامَ فِيْهِ
“Rumah yang tidak ada kurma di dalamnya, tidak memberikan makanan bagi penghuninya” (Kitab al-Mu’jamul Kabir, Juz XXIV, halaman 298, nomor hadis 757; dari Abdullah bin Ali bin Abu Rafi’, dari neneknya Sulami r.ha. Hadis ini shahih, menurut Syaikh al-Albani r.hu).

يَاعَئِشَةُ، بَيْتٌ لاَتَمْرَ فِيْهِ جِيَاعٌ فِيْهِ أَهْلُهُ، يَاعَئِشَةُ، بَيْتٌ لاَتَمْرَ فِيْهِ جِيَاعٌ فِيْهِ أَهْلُهُ، أَوْ جَاعَ أَهْلُهُ؛ قَالَهَا مَرَّتَـيْنِ أَوْ ثَلاَثاً
“Wahai A’isyah, rumah yang tidak ada kurma di dalamnya membuat lapar keluarganya. Wahai A’isyah, rumah yang tidak ada kurma di dalamnya akan membuat lapar keluarganya. Atau, menjadikan lapar keluarga”. Diucapkan Nabi saw sebanyak dua kali atau tiga kali (Hr.Muslim, dari Ibunda A’isyah r.ha. Kitab Shahih Muslim, bab Fi Idkhalit Tamri, Juz VI, halaman 123, nomor hadis 5458. Hadis ini shahih, menurut Syaikh al-Albani r.hu). [ ]

Hikmah Sujud

حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ مُوسَى أَبُو صَالِحٍ حَدَّثَنَا هِقْلُ بْنُ زِيَادٍ قَالَ سَمِعْتُ الْأَوْزَاعِيَّ قَالَ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ حَدَّثَنِي رَبِيعَةُ بْنُ كَعْبٍ الْأَسْلَمِيُّ قَالَ :
﴿ كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ J فَأَتَـيْـتُهُ بِوَضُوْئِهِ وَحَاجَـتِهِ، فَقَالَ لِي: سَلْ، فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَـقَـتَكَ فِي الْجَـنَّةِ، قَالَ: أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ، قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ، قَالَ: فَأَعِـنِّي عَلىَ نَـفْسِكَ بِكَـثْرَةِ السُّـجُوْدِ ﴾
Diriwayatkan dari sahabat Abu Salamah, dari sahabat Rabi’ah bin Ka’ab al-Islami berkata, “Pernah diriku menginap di rumah Rasulullah saw. Saya mendatangi beliau membantu mengambilkan air untuk berwudlu dan membantu kebutuhan beliau yang lain. Kemudian, Rasulullah saw bersabda kepada saya [Rabi’ah],

“Mintalah sesuatu kepadaku!”
Rabi’ah berkata, “Saya berharap bisa bertemu dengan Engkau di surga nanti.”
Rasulullah bertanya, “Selain itu?”
Rabi’ah menjawab, “Cuma itu keinganan saya, wahai Rasulullah.”
Kemudian, Rasulullah saw bersabda, “Maka bantulah aku atas dirimu dengan memperbanyak sujud.”

Kedudukan Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim r.hu dalam Shahih-nya, bab Fadlus Sujud wal Hassu Alaihi, Juz III, halaman 40, hadis nomor 754. Di dalam Sunan Abu Dawud, bab Waqtu Qiyamin Nabi saw, Juz IV, halaman 89, hadis nomor 1125.
Juga, dalam Sunan Nasa’i, pada bab Fadlus Sujud, Juz IV, halaman 338, hadis nomor 1126. Sedang Imam Thabrani r.hu, juga meriwayatkan hadis di atas, akan tetapi terdapat perbedaan lafadz. Dia menyebutkan, bahwa Rabi’ah sering mendengar Nabi saw memperbanyak bacaan, “Subhanallah, Subhanallahur Rabbi”, di setiap malam beliau saw.

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ فَأَعِـنِّي عَلىَ نَـفْسِكَ بِكَـثْرَةِ السُّـجُوْدِ ﴾
“Maka bantulah aku atas dirimu dengan memperbanyak sujud”

Imam Ghazali r.hu berpendapat, “Ketika sujud, bagi laki-laki kedua siku hendaknya agak direnggangkan dari pinggang. Demikian pula hendaknya direnggangkan antara kedua kaki. Sebaliknya, bagi perempuan hendaknya merapatkan kedua sikunya dengan pinggang dan juga merapatkan antara kedua kakinya. Bagi laki-laki, sebaliknya bersujud dengan perut agak terangkat. Bagi perempuan sebaiknya bersujud dengan lebih merapatkan perutnya dengan pahanya. Untuk kedua telapak tangan hendaknya diletakkan di jari atas tanah sejajar dengan bahu, sambil merapatkan semua jari tangan termasuk ibu jari, tetapi boleh juga ibu jari agak direnggangkan. Yang perlu diperhatikan lagi adalah jangan meletakkan kedua tangan di atas tanah seperti cara duduk anjing. Yang demikian itu terlarang sebagaimana telah diterangkan dalam hadis Rasulullah saw.”
Berbagai penyakit, baik fisik maupun psikis, pasti akan menyerang orang-orang yang tidak bersujud kepada Rabb-nya. Pernyataan ini disampaikan oleh seorang peneliti senior Dr.Muhammad Dhiya’uddin Hamid, dosen jurusan biologi dan ketua departemen radiasi makanan di lembaga penelitian teknologi radiasi Institut Teknologi Bandung, Indonesia.
Dikatakan, “Kebanyakan orang modern mengalami berbagai penyakit, baik penyakit yang ganas, atau tidak, lebih disebabkan karena mereka kurang melakukan sujud. Kehidupan mereka serba instan, dan diperparah dengan pencemaran di sana-sini. Sehingga memperparah nasib kehidupan orang modern saat ini.”
Dalam penelitian tersebut Dr.Muhammad menganjurkan orang-orang yang mengalami stress, atau tensi naik, pusing yang berkepanjangan, atau mengalami nervous (salah satu jenis penyakit penyimpangan perilaku berupa uring-uringan, gelisah, takut, dll). Jika Anda takut terkena tumor, atau penyakit lainnya maka sujud adalah solusinya.... Dengan sujud akan terlepas segala penyakit nervous dan penyakit kejiwaan lainnya.”
Luar biasa khashiat sujud yang dilakukan oleh seorang hamba yang didasari dengan lillahi ta’ala. Allah swt juga menyatakan dalam firman-Nya,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat [Kami], mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Rabb-nya, sedang mereka tidak menyombongkan diri” (Qs.as-Sajdah [32]:15).

Pemahaman Hadis
1. (فـأعــني على نــفسك) fa`innī ‘ala nafsika. Artinya, maka bantulah aku atas dirimu.
Inilah tips Rasulullah saw, agar para hambanya dapat berkumpul dengan beliau kelak di dalam surga-Nya. Seperti yang di-azzam-kan oleh sahabat Rabi’ah r.hu. Di mana kita harus benar-benar mampu dan mau mewakafkan diri untuk mengikuti kehendak Rasulullah saw. Kita harus benar-benar dengan ikhlas, jujur, dan semangat menomor-satukan Allah untuk selalu mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah saw. Utamanya, seperti yang telah dikehendaki oleh beliau saw secara khusus. Dalam kasus sujud, misalnya.
Kita harus berjanji kepada diri sendiri dan Allah swt. Bahwa, kita benar-benar hendak mengikat kuat dengan Neraca Syariah dan segenap sunnah beliau saw.

2. (بـكـثرة الســجود) bi-katsaris sujud. Artinya, memperbanyak sujud.
Perintah memperbanyak sujud tidak hanya ada di dalam hadis Rasulullah saw saja, di dalam al-qur’an, Allah swt juga memerintahkan untuk banyak bersujud seperti dalam surat al-hajj,

“Hai orang-orang yang beriman rukuk dan sujudlah kalian, sembahlah tuhan kalian, dan berbuatlah kebajikan agar kalian mendapatkan kemenangan” (Qs. al-Hajj [22]: 77).

Dalam ayat lain,

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud” (Qs.al-Fath [48]: 29).

Sujud adalah amalan yang dilakukan oleh seorang hamba yang mengakui bahwa dirinya tidak bernilai apa-apa di hadapan Rabb-nya. Merasa rendah diri di hadapan Rabb-nya. Yang semua itu tergambar dalam bentuk dlahir seperti dalam hadis yang diriwayatkan sahabat Ibnu Abbas r.hu, dari Nabi saw telah bersabda,

“Aku disuruh sujud atas 7 tulang. Yaitu, di atas jidat. Dan, disyariatkan [ditunjukkan dengan tangannya] di atas hidungnya, dua tangan, dua lutut, dan ujung kedua telapak kaki, dan agar aku tidak menghaalngi [anggota sujud] dengan kain atau rambut]” (Hr.Bukhari dan Muslim).

Juga, diriwayatkan dari sahabat Ibnu Umar r.hu, dari Nabi saw telah bersabda,

“Apabila kamu sujud, maka tekanlah jidatmu ke bumi dan janganlah mencontok dan janganlah mencontok seperi burung mencontok” (Hr.Ibnu Hibban)

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
a) Perbanyak sujud dengan ikhlas semata karena mengharapkan ridla-Nya.
b) Biasakan banyak mendirikan shalat sunnah, dengan memperlama sujud.
c) Pelajari terus bagaimana sujud Rasulullah saw, sehingga kita mendapatkan kebenaran dan kesempurnaan dalam sujud.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Kejujuran sahabat Rabi’ah r.hu membuahkan sesuatu yang membahagiakan dirinya. Bahkan, apa yang menjadi pertanyaan dia, sekarang kita dapat mengikuti apa yang pernah ditanyakan secara langsung kepada Rasulullah saw. Hingga akhirnya, kita pun dapat mendapatkan lompatan keyakinan mengenai praktek sujud. Dan, ternyata hal itu merupakan tips sederhana yang dapat menjadikan seorang muslim-mukmin kelak di akhirat dapat berkumpul dengan Rasulullah saw; wa-llahu a’alam.

Oase Pencerahan
Bersujud, itulah takdir manusia sebagai makhluk. Sujud adalah fitrah manusia yang tidak bisa dilanggar seperti alam yang stabil dan tentram karena sujud kepada Rabb-nya maka seperti itulah juga manusia.
Ditinjau dari segi kesehatan tubuh sujud mempunyai manfaat yang sangat besar. Ketika seseorang melakukan sujud dengan baik dan benar sesuai sunnah sangatlah baik bagi kelancaran peredaran darah.
Bersujud dengan meletakkan tangan di depan lutut membuat semua otot tersebut di atas berkontraksi, yang mengakibatkan bukan saja otot-otot akan menjadi besar dan kuat. Tetapi urat-urat darah seperti pembuluh nadi (arteria), dan pembuluh darah balik (venae), serta urat-urat getah bening (lympha) akan terpijat dan terurut. Sehingga peredaran darah dan lympha menjadi lancar.
Posisi sujud sangat membantu pekerjaan jantung dan menghindarkan mengkerutnya dinding-dinding pembuluh darah (ateriosclearosis). Demikian pula otot otot yang bekerja dapat menghasilkan energi panas yang diperlukan dalam proses pencernaan zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh manusia sebagai zat hidrat arang, putih telur, lemak vitamin, mineral, dan lain-lain. Otot-otot yang bekerja akan melancarkan aliran darah untuk membuat zat-zat kotor yang berasal dari zat makanan tersebut.
Dan, satu hal yang menajkubkan dari gerakan sujud yang dilakukan secara benar, adalah sirkulasi darah di dalam otak menjadi lancar dan merata. Perlu diketahui, otak adalah anggota tubuh yang terpenting, ia sebagai sentral keinginan dan tindakaan manusia. Oleh karena itu apabila otak sekejap saja tidak mendapatkan darah, maka manusia pasti mati.
Abdurrahman al-Asymawy, seorang ulama terkemuka berkebangsaan Mesir dalam bukunya yang berjudul “Basysyiru wa La Tunffiru,” mengatakan, “Setiap hari tubuh menyerap cahaya dan tenaga listrik magnetis yang tak sedikit jumlahnya melalui perangkat-perangkat listrik yang kita gunakan. Sehingga dengan demikian tubuh ini menjadi alat untuk menyerap cahaya listrik magnetis dalam jumlah banyak. Artinya, tubuh mengangkut sejumlah tenaga listrik tanpa kita sadari. Ketika kita mengalami influenza, badan terasa pegal, berat, sesak, malas, dan lemah. Ini menandakan bahwa tubuh sedang merasakan sesuatu dari muatan magnetis tersebut. Lalu bagaimana jalan keluarnya? Melalui riset ilmiah, seorang peneliti Barat yang non-muslim mengemukakan bahwa metode paling jitu untuk “mensucikan” tubuh dari kandungan listrik positif (yang berbahaya bagi tubuh) adalah dengan mengarahkan ubun ke bumi (tanah) lebih dari sekali. Karena, tanah itu sifatnya negatif, maka ia akan menarik muatan listrik yang positif yang terdapat dalam tubuh.”
Hal yang sama juga terjadi pada aliran (kabel) listrik dari gedung-gedung yang dialirkan ke dalam tanah. Tujuannaya adalah untuk menarik muatan listrik yang ada pada petir ke arah tanah. Lebih jauh, dia menjelaskan metode paling tepat adalah menempelkan ubun-ubun ke tanah secara langsung seraya memfokuskan arah pandangan ke arah pusat bumi. Karena, dalam keadaan seperti itu, muatan listrik yang ada dalam tubuh akan terserap oleh bumi sacara lebih kuat dan dalam jumlah yang banyak. Dan yang lebih mengagumkan, adalah seperti yang kita ketahui bersama, bahwa secara ilmiah pusat bumi adalah Makkah al-Mukarramah. Lebih tepatnya lagi adalah Ka’bah, sebagaimana yang terdapat dalam kajian-kajian geografis dan disepakati oleh mereka yang ahli di bidangnya. Jika demikian, sujud kepada Allah swt yang kita lakukan setiap kali melaksanakan shalat adalah merupakan sarana yang paling tepat untuk membuang muatan-muatan listrik berbahaya tersebut. Sekaligus menjadi sarana yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Sujud secara psikis mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kehidupan seorang muslim-mukmin, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Di antara manfaat sujud yang dilakukan seorang muslim-mukmin kepada Rabb-nya adalah,

1. Sujud dapat menghantarkan manusia hingga begitu dekat kepada Allah swt. Sujud pun dapat membuat sebuah doa menjadi ampuh lagi mujarab dan langsung diterima oleh Allah ta’ala. Dinyatakan oleh Rasulullah saw dalam hadisnya,

“Jarak terdekat seorang hamba kepada Rabb-nya adalah saat si hamba sedang sujud. Maka, perbanyaklah doa saat sujud” (Hr.Muslim, dari sahabat Abu Hurairah r.hu).

2. Sujud dapat menjadikan masuk surga besama Rasulullah saw. Sebagaimana dijelaskan dalam al-qur’an,

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri, dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. … Dan, siapakah yang lebih menepati janjinya [selain] daripada Allah? Maka, bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar. Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, memuji [Allah], yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat makruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan, gembirakanlah orang-orang mukmin itu” (QS. at-Taubah [9]: 111-112).

3. Sujud dapat mengangkat derajat manusia. Jika ada orang di antara kita suka diremehkan oleh manusia lain, maka ia harus banyak bersujud kepada Allah swt. Bila ada yang selalu terhina, maka perbanyaklah sujud. Jika merasa hidup berlumur dosa dan kesalahan, sujudlah cara penghapusannya. Dan bila ada yang merasa selama ini di kehidupannya banyak kerupekan dan kebuntuan dalam berbagai hal, bisa rizeki dan lain sebagainya, maka memperbanyak sujud adalah kuncinya. Diriwayatkan dari maula Rasulullah saw, Abu Abdillah (Abu Abdirrahman Tsauban) r.hu berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda,

“Kamu harus banyak bersujud. Sebab, bila kamu bersujud sekali saja kepada Allah swt, maka dengannya Allah akan mengangkat dirimu satu derajat, dan melenyapkan satu dosa [keburukan] yang kamu perbuat” (Hr.Muslim). 

Memahami Ke-Mahakuasaan Allah Dengan Terjadinya Fenomena Alam

حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الأَشْعَرِيِّ عَبْدُ اللهِ بْنُ بَرَّادٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاَءِ قَالاَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدٍ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ  قَالَ:
﴿ خَسَـفَتِ الشَّـمْسُ فِي زَمَنِ النَّـبِيِّ J فَقَامَ فَزِعًا يَخْـشَى أَنْ تَكُوْنَ السَّاعَةُ حَـتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّيَ بِأَطْوَلِ قِـيَامٍ وَرُكُوْعٍ وَسُجُوْدٍ مَا رَأَيْـتُهُ يَفْـعَلُهُ فِي صَـلاَةٍ قَـطُّ ثُمَّ قَالَ إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِيْ يُرْسِلُ اللهُ لاَ تَكُوْنُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ، فَإِذَا رَأَيْـتُمْ مِنْـهَا شَـيْئًا فَافْـزَعُوْا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْـتِغْـفَارِهِ ﴾
Dari sahabat Abu Musa al-As’ari r.hu ia menuturkan,

“Pernah terjadi gerhana matahari pada jaman Rasulullah saw. Nabi saw lalu berdiri takut, karena khawatir sekiranya akan terjadi kiamat. Sehingga beliau mendatangi masjid. Beliau kemudian mengerjakan shalat dengan berdiri, rukuk, dan sujud yang lebih lama. Saya belum pernah melihat Nabi melakukan shalat sedemikian rupa.”
Nabi saw kemudian bersabda, “Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian seseorang atau kehidupan seseorang. Akan tetapi Allah menunjukkan untuk membuat takut para hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian di antara tanda tersebut. Maka, bersegeralah untuk berdzikir, berdoa, dan memohon ampunan kepada Allah.”

Kedudukan Hadis
Hadis di atas diriwayatkan dari sahabat Abi Musa al-As’ari r.hu. Terdapat dalam Shahih Muslim, Juz IV, hadis nomor 1518, halaman 465. Dan, pada Sunan Nasa’i, Juz V, hadis nomor 1486, halaman: 409. Juga, terdapat pada Shahih Ibnu Hibban, Juz XII, hadis nomor 2894, halaman: 154; Serta, terdapat di dalam Shahih Ibnu Huzaimah, Juz V, hadis nomor 1297, halaman: 200.

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ فَإِذَا رَأَيْـتُمْ مِنْـهَا شَـيْئًا فَافْـزَعُوْا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْـتِغْـفَارِهِ ﴾
“Jika kalian melihat sebagian di antara tanda tersebut. Maka, bersegeralah untuk berdzikir, berdoa, dan memohon ampunan kepada Allah”

Hadis ini telah memberikan Kecerdasan Motivasi kepada segenap kaum mukminin. Bahwa, setiap ada perisitiwa alam, hendaknya segera memohon ampunan kepada Allah azza wa jalla. Di samping terus bertaubat kepada-Nya dengan istiqamah.
Peristiwa alam seperti: Gerhana matahari; Gerhana bulan; dan Kemarau panjang. Adalah bagian dari sunnatullah yang terjadi dalam siklus alam. Karenanya, tidak dibenarkan jika dikaitkan dengan mistik yang berbau klenik.
Memang jika kita menggunakan ilmu tenger --meminjam istilah bangsa Jawa kuno. Segala sesuatu yang terjadi di alam universum ini dapat di-tenger. Sehingga di masa-masa mendatang segala sesuatu itu di-tenger dari suatu kejadian yang pernah terjadi dan dialami. Memang tidak 100% tepat dan akurat. Namun, setidaknya dapat dijadikan acuan untuk berbuat yang benar.
Seringkali, fenomena alam dan tanda-tanda alam berubah-berubah menurut sunnatullah. Perubahan sedikit, hal itu dapat mengarah terjadinya sebuah perubahan yang besar. Dan tidak sedikit, terjadinya perubahan itu membawa petaka, nyawa, dan korban.
Prinsipnya, setiap terjadi fenomena alam, umat manusia harus segera bertasbih kepada Allah azza wa jalla. Yang ditandai dengan: Meningkatkan kualitas dzikrullah; Memperbanyak berdoa dengan Allah jalla jalaluh; Bertaubat kepada Allah swt; dan Mendekatkan diri dengan Allah ta’ala.
Hadis di atas juga memberikan Pembelajaran Sifat (Character Learning). Jika terjadi goncangan apa pun di dunia, segeralah masuk ke dalam masjid. Lalu, tunaikan shalat dua rakaat. Sebagai wujud permohonan keselamatan buat diri dan keluarga, serta masyarakatnya.
Silahkan perhatikan orang-orang sekarang, yang konon disebut orang moderen, ternyata setiap menghadapi kegoncangan lebih memilih ke tempat-tempat yang mereka anggap dapat menjadikan dirinya selesai masalahnya. Padahal yang terjadi justru masalahnya semakin bertambah. Mari ditingkatkan Habits Bermasjid kita. Sehingga semakin kecil musibah dan fitnah yang terjadi di kehidupan kaum muslimin-mukmin. Insya Allah; amin.

Pemahaman Hadis
1. (فقام فـزعا يخـشى) faqāma fazi’ān yakhsā. Artinya, berdiri takut dengan rasa khawatir.
Kebiasaan Nabi saw jika terjadi fenomena alam. Seperti: Gerhana matahari; Gerhana bulan; atau datangnya awan hitam, Rasulullah saw selalu merasa khawatir, hal itu merupakan datangnya Hari Kiamat. Dan, tidak jarang beliau saw berdiri dengan rasa takut dan tubuh yang menggigil disebabkan iman beliau kepada Allah azza wa jalla.

2. (أتى المســجد) atāl masjida. Artinya, mendatangi masjid.
Selalu Rasulullah saw, jika terjadi gerhana beliau lalu mendatangi masjid. Kemudian, menunaikan shalat gerhana. Yang beliau lakukan dengan berdiri agak lama, dua kali ruku’, dan dua kali sujud dalam satu reka’at. Begitu hingga beliau menyelesaikan dua reka’at. Lalu, dilanjutkan dengan khutbah gerhana, apabila ditunaikan secara berjama’ah.
Bandingkan dengan umat Islam. Yang konon katanya mengimani Muhammad bin Abdullah sebagai rasulullah. Ternyata, masih banyak dari mereka, jika terjadi gerhana, apakah gerhana matahari maupun gerhana bulan tidak mendatangi masjid untuk shalat.

3. (إن هـذه الآيـات الـيى يرســل الله) inna hādzihil āyātil latī yursilullāhu. Artinya, ini [gerhana] adalah tanda-tanda ke-Mahakuasaan Allah yang ditampakkan.
Gerhana terjadi karena peristiwa alam biasa. Tidak ada sangkut-pautnya dengan dunia mistik, yang bercampur klenik.
Bagi seorang mukmin terjadinya gerhana harus menambah keimanan, ketakwaan, dan kedekataan diri kepada Allah swt. Sebab, dalam peristiwa gerhana terdapat sunnatullah. Bahwa, pada ketetapan Allah ta’ala selama bumi berputar pada poros dan eklipnya. Begitu juga dengan bulan yang menjadi satelit bumi. Lalu, keduanya bersama-sama mengitari matahari selalu akan terjadi gerhana, baik bulan atau matahari. Dan, peristiwa alam itu akan terus berlangsung hingga datang Hari Kiamat; wa-llahu a’lam.

4. (ذكـــــره) dzikrihi. Artinya, mengingat Allah.
Rasulullah saw telah memberikan Pembelajaran Sifat, jika terjadi fenomena alam. Beliau langsung dzikrullah. Benar-benar Nabi saw mengagungkan ke-Mahabesaran Allah ta’ala. Mengenai hal ini Allah swt menyatakan dalam firman-Nya,

“Dan, janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik” (Qs.al-Hasyr [59]: 19).

5. (دعائه) du’ā`ihi. Artinya, berdoa kepada Allah.
Apabila terjadi fenomena alam, seperti terjadinya gerhana. Rasulullah saw terus berdoa kepada Allah ta’ala dengan memohon keselamatan dan perlindungan kepada-Nya. Seperti disabdakan Nabi saw,

“Doa itu adalah pedang orang yang beriman.”

6. (اســتغــفاره) istighfārihi. Artinya, memohon ampunan kepada Allah.
Setiap terjadi peristiwa gerhana, Rasulullah saw selalu memohon ampunan kepada Allah swt. Seperti diriwayatkan sahabat Anas bin Malik r.hu, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersbda, “Allah ta’ala berfirman,

“Hai anak Adam, selama kamu berdoa dan berharap kepada Ku. Pasti Aku ampuni dosa yang telah kamu perbuat, dan Aku tidak perduli berapa pun banyaknya. Hai anak Adam, andaikan dosa-dosamu bagaikan awan di langit. Kemudian kamu memohon ampun kepada Ku. Pasti Aku mengampunimu. Hai anak Adam, sesungguhnya andaikan kamu datang kepada Ku dengan membawa dosa seisi bumi. Kemudian kamu menghadap Aku sedangkan kamu tidak menyekutukan Aku. Maka, Aku akan mengampuni dosa yang seisi bumi banyaknya itu” (Hr.Tirmidzi).

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Bersyukurlah kepada Allah swt, karena masih diperkenan dapat berjumpa dengan peristiwa gerhana.
2. Dirikan shalat dua raka’at ketika terjadi gerhana, baik gerhana matahari dan gerhana bulan; sebanyak dua raka’at. Yaitu, setiap satu raka’at ditunaikan dengan dua kali ruku’ dan dua kali sujud.
3. Jadikan masjid rumah pertama di kehidupan Anda, rumah yang disinggahi adalah rumah ke dua. Sedangkan rumah masa depan adalah kuburan (maqbarah).
4. Setiap terjadi fenomena alam biasakan untuk: dzikrullah; berdoa; dan memohon ampunan kepada Allah ta’ala.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Dalam hadis pembahasan kali ini, Anda dapat mengambil c-lear (character learning) dari Rasulullah saw. Yakni, setiap terjadi fenomena alam. Beliau saw selalu langsung mengingat ke-Mahabesaran Allah jalla jalaluh. Inilah buah tauhid yang murni. Dan, kita harus segera dapat meniru sikap mental dan perilaku tersebut.
Secara implementatif Rasulullah saw langsung melakukan Akselerasi Sikap Menatal (Attitude Acceleration) yang berupa: pergi ke masjid; shalat sunnah; dzikrullah; berdoa; dan memohon ampunan kepada Allah swt. Inilah Perubahan Perilaku (Behavior Transformation) yang hebat lagi dahsyat.

Oase Pencerahan
Hadis di atas menjadi Kecerdasan Motivasi kita sebagai seorang yang muslim-mukmin. Bahwa, setiap terjadi peristiwa fenomena alam. Hal itu menjadi tanda, bahwa Allah azza wa jalla adalah Mahakuasa dan Mahabesar dengan setiap takdir dan kehendak-Nya. Ini dasar-dasar tauhid yang harus dimiliki oleh seorang muslim-mukmin.
Jadi, tidak usah mengait-ngaitkan dengan peristiwa-peristiwa yang dicari-cari atau diada-adakan. Yang seolah-olah hal itu benar adanya. Padahal yang terjadi tidaklah demikian, ini dapat merusak akidah, syariah, dan akhlak seorang muslim-mukmin. Ini yang menurut al-qur`an, “Setan itu pandai menghiasai pikiran manusia. Sehingga manusia itu menyangka pikirannya benar. Padahal yang terjadi dia terputus dari jalan Allah.” Sekali lagi hindarilah persangkaan dan berpikir yang mengada-ada, karena itu dapat mengakibatkan tauhid seseorang condong pada kerusakan dan kelemahan yang nyata.
Sebagai “Oase Pencerahan” kita, hadis di atas, harus terus mampu mendorong diri kita untuk selalu mau melakukan Pembelajaran Sifat ketika terjadi problematika sosial dan fenomena alam. Karena semua yang terjadi di dunia ini telah berada dalam ketetatapan-Nya.
Sehingga di keseharian hidup kita selalu memiliki kekuatan dan kecerdasan: Akidah; Syariah; dan Akhlak. Dan, ini merupakan modal dasar untuk meraih hidup yang mulia di dunia dan di akhirat 

Tips Masuk Surga

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ J:
﴿ إِنَّ فِي الْجَـنَّةِ غُرَفًا، تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا، فَقَامَ أَعْرَابِيٌّ، فَقَالَ: لِمَنْ هِيَ يَارَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ، وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَدَامَ الصِّيَامَ، وَصَلَّى للهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ﴾
Dari sahabat Ali r.hu ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda,

“Sesungguhnya di dalam surga ada kamar-kamar tertentu yang bagian dalamnya dapat dilihat dari bagian luarnya, dan bagian luarnya dapat dilihat dari bagian dalamnya.” Orang-orang badui berdiri kemudian bertanya, “Untuk siapa kamar itu wahai Rasulullah?” Rasulullah saw bersabda, “Kamar-kamar itu untuk: Orang yang memperbaguskan perkataan kepada saudaranya; Memberi makan kepada orang lain; Melanggengkan puasa; dan Mengerjakan shalat lail di saat orang-orang sedang tidur”

Kedudukan Hadis
Hadis di ini diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash r.hu. Terdapat dalam Sunan at-Tirmidzi Juz VII, hadis nomor 1907, halaman 257. Dan, dalam Shahih Ibnu Hibban Juz I, hadis nomor 510, halaman 11. Juga, dalam Shahih al-Hakim Juz I, hadis nomor 248, halaman 260.
Sementara, Ibnu Abi Saibah mencatat dalam Juz VIII, hadis nomor 19, halaman 70. Dan, Imam Thabrani pada Juz IV, hadis nomor 1215, halaman 194. Imam Baihaqi dalam Juz VII, hadis nomor 3210, halaman 363. Dan, Imam Abu Ya’la dalam Juz I, hadis nomor 408, halaman 412.

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا ﴾
Pada riwayat di atas Rasulullah saw menggambarkan keindahan surga dengan keindahan yang tiada bandingnya. Yang mana diterangkan, bagian dalam surga bisa dilihat dari luar dan sebaliknya. Sebagaimana dinyatakan-Nya,

“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang shalih ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera” (Qs. al-Hajj [22]: 23).

Juga, dalam firman yang lain,

“Mereka itulah [orang-orang yang] bagi mereka surga 'Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal. Sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah” (Qs. Al-Kahfi [18]: 31).

Pemahaman Hadis
1. (أطاب الكـلام) athābal kalām. Artinya, lembut ketika berbicara.
Ada pepatah yang mengatakan, “Jagalah lisanmu niscaya bahagia hidupmu.”
Dikatakan juga, “Mulutmu adalah harimaumu”. Sebagaimana Allah telah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar” (Qs. al-Ahzâb [33]: 70).

Mengenai hal itu, Rasulullah saw juga telah memberikan keterangan dengan sabda beliau saw,

“Siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam” (Hr. Bukhari dan Muslim).

“Barangsiapa dapat menjaga antara kumis dan jenggotnya [yakni lidah], dan antara kedua kakinya [yakni kemaluannya]; maka aku jamin surga” (Hr. Bukhari dan Muslim).

2. (أطـعم الطـعام) ath’amath tha’am. Artinya, memberi makan.
Memberi makan orang lain adalah perbuatan yang mulia, dalam memahami kata ini sebenarnya seorang muslim-mukmin diajari oleh Rasulullah saw untuk berperilaku derma dan pemurah. Suka berkurban untuk kepentingan masyarakat, dan mau mengulurkan tangannya kepada siapa saja yang memerlukan.
mindSET pemikiran yang dibangun Rasulullah saw, menjadi seorang muslim harus membiasakan diri dengan “tangan di atas”. Sebaliknya, harus malu manakala “tangannya di bawah”. Inilah sebuah Kecerdasan Sosial yang hendak dibangun oleh dinul Islam.
mindSET “tangan di atas” harus menjadi kebanggaan umat Islam. Inilah perbuatan yang disukai Rasulullah saw. Walau kepada orang kafir sekalipun, beliau saw tetap santun dan suka memberi. Sebagaimana dikisahkan, setiap pagi beliau memberi makan orang Yahudi buta yang ada di sudut jalan. Meski si Yahudi setiap kali diberi makan, setiap kali pula ia mencaci-maki Rasulullah saw. Namun beliau tetap santun dan tetap memberi makan. Hingga akhirnya, setelah beliau wafat si Yahudi masuk Islam di tangan sahabat Abu Bakar r.hu. Lantaran merasa berhutang budi dengan Rasulullah saw.

3. (أدام الصـيام) adāmash shiām. Artinya, melanggengkan puasa.
Puasa adalah resep terbaik untuk hidup sehat. Ingin hidup sehat berpuasalah. Sampai detik ini ilmu kedokteran tetap mengakui, dan akan selalu mengakui bahwa puasalah terapi yang paling baik guna menjaga sekaligus menyembuhkan penyakit.
Seseorang yang banyak makan, niscaya dia akan sakit-sakitan. Orang modern ternyata orang yang rakus dengan makanan, sebab mereka tidak dapat mengendalikan diri mereka. Malam hari yang seharusnya istirahat, tetapi orang modern waktu malamnya dihabiskan dengan begadang dan banyak makan. Akibatnya, orang modern hidupnya sakit-sakitan, karena hidup mereka tidak memenuhi standar hidup sehat. Seperti: Istirahat cukup; Makan makanan bergizi; Pikiran tidak stress; Olah raga teratur; Dzikrullah yang banyak; dan Rajin berpuasa sunnah.
Sayang umat Islam di era modern kebanyakan dari mereka sudah tidak lagi memperhatikan sunnah Nabi saw. Mereka banyak yang menyepelekan sunnah Nabi saw. Anehnya, mereka mengadopsi nilai-nilai lain di luar Islam yang belum tentu kebenaran dan validitasnya. Akibatnya, umat Islam dijadikan sasaran empuk kaum lain, atau menjadi pangsa pasar mereka. Sebut saja pengikut bisnis MLM (multi lavel marketing) adalah umat Islam awam. Artinya, awam mereka adalah kaum al-ājiz, bukan al-kayyis.
Mengenai menejemen perut, Rasulullah saw telah memberikan contoh nyata. Di mana beliau saw selalu, “Makan sewaktu lapar, dan berhenti makan sebelum kenyang.” Dan, dalam kesempatan yang lain beliau saw juga bersabda,

“Orang mukmin makan dengan satu usus. Sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus” (Hr.Bukhari).

Di dalam sirah juga terdapat keterangan, bahwa Rasulullah saw hidupnya lebih banyak puasannya ketimbang tidak puasa. Sekalipun dengan enjoy mengganti-ganti model puasanya. Suatu kali puasa Senin-Kamis. Suatu ketika puasa tanggal 13, 14, dan 15. Suatu ketika puasa sunnah Nabi Dawud as. Juga, suatu ketika puasa sunnah di bulan Sya’ban; wa-llahu a’lam.

4. (صلى لله باللـيل والناس نـيام) shalla lil-lāhi bil-laili wan-nāsu niām. Artinya, beribadah shalat di waktu malam hari di saat manusia lain tidur.
Sebagaimana telah difirmankan Allah azza wa jalla, di mana disifati dengan seseorang yang lambungnya jauh dari tempat tidurnya, karena waktu malamnya dihabiskan untuk beribadah kepada Rabb-nya, padahal orang lain masih asyik dengan tidur mereka,

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan.” (Qs.as-Sajdah [32]: 16).

Seorang hamba Allah swt mendirikan shalat lail, atau menghidupkan lail-nya dengan beribadah kepada Allah azza w jalla, semata untuk memanifestasikan rasa syukur kepada Allah jalla jalaluh. Tidak yang lain. Jika ada dampak (pengaruh) atau keutamaan dari shalat lail, itu merupakan bagian integral dari praktek shalat lail, yang semata hak Allah swt untuk menganugerahkan kepada para hamba Allah yang: Istiqamah; Mudawamah; dan Lillahi ta’ala dalam pelaksanaannya.
Seperti diterangkan dalam sebuah hadis Nabi saw, yang diriwayatkan oleh Ibunda A’isyah r.ha. Di mana suatu ketika Ibunda ‘Aisyah r.ha menuturkan, “Suatu ketika dia bertanya kepada Rasulullah saw terkait dengan kebiasaan shalat malam beliau, hingga kedua tumitnya merekah-rekah, “Kenapa engkau melakukan ini, wahai Rasulullah saw? Padahal dosa engkau yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni?” Rasulullah saw bersabda,

“Apakah aku tidak pantas menjadi seorang hamba yang pandai bersyukur?” (Hr.Bukhari dan Muslim).

Jadi, dalam pendirian shalat lail semangatnya karena cinta kepada Allah swt. Bukan karena ini dan itu. Seperti digambarkan oleh para pelaku suluk sejati, “Ruhbānun bil-laili wa fursanun bin-nahāri"; jika datang malam hari seperti bidadari yang manunggu sang kekasih, apabila datang siang hari laksana singa yang garang."

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Jagalah lisanmu niscaya bahagia hidupmu.
2. Tolonglah makhluk Allah yang di bumi, niscaya makhluk Allah yang ada dilangit akan menolong kalian.
3. Perbanyaklah puasa sunnah, sebab Rasulullah saw dan para sahabat banyak melakukan.
4. Jika ingin terpuji dan memiliki derajat tinggi disisi Allah, hidupkan malam dengan banyak mengerjakan shalat sunnah.

Oase Pencerahan
Apa-apa yang dikerjakan sesuai dengan sabda Nabi saw dalam teks hadis ini, sungguh nantinya dapat mengantarkan siapa pun yang mengamalkan dengan ikhlas; lillahi ta’ala, akan menjadi penghuni surga-Nya.
Apa yang diterangkan dalam hadis di atas merupakan tips singkat, agar seseorang hamba dapat melenggang memasuki surga-Nya. Prinsip amal yang dikerjakan haruslah semata mencari ridla-Nya, semata ikhlas tidak ada pamrih kecuali pamrih mendapatkan cinta Allah azza wa jalla.
Keempat hal yang diajarkan oleh Rasulullah saw, sungguh sebuah perbuatan yang sangat berat, jika tidak didasarkan kepada ghirah Triangle Force. Yaitu: Menomor-satukan Allah; Jujur; dan Ikhlas. Sebab, amaliah seperti: Berbicara dengan lemah-lembuh; Memberi makan kepada orang lain; Mendawamkan puasa sunnah; dan Shalat lail ketika orang kebanyakan masih sama tidur. Sungguh sebagai perbuatan yang sangat berat.
Apalagi amaliah tersebut hanya ditujukan, semata untuk mewujudkan rasa syukur kepada Allah swt. Masya Allah, ini merupakan perbuatan yang sangat berat. Maka, tidak henti-hentinya kita memohon pertolongan kepada Allah swt, agar dapat menunaikan ajaran Rasulullah saw tersebut.
Jaman boleh modern. Bahkan mau disebut jamana apa pun silahkan. Tetapi, sebagai seorang muslim-mukmin kita harus tetap pengkuh dengan tradisi yang telah diletak-dasarkan oleh Rasulullah saw. Sebab, apa-apa yang telah menjadi praktik pengamalan beliau telah nyata kebenarannya sepanjang masa 

Gambaran Kehidupan Dunia

عَنْ قَيْسُ بْنُ أَبِي حَازِمٍ قَال: سَمِعْتُ مُسْتَوْرِدًا أَخَا بَنِي فِهْرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ:
مَا الدُّنْيَا فِي اْلآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَـمِّ، فَلْيَنْظُرْ بِمَاذَا يَرْجِعُ ﴾
Diriwayatkan dari sahabat Qais bin Abi Hazim r.hu berkata, “Saya mendengar Mustaurid saudara bani Fihrin berkata, telah bersabda Rasulullah saw,

“Tiadalah dunia ini jika di banding dengan akhirat, kecuali seperti salah seorang di antara kalian memasukkan jari telunjuknya ke dalam laut. Maka, lihatlah berapa air yang dapat ia ambil.”

Kedudukan Hadis
Hadis ini terdapat pada Kitab Shahih Muslim, bab Fanâud Dunyâ wa Bayânul Hasyril Yaumal Qiyâmah, Juz XIV, halaman 14, hadis nomor 5101. Kitab Sunan Tirmidzi, bab Mā Jâ’a fî Hawanid Dunyâ Alallâi ta’âla, Juz VIII, halaman 304, hadis nomor 2245. Kitab Musnad Ahmad, bab Hadisul Musytauridibni Syaddadin r.hu, Juz XXXVI, halaman 446, hadis nomor 5101. Dan, Kitab Shahih Ibnu Hibban r.hu, Juz XVIII, halaman 161, hadis nomor 4407, bab ad-Dunya.

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ مَا الدُّنْيَا فِي اْلآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْـبَعَهُ فِي الْيَـمِّ ﴾
“Tiadalah dunia ini jika di banding dengan akhirat, kecuali seperti salah seorang di antara kalian memasukkan jari telunjuknya ke dalam laut”

Dunia janganlah menyilaukan seorang yang beriman kepada Allah swt. Sebaliknya, dunia harus dijadikan perantara untuk kehidupan selanjutnya yang lebih berkah dan mendapatkan rahmat-Nya. Itulah sebabnya, hadis di atas memberikan penggambaran yang nyata, bahwa dunia dengan segala isinya tidaklah tujuan dalam kehidupan seorang hamba yang beriman. Seperti disabdakan Nabi saw,

“Sekiranya dunia bernilai di sisi Allah senilai sayap nyamuk, tentu orang kafir tidak akan diberi air meski pun satu teguk” (Hr.Tirmidzi: 2242).

Dalam riwayat lain diceritakan, bahwa Rasulullah saw bersama para sahabatnya melewati sebuah pasar dan mendapati bangkai keledai yang cacat kupingnya. Lalu, beliau mengangkat bangkai tersebut seraya bersabda,

“Siapa di antara kalian yang mau membeli bangkai ini dengan seharga satu dirham? “Kami tidak menghendakinya untuk apa bangkai tersebut bagi kami?” Beliau bertanya lagi, “Apakah kalian mau secara gratis?” Mereka menjawab, “Demi Allah! seandainya dia hidup pun dia adalah binatang yang cacat kupingnya. Apalagi kalau sudah menjadi bangkai.” Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah sesungguhnya dunia ini lebih rendah dalam pandangan Allah dari pada bangkai ini dalam pandangan kalian” (Hr. Muslim).

Ternyata dalam penggambaran yang lain, Nabi saw juga memberikan Cara Berpikir yang nyata. Bahwa, dunia dengan segala isinya, hanyalah laksana “nyamuk” dan “bangkai cacat”. Tidak ada apa-apanya!
Untuk itu seorang hamba Allah yang telah mengaku beriman kepada Allah swt. Sadar benar bahwa tujuan hidup adalah lillahi ta’ala guna mendapatkan ridla-Nya. Sebab, siapa pun yang mencari kepada selain Allah azza wa jalla. Pasti akan mengalami kehancuran dan keterhinaan.
Belajarlah kepada orang-orang terdahulu. Yang mereka berani dengan Allah swt. Seperti: fir’aun, hamman, qarun, dan bal’am bin baura. Keempat orang tersebut, adalah sosok manusia yang pernah melawan Allah swt dengan segenap anugerah Allah swt yang telah dikaruniakan kepada mereka. Mereka lupa diri. Mereka lalai. Bahwa, yang diterimanya adalah anugerah-Nya. Yang wajib untuk disyukurinya.
Keempat orang yang dicontohkan al-qur`an adalah para manusia yang ahli dunya. Sehingga mereka sampai berani mengingkari eksistensi Allah swt sebagai Dzat yang Mahaperkasa, Mahabesar, Mahakuasa, dan Maha-esa. Itu sebabnya, kita harus yakin benar dengan keberadaan-Nya. Tanpa keyakinan yang kuat, seseorang dapat terombang-ambing karena gejolak hawa nafsunya. Tetapi, dengan mengkaji hadis dalam topik di atas. Justru akan menemukan kekokohan prinsip dalam hidup di dunia yang sementara ini; insya Allah.

Pemahaman Hadis
1. Ad-dunya. Artinya, dekat.
Hikmah yang terkandung, betapa singkat hidup di dunia ini. Kehidupan di dunia sangat temporal. Semuanya pasti mengalami kerusakan. Tidak ada yang langgeng. Itulah sebabnya, dinul Islam mengajarkan, agar kaum muslimin-mukmin tidak mencintai dunia (hubbud dunya). Hubbud dunya pangkal dari semua sebab dari kerusakan seorang hamba.
Dinul Islam memberikan tips kehidupan yang benar-benar serasi. Karena dikatakan sukses, apabila kehidupan seorang hamba itu penuh dengan keserasian. Dan, dinul Islam memang mengajarkan tentang keserasian hidup. Sebagaimana dinyatakan dengan firman-Nya,

“Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu [kebahagiaan] negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari [kenikmatan] duniawi. Dan, berbuat baiklah [kepada orang lain] sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu. Dan, janganlah kamu berbuat kerusakan di [muka] bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Qs.al-Qashash [28]: 77).

Dalam firman-Nya yang lain, Allah azza wa jalla, juga menegaskan masalah dunia ini,

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megah antara kalian, serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani. Kemudian, tanaman itu menjadi kering dan kalian lihat warnanya kuning. Lalu, menjadi hancur. Dan, di akhirat [nanti] ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridlaan-Nya. Dan, kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (Qs.al-Hadîd [57]: 20).

2. Al-ākhirah. Artinya, terakhir.
Fase terakhir kehidupan umat manusia berdasarkan ketetapan hukum Allah swt, adalah kehidupan negeri akhirat. Negeri yang paling akhir. Tidak ada lagi kehidupan setelahnya. Di akhirat kehidupan umat manusia benar-benar di alam kelanggengan. Segala sesuatunya, adalah kekal. Kenikmatannya kekal. Dan, siksa-Nya Allah swt terhadap orang kafir dan munafik, juga kekal.
Allah swt telah berfirman, mengenai kehidupan akhirat tersebut dalam al-qur`an,

“Dan, sesungguhnya Hari Kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang [permulaan]4 Dan, kelak Rabb-mu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu [hati] kamu menjadi puas5” (Qs.adh-Dluhã [93]: 4-5).

3. Ishba’ahu fil-yammi. Artinya, memasukkan jarinya ke laut.
Hadis ini sebuah gambaran (deskripsi) Rasulullah saw. Di mana dunia digambarkan dengan “jari”. Sedangkan, negeri akhirat digambarkan beliau dengan “laut”. Sungguh sebuah perbandingan yang tidak sebanding.
Maka, seorang yang menggunakan Akal Budi di dalam menangkap fenomena dan problematika kehidupan. Niscaya seseorang yang ber-Akal budi akan mengutamakan kehidupan akhirat; dengan menjadikan dunia sekadar fasilitas buat kebahagiaan negeri akhirat.

4. Bi mā dzā yarji’. Artinya, terhadap apa yang kembali.
Sabda Nabi saw ini pun, juga merupakan penggambaran beliau mengenai pernik-pernik kehidupan dunia. Di mana benar-benar sedikit sekali, dan waktunya sangat singkat. Segala sesuatunya serba terbatas.
“Air laut yang menempel pada jari”, adalah gambaran nyata mengenai kehidupan dunia ini. Maka, dengan Akal Budi, seorang muslim-mukmin hendaknya segera membenahi Cara Berpikir-nya. Yakni, menjadikan dunia sekadar “perladangan akhirat”; tidak lebih dari itu.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Hadis Nabi saw dalam kajian di atas, harus menjadi c-lear (character learning) buat kaum yang bar-Akal Budi. Bahwa, negeri akhirat dengan segala kelanggengannya, haruslah didahulukan lagi diutamakan, dibandingkan kehidupan dunia yang fana lagi menipu.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Miliki mindSET tidak hubbud dunya.
2. Tinggalkan sikap mental dan perilaku: Lemah; Malas; dan Latah (LML).
3. Jangan turuti hawa nafsu.
4. Berbuatlah sesuatu yang kelak bermanfaat untuk kehidupan akhirat.

Oase Pencerahan
Renungkan firman Allah swt,

“Dan, tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan, sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka, tidakkah kamu memahaminya?” (Qs.al-An’ãm [6]: 32).

Pahami ayat ini dengan gaya berpikir sebagai seorang yang beriman. Sehingga yang terjadi adalah semakin bertambahnya keyakinan, bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara. Maka, dengan gaya berpikir islami yang transenden, seorang muslim-mukmin pasti akan lebih menitik-beratkan fokus perbuatan kepada kehidupan negeri akhirat.
Seorang hamba dikatakan cerdas. Karena dia telah menetapkan pilihan hidup untuk kebahagiaan negeri akhirat. Sehingga dunia hanya dipahami untuk “perladangan”-nya.
Sebaliknya, seorang manusia yang menjadikan dunia ini tujuan hidupnya. Niscaya kehidupannya tambah hari pasti akan mengalami banyak keruwetan, dan mengalami kekosongan nilai dalam kepribadiannya. Di mana dia akan mengalami keterasingan diri. Sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya,


“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya. Dan, barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagianbpun di akhirat” (Qs.asy-Syûrã [42]: 20).

Betapa sangat mengerikan kehidupan seorang hamba yang telah menjadikan dunia sebagai tujuan. Maka, nafsu syahwatnyalah yang akan selalu diikuti. Orang seperti ini, tidak saja dirinya rusak. Tetapi seringkali dia juga menciptakan kerusakan di kehidupan secara umum; na’udzu billahi min dzalik.

Membunuh Mukmin, Termasuk Dosa Besar

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّه:
قَتْلُ الْمُؤْمِنِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ مِنْ زَوَالِ الدُّنْـيَا
Diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Umar r.hu telah berkata, bersabda Rasulullah saw,

“Membunuh orang mukmin lebih besar [dosanya] di sisi Allah daripada lenyapnya dunia”

Kedudukan Hadis
Hadis ini terdapat dalam Sunan Nasa’i, bab Ta’dhimud Dami, juz XII, halaman 339, hadis nomor 3923; dan juga pada juz II, halaman 285, hadis nomor 3450. Juga, dalam Sunanul Kubra lin-Nasa’i. Dalam Musnadul Jami’ terdapat di bab 2, juz VI, dan pada halaman 383. Dan,terdapat pula pada bab 6, juz XXVII, halaman 36.
Dalam Kitab Kasful Hufa’ terdapat pada juz II, halaman 91; dan di dalam Kitab Talkhisul Kabir fi Takhriji Ahadisir Rafi’ah dalam bab Ma Ja’a fi Tasdidi fil Qotli, juz IV, halaman 495. Dan, hadis ini sanadnya shahih.

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
“Membunuh orang mukmin”

Dalam kamus modern Wekipedia, membunuh adalah suatu tindakkan menghilangkan nyawa seseorang dengan cara yang melanggar hukum. Pembunuhan biasanya didasari suatu motif, yang motifnya bisa bermacam-macam. Misalnya politik, cemburu, dendam, dsb. Pembunuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Dalam syariat Islam membunuh merupakan tindakkan menghilangkan nyawa seseorang dengan berbagai alat yang dapat menghilangkan nyawa seseoarang. Di dalam Islam membunuh atau pembunuhan termasuk dalam kategori dosa-dosa besar, selain syirik dan zina. Sebagaimana telah difirmankan-Nya,

“Dan, barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan adzab yang besar baginya” (Qs.an-Nisa` [4]: 93).

“Barangsiapa”, yang dikatakan “man” dalam bahasa Arab. Berkedudukan sebagai syarat. Dalam ilmu Ushul Fiqh, kata syarat tersebut memiliki makna umum. Sehingga seluruh orang yang melakukan perbuatan, seperti yang disebutkan pada ayat di atas akan mendapatkan balasan yang disebutkan pada ayat tersebut.
“Membunuh seorang mukmin”, yaitu yang dibunuh orang yang beriman pada Allah dan rasul-Nya. Oleh karena itu, orang yang membunuh orang kafir atau orang munafik tidak termasuk dalam ayat ini. Akan tetapi membunuh orang kafir yang memiliki perjanjian damai, atau yang tunduk kepada pemerintah muslim, atau yang meminta perlindungan keamanan kepada pemerintah muslim, adalah suatu perbuatan dosa. Namun pembunuhnya, tidak diancam dengan ancaman seperti yang disebutkan pada ayat ini. Adapun orang-orang munafik, maka syariat Islam menjaga darah mereka selama mereka tidak menampakkan prilaku kemunafikannya.
“Dengan sengaja”, berdasarkan kalimat ini, maka anak kecil ataupun orang gila tidak termasuk dalam ayat ini. Demikian juga orang yang membunuh tanpa kesengajaan. Karena ketiga jenis orang ini, melakukan perbuatan tanpa disertai niat yang teranggap.
Allah ta’ala telah memberikan ancaman yang sangat besar dan tegas pada ayat ini bagi orang --siapa pun dia-- yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja. Allah azza wa jalla menyebutkan empat buah balasan bagi orang ini adalah sebagai berikut:
1. Allah swt akan memasukkan orang tersebut ke dalam neraka Jahanam.
2. Allah swt menjadikan orang tersebut tinggal di dalam Jahannam kekal.
3. Allah swt murka kepadanya.
4. Allah swt menjauhkan orang tersebut dari rahmat-Nya.
Demikian empat buah balasan yang Allah swt berikan pada orang yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja. Jika seandainya disebutkan satu buah balasan saja, maka hal ini akan menjadi penghalang bagi seorang mukmin yang takut akan Rabb-Nya untuk tidak melakukan dosa ini. Maka bagaimana jika disebutkan empat buah balasan sekaligus?
Tidak ada alasan lagi bagi seorang yang mengaku beriman membunuh saudaranya yang seiman. Kecuali hal tersebut memang dapat dibenarkan oleh syariat Islam. Seperti melaksanakan hukum qishas, dsb.
Lalu, bagaimana bagi seorang yang telah terlanjur melakukan pembunuhan. Dan, dia ingin bertaubat. Apakah taubatnya akan diterima oleh Allah swt? Sedangkan dalam ayat tadi diterankan, bahwa orang yang membunuh orang mukmin akan kekal di dalam neraka dan mendapatkan laknat serta adzab yang besar dari Allah swt?
Mengenai masalah ini, ada beberapa pendapat di antaranya: Pendapat pertama, menyebutkan bahwa ancaman kekal di neraka pada ayat ini, adalah jika seorang kafir membunuh seorang mukmin. Namun pendapat ini adalah pendapat yang lemah. Karena orang yang kafir, tidak beriman pada Allah dan rasul-Nya akan dibalas dengan neraka Jahanam, dan kekal di dalamnya. Sama saja, apakah dia membunuh seorang mukmin atau tidak. Allah swt berfirman,

“Sesungguhnya Allah melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala [neraka], mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindung pun dan tidak [pula] seorang penolong.” (Qs.al-Ahzãb [33]: 64-65).

Pendapat kedua menyebutkan, bahwa ancaman kekal di neraka pada ayat di atas ditujukan untuk orang yang menghalalkan untuk membunuh seorang mukmin. Sehingga orang yang mengatakan, bahwa membunuh orang mukmin adalah halal. Maka, orang ini telah kafir dan ia kekal di neraka. Pendapat ini juga adalah pendapat yang lemah. Imam Ahmad r.hu telah membantah pendapat ini dengan menyatakan, bahwa orang yang menghalalkan untuk membunuh orang mukmin, adalah kafir walaupun dia tidak melakukan pembunuhan tersebut. Padahal sebagaimana dipahami, bahwa ayat ini mengancam orang yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja.
Pendapat ketiga menyebutkan, bahwa pada kalimat ini terdapat kalimat lain yang merupakan kelanjutannya (dalam bahasa Arab disebut, taqdir syarat). Sehingga ayat tersebut bermakna, “Maka, balasannya adalah neraka Jahanam, kekal di dalamnya, jika Allah membalasnya.”
Pendapat ini perlu ditinjau kembali. Apa faedah penyebutan, “Maka, balasannya adalah Jahanam”. Kalau maksudnya terkait dengan jika Allah membalasnya? Kemudian jika Allah swt membalasnya, apakah balasannya, adalah kekal di neraka? Jika orang itu menjawab, “Ya.” Maka, masalahnya akan kembali muncul (bahasa Jawa: mbulet). Yaitu, bagaimana mungkin dosa yang bukan kekufuran dapat menyebabkan kekal di neraka?
Walhasil, ketiga pendapat ini adalah pendapat yang masih perlu ditinjau kembali. Karena ketiganya, tidak lepas dari pertentangan satu sama lain (ikhtilaf).
Pendapat yang keempat menyebutkan, bahwa ayat ini merupakan salah satu penyebab yang dapat menyebabkan seseorang kekal di neraka. Namun jika didapati adanya penghalang lain. Maka, sebab tersebut tidak dapat memunculkan akibat. Misalnya, status sebagai seorang anak dapat menyebabkan seseorang mendapatkan warisan dari orang tuanya. Namun jika si anak tersebut adalah orang yang kafir. Maka statusnya sebagai orang kafir, akan membatalkan hak warisnya. Maka, perbuatan membunuh seseorang merupakan penyebab kekalnya seseorang di neraka. Namun statusnya sebagai seorang mukmin, maka ia tidak kekal di neraka. Akan tetapi ada sedikit permasalahan yang muncul di benak kita. Yaitu, apa manfaat Allah menyebutkan ancaman yang sangat keras ini?
Tidak, tentunya Allah swt tidak akan berfirman tanpa ada faedah di dalamnya. Tidak ada satu pun perkataan Allah dalam al-qur`an maupun apa yang Rasulullah sampaikan dalam sunnahnya hanya sekadar main-main tanpa hikmah di dalamnya. Faedah penyebutan hukuman kekal di neraka, adalah bahwa orang yang melakukan pembunuhan terhadap seorang mukmin dengan sengaja telah melakukan sebuah hal yang menyebabkan dia kekal di neraka. Padahal yang menghalangi orang tersebut untuk bebas dari kekalnya Jahanam (yaitu keimanan), bisa jadi ada dan bisa pula tidak ada. Maka, orang ini berada dalam ancaman bahaya yang sangat besar. Oleh karena itu, Nabi saw bersabda,

“Seorang mukmin akan senantiasa berada pada kelapangan dalam agamanya selama ia tidak menumpahkan darah yang haram” (Hr. Bukhari 6862, Ahmad 2/94, Baihaqi dalam Sunan-nya 8/21; dan lain-lain).

Maka, jika seseorang menumpahkan darah yang haram. Ia berada pada kondisi yang sangat kritis dalam agamanya, bahkan dapat menyebabkan ia kufur.
Kesimpulan dari pendapat ini, bahwa melakukan pembunuhan dapat menyebabkan seseorang mati dalam keadaan kafir dan hal ini bisa menyebabkan dia kekal di neraka. Namun jika orang ini memiliki keimanan, maka hal ini akan menyebabkannya terbebas dari ancaman kekal di neraka. Namun bukan berarti dia tidak akan diazab dalam neraka, orang tersebut hanya bebas dari hukuman kekal di neraka, walaupun boleh jadi dia akan diazab dalam panasnya api neraka dalam waktu yang sangat lama.
Pendapat kelima menyebutkan, bahwa “kekal di dalamnya” pada ayat ini memiliki makna, bahwa orang ini akan tinggal di Jahanam dalam waktu yang sangat lama bukan dalam waktu yang kekal. Hal ini sebagaimana jika disebutkan, “Fulan dihukum di penjara selamanya”, padahal penjara tidaklah kekal.
Pendapat ini adalah pendapat yang mudah dan tidak terlalu sulit untuk merenunginya. Pada ayat ini, Allah tidak menyebutkan keabadian. Allah swt tidak menyebutkan, “Kekal di neraka selama-lamanya.” Akan tetapi, Allah hanya menyebutkan, “Kekal di neraka”. Sehingga ayat ini memiliki makna, bahwa orang tersebut tinggal di neraka Jahanam dalam waktu yang sangat lama.
Pendapat keenam menyebutkan, bahwa ayat ini merupakan ancaman Allah pada orang-orang yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja. Namun ancaman ini bisa jadi dilaksanakan dan boleh jadi tidak dilaksanakan. Hal ini sebagaimana jika ada seorang bapak yang berkata kepada anaknya, “Jika kamu keluar rumah, aku akan memukulmu dengan sapu.” Kemudian anaknya keluar rumah, namun bapaknya hanya memukulnya dengan tangannya. Maka, hukuman yang diberikan pada anaknya lebih ringan dari pada ancaman yang diberikan. Demikianlah, Allah ta’ala mengancam orang yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja. Maka, jika Allah mengampuni dan memaafkan orang ini. Hal ini adalah sebuah kemurahan Allah swt. Namun pada pendapat keenam ini juga terdapat keganjilan, jika ancaman yang dijanjikan terjadi maka si pembunuh akan kekal di neraka. Padahal hal tersebut tidaklah benar berdasarkan dalil-dalil yang ada.
Walhasil, pendapat yang lebih kuat adalah pendapat yang kelima yang menyebutkan, bahwa makna “kekal di neraka”, adalah tinggal dalam waktu yang sangat lama. Atau, pendapat yang keempat yang menyebutkan, bahwa membunuh seorang mukmin dengan sengaja merupakan penyebab seseorang kekal di neraka. Namun jika si pembunuh memiliki keimanan. Maka, hal tersebut akan menjadi penghalang, sehingga dia tidak kekal di neraka. Inilah pendapat yang terpilih lagi dianggap yang lebih kuat.

Pemahaman Hadis
Qatlul mu`min. Artinya, membunuh mukmin.
Di samping telah dijelaskan dalam surat an-nisa` ayat ke-93 di atas. Juga, diriwayatkan oleh sahabat sahabat Abu Darda’ r.hu, dia mengatakan saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda,

“Setiap dosa ada harapan mendapat ampunan dari Allah swt, kecuali dosa orang yang mati dalam keadaan syirik dan dosa orang yang mambunuh seorang mukmin secara sengaja” (Hr.Thabrani).

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Miliki mindSET tidak membunuh siapa pun dari umat manusia.
2. Cintailah saudara sesama muslim-mukmin, seperti mencintai diri sendiri.
3. Kedepankan Cara Berpikir berpikir positif. Dikarenakan, pahama bahwa hidup di dunia adalah heterogen (plural).

Oase Pencerahan
Allah swt berfirman,

“Dan, orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah, dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah [membunuhnya] kecuali dengan [alasan] yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat [pembalasan] dosa-[nya]. [Yakni] akan dilipat gandakan adzab untuknya pada Hari Kiamat. Dan, dia kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina. Kecuali, orang-orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal shalih. Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Dan, adalah Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang” (Qs.al-Furqãn [25]: 68-70).

Rasulullah saw telah menceritakan sebuah kisah tentang seorang pemuda bani Isra`il yang telah membunuh 99 jiwa. Kemudian, Allah swt menyadarkan pemuda tersebut untuk segera bertaubat. Maka, pergilah pemuda tersebut kepada seorang ahli ibadah. Lalu, dia mengatakan pada ahli ibadah, bahwa ia telah membunuh 99 jiwa. Apakah dia masih bisa bertaubat?
Sang ahli ibadah tersebut membesar-besarkan permasalahan. Kemudian, dia memutuskan, bahwa tidak ada kesempatan bagi pemuda ini untuk bertaubat. Maka, pemuda tadi membunuh ahli ibadah itu. Sehingga genaplah 100 jiwa yang dia bunuh.
Kemudian, datanglah sang pemuda tadi kepada seorang ahli ilmu (ulama), dan dia berkata, bahwa dia telah membunuh 100 jiwa, apakah dia masih bisa bertaubat? Ulama tadi menjawab, “Ya, siapa yang dapat menghalangimu dari taubat?” Kemudian, ulama tadi melanjutkan, “Akan tetapi, penduduk negeri tempat tinggalmu adalah orang-orang yang dhalim. Pergilah ke negeri fulan, penduduk di sana adalah orang-orang yang baik dan shalih!”
Lalu, pemuda tadi pergi ke negeri yang telah ditunjukkan oleh ulama tadi. Dia berhijrah dari negerinya menuju negeri yang penduduknya baik dan shalih, namun dia wafat di tengah-tengah perjalanannya.
Malaikat rahmat dan malaikat adzab saling memperebutkan, siapa yang berhak membawa ruh pemuda tadi. Kemudian, Allah mengutus seorang penengah di antara kedua malaikat tadi. Sang penengah tadi berkata, “Ukurlah jarak pemuda ini antara kedua negeri tersebut (negeri asalnya dan negeri tempat dia berhijrah). Mana di antara keduanya yang lebih dekat dengannya, maka dia termasuk penduduk kota tersebut.”
Ternyata pemuda tadi lebih dekat dengan negeri yang penduduknya orang-orang shalih. Kemudian, malaikat rahmat membawa ruhnya (Hr.Bukhari 3470 dan Muslim 2766)

Reward Buat Pedagang Jujur

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ النَّبِيِّ قَالَ:
التَّاجِرُالصَّدُوْقُ اْلأَمِيْنُ، مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ ﴾
Diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id r.hu, dari Nabi saw telah bersabda,

“Seorang pedagang yang jujur lagi dapat dipercaya. Ia bersama para nabi, orang-orang yang jujur, dan para syuhada’.”

Kedudukan Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim r.hu dalam Shahih-nya, bab Fadlus Shahabah Radliallahu ta’ālā, Juz XII, halaman 360, hadis nomor 4603. Dan, dalam Musnad Imam Ahmad, Juz XL, halaman 314, hadis nomor 18994.

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ التَّاجِرُ الصَّـدُوْقُ اْلأَمِـيْنُ ﴾
“Seorang pedagang yang jujur lagi dapat dipercaya”

Rasulullah saw merupakan motivator umat Islam dalam mengarahkan kaum muslimin-mukmin, agar diri kita berdaya suspend, dalam hidup sehari-hari. Inilah peran kerasulan dan kenubuwahan yang beliau perankan di kehidupan dunia, sesuai dengan amanah risalah yang diemban. Itulah sebabnya, siapa pun yang mengambil hikmah dari beliau. Niscaya hidupnya akan mengalami keharmonisan. Yang tercermin dengan kehidupan yang semakin: Sehat; Sejahtera; dan Bahagia (SSB).
Satu hal yang patut dicatat. Sejak anak-anak Rasulullah saw telah dipersiapkan oleh Allah swt, dengan kemampuan beliau di bidang: leadership (kepemimpinan) dan entreprenuership (kewirausahaan).
Pembelajaran Sifat (Character Learning) terbukti. Beliau terlahir sebagai yatim. Lalu, menjadi piatu diusia anak-anak. Kemudian, hidup dengan ngawulo. Jaman sekarang itu dapat dipahami sebagai proses asistensi. Ingat untuk memiliki keahlian tertentu, boleh jadi harus melalui tahapan asistensi. Misalnya, untuk menjadi pilot harus melalui co-pilot. Untuk menjadi dokter harus co-ast lebih dahulu. Untuk menjadi kiai (di Jawa, red) harus mbadali dulu. Begitu seterusnya.
Pendidikan dengan model ngawulo tersebut telah dijalani oleh Rasulullah saw. Di mana beliau harus ngawulo kepada kakeknya. Kakek Rasulullah saw adalah seorang tokoh lagi bangsawan quraisy yang sangat disegani. Ini Rasulullah saw melakukan c-lear (character learning) dalam aspek leadership. Adapun ketika ngawulo kepada paman beliau. Rasulullah saw melakukan c-lear dalam aspek entreprenuership; wa-llahu a’lam.
Sementara, dengan ladduni-Nya. Allah azza wa jalla memasukkan: Iman; Islam; dan Ihsan (triple i) di dalam hati Rasulullah saw. Maka, sungguh sebuah model pendidikan sekaligus pembelajaran yang sangat harmoni lagi jenius. Inilah yang menjadi platform model pendidikan di madrasatun nabawiah. Bandingkan dengan pola pendidikan umat Islam Indonesia. Tidak dibekali aspek kemampuan leadership dan entreprenuership. Dan, tidak ada upaya yang sungguh-sungguh untuk memasukkan triple i di dalam hati setiap peserta didik. Maka, silahkan lihat hasilnya. Sangat memalukan.
Karena Allah swt di dalam mendidik Rasulullah saw dengan ilmu laku. Dalam konteks pembahasan alfaqir kali ini pada aspek kemampuan entreprenuership. Dengan berlandaskan pada hadis di atas. Hendaknya, dapat menjadi harapan baru buat kaum muslimin-mukmin Indonesia, untuk kembali menyukai aspek kemampuan entreprenuership sebagai kekuatan hidup sehari-harinya. Dengan kata lain, seorang muslim-mukmin menjadikan kewirausahaan sebagai “soko guru ekonomi” kehidupan sehari-harinya.
Di kehidupan Rasulullah saw semenjak anak-anak, remaja, dan dewasa. Beliau saw menyokong hidup keseharian dengan ber-wirausaha. Dan, jika Anda mau mengamati dengan seksama. Nabi saw dalam berdagang selalu commitment and consistent (CC) dengan Segitiga Kekuatan (Triangle Force): 1).Menomor-satukan Allah; Jujur; dan Ikhlas.
Luar biasa, Nabi saw mampu menjadikan ketiga sikap mental dan perilaku tersebut, menjadi sebuah kekuatan yang sinergi lagi melengkapi. Hasilnya, sungguh transaksi dagang yang tidak pernah rugi. Dan, selalu menjadikan hidup beliau berkah. Begitulah para sahabat mengikuti jejak beliau. Ternyata, tidak ada seorang sahabat beliau yang jatuh pailit. Rata-rata sahabat yang terjun di dunia bisnis. Hidup berkecukupan, sehingga kelebihan harta kekayaan mereka dihibahkan di jalan Allah, guna menopang dakwah Islam Nabi saw.
Ok baguslah. Kaum muslimin-mukmin didorong terus untuk menjadi orang-orang kaya. Tetapi, mereka menjadi kaya yang egois. Boleh jadi malah kaya yang kapitalis. Dan, yang menakutkan jika sudah menjadi kaya yang bersifat neoleberalis.
Gejala seperti itu telah muncul. Di mana sebagian besar umat Islam Cara Berpikir dalam keagamaan dan keberagamaan telah mengalami tranformasi nilai menuju kepada model leberalisme-sosial. Contoh, ingin kaya berzakat; ingin rizeki lancar menyantuni anak yatim, dan masih banyak yang lain.
Artinya, sudah banyak kaum muslimin yang melakukan tindakan ibadah tidak lagi menyandar kepada Allah swt. Sebaliknya, menyadar kepada niat mereka. Akibatnya, mereka beribadah tidak lagi menyembah Allah azza wa jalla. Tetapi, mereka telah menyembah amalnya.
Itulah sebabnya, kita harus pegang kuat lagi erat c-lear kepada Rasulullah saw dengan FAST (fathanah, amanah, shidiq, dan tabligh). Dalam konteks berdagang, maka kejujuran harus menjadi mahkota yang mesti dimiliki oleh setiap pedagang. Utamanya, para pedagang muslim-mukmin.
Makna kejujuran yang diajarkan Rasulullah saw dalam berdagang, adalah:
1. Kepada pelanggan yang tak mampu membayar kontan. Hendaknya diberi tangguh waktu supaya dapat melunasi pembayaran. BApabila benar-benar tidak mampu membayar setelah jatuh tempo masanya, maka sedekahkan semata mengharap ridla-Nya.
2. Tidak menipu, mengenai barang-barang yang akan dijual.
3. Menjauhi sumpah palsu untuk mengelabui pembeli.
4. Selalu benar dalam timbangan dan takaran.
5. Tidak melakukan monopoli dalam perdagangan.

Pemahaman Hadis
1. At-tājir. Artinya, pedagang.
Pedagang adalah seseorang yang melakukan amal ma`isyah dengan cara melakukan transaksi jual-beli. Seorang pedagang adalah seseorang profesinya menjual sesuatu. Namun dengan perubahan jaman, penyebutan pedagang lalu berkembang dan berubah mengikuti jaman. Konon, pedagang sudah banyak yang malu disebut pedagang. Tetapi mereka bangga jika dikatakan bisnisman. Pokoknya ada bahasa Inggris-nya, sudah dianggap modern, maju, dan top. Misalnya, juali-beli baju, itu kuno. Yang baru disebut bisnis garment; dan seterusnya.

2. Ash-shadūq. Artinya, sangat jujur.
Rasulullah saw tidak sekadar bersabda “jujur” (ash-shidq). Tetapi “sangat jujur”. Ini artinya, beliau sangat menekankan, bahwa kejujuran itu sangat penting. Di samping itu, masalah jujur bagi seorang pedagang sangat-sangatlah berat. Karenanya, seorang pedagang muslim-mukmin yang jujur dalam berdagang. Mereka mendapatkan reward dari Allah swt berupa kenikmatan yang tiada tara. Yakni, kelak di surga bersama para nabi, kaum yang jujur, dan para syuhada`.
Mengenai dasar teologis kejujuran. Rasulullah saw telah bersabda,

“Amal surga adalah jujur, apabila seorang hamba berbuat jujur berarti ia telah bertakwa, apabila ia bertakwa berarti beriman, dan apabila ia beriman berarti ia masuk surga. Amal neraka adalah dusta, apabila seorang hamba berdusta berarti ia telah berbuat durhaka, dan apabila ia berbuat durhaka berarti ia telah ingkar, dan apabila ia ingkar berarti ia masuk neraka.” (Hr.Ahmad melalui Ibnu Umar r.hu).

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Silahkan check di pasar-pasar, di mal-mal, di pasar swalayan. Sedikit sekali yang jujur. Sering alfaqir mencoba para pedagang di Pasar Krampung, Surabaya. Anda bisa lihat, mulai timbangan, takaran, dan menipu pembeli. Juga, perhatikan sistem jual-beli rombeng, membeli secara kiloan tetapi mereka menjual dengan sistem bijian. Banyak juga terjadi di Surabaya ini, jika membeli barang minta dengan harga serendah-rendahnya. Namun jika menjual minta dengan harga setinggi-tingginya.
Tidak hanya itu. Gejala monopoli telah terjadi di beberapa tempat di Surabaya. Jika pemerintah tidak bertindak tegas. Maka, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, pedagang tradisional akan tamat riwayatnya. Padahal dari merekalah perekonomian bangsa Indonesia dapat tetap bertahan, ketika terkena goncangan ekonomi dunia selama tahun 2008-hingga tahun 2099. Entah sampai kapan?!
Tidak usah menyalahkan siapa yang salah. Tetapi, segera cari solusi yang paling bijaksana, sehingga Allah swt menurunkan keberkahan dan pertolongan dari sisi-Nya; insya Allah.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Miliki mindSET sebagai pedagang jujur.
2. Jangan menipu siapa pun. Apalagi menipu para pembeli, itu sama saja dengan menutup pintu rizeki diri sendiri.
3. Tinggalkan memiliki back up dukun atau paranormal. Yang justru menjauhkan Anda dari: Menomor-satukan; Jujur; dan Ikhlas.
4. Pegang kuat Prinsip Trianggulasi: Meng-Allah-kan Allah; Me-manusia-kan manusia; dan Meng-alam-kan alam.
5. Berkomunitas orang-orang yang jujur.

Oase Pencerahan
Wahai saudara sesama muslim, segeralah kembali menaati Allah dan rasul-Nya. Khususnya di dalam berdagang. Tinggalkan yang syub-hat dan haram. Rengkuhlah cara berdagang yang halal lagi mendatangkan ridla Allah azza wa jalla.
Telah menjadi kenyataan. Manusia di abad mutakhir ini. Semakin hari, semakin berani dengan melakukan yang dilarang Allah dan rasul-Nya. Mereka sudah tidak lagi mengindahkan seruan al-qur`an dan al-hadis (al-mizan). Hidup mereka sangat jauh dari ilmu pengetahuan yang benar. Celakanya, nafsu syahwat telah menjadi panglima mereka.
Tidak peduli haram atau syub-hat. Mereka hanya komitmen dengan kemauan hawa nafsu, “Menguntungkan atau tidak?!”
Jika menguntungkan, sekalipun caranya salah, meskipun berdampak buruk buat kehidupan. Mereka tetap akan lakukan. Inilah cara-cara neoliberalisme. Betapa sangat berbahayanya. Di mana tidak? Manusia mendadak berubah menjadi rakus, keji, tidak toleran, arogan, monopolistik, bahkan konon dirinya saja dijual, jika memang mampu mendatangkan finansial. Dan, bangsa Indonesia, sejak repelita 1969, yakni semenjak terjerat dengan korporatokrasi AS. Saat itulah benih neoliberaslisme telah bercokol di negeri kita.
Benar dengan sabda Nabi saw, yang mengatakan,

“Akan tiba suatu jaman di mana orang tidak peduli lagi terhadap harta yang diperoleh, apakah ia halal atau haram” (Hr. Bukhari).

15 abad silam, Rasulullah saw telah memberikan peringatan kepada segenap kaum muslimin-mukmin. Celakanya, sekarang banyak orang yang mengaku muslim. Tetapi, cara mendapatkan rizeki sudah tidak lagi memperhatikan aturan main yang telah ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya. Mereka cenderung mengikuti hawa nafsu. Qur`an dan hadis sudah tidak lagi dijadikan pedoman hidup sehari-hari. Anehnya, mereka lebih memilih mengikuti kemauan akal sehat yang dipandu oleh hawa nafsu. Sehingga yang terjadi kehidupan mereka akal-akalan saja.
Bangsa Indonesia benar-benar hancur luar-dalam. Pendidikan gagal. Perekonomian terpuruk. Hutang terus membumbung dalam ribuan trilyun. Tidak lagi dipercaya masyarakat dunia, karena telah dianggap militer banyak melanggar HAM di Aceh dan Timor-Timur. Sumber Daya Alam dieksploitasi asing. Alam menjadi rusak. Armada militer memprihatinkan. Masyarakat sangat lemah dalam penguasaan sains dan teknologi. Bandar narkoba merajalela. Maraknya perdagangan manusia. Pokoknya “ibu pertiwi” benar-benar dimuat menangis oleh sejumlah anak-anak bangsa, yang konon disebut: pemimpin, orang cerdas, orang pandai, dan orang kaya.
Bangsa ini tidak lagi memegang Prinsip Trianggulasi: 1).Meng-Allah-kan Allah; 2).Me-manusia-kan manusia; dan 3).Meng-alam-kan alam. Sebagaimana disitir al-qur`an,

“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.” (Qs.al-Ankabût[29]: 17)

Sebagai seorang muslim-mukmin pantang untuk menyerah. Apalagi berputus asa dari rahmat Allah. Tidak akan! Sebab, di dunia ini rizeki yang halal, jauh lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan rizeki yang haram. Kelalaian seorang manusia, seringkali dia tidak mau berpandu dengan wahyu, sehingga apa-apa yang dilakukan benar-benar menyimpang jauh dari keberhasilan dan keberkahan.
Suatu misal, mengeluarkan zakat mal itu bagus, karena telah memenuhi syarat dan rukunnya. Tetapi, jika diniatkan, supaya hartanya berlimpah-ruah dan aman dari marabahaya. Maka, praktek ibadah zakat mal tersebut menjadi salah dan sia-sia. Dan, masih banyak contoh yang lain. Yang sudah selayaknya kita untuk menjauhi dan tidak usah memikirkan yang tidak bermanfaat tersebut.

Bila Telah Banyak Generasi Jemblung

حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرٍ بْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَارٍ جَمِيْعًا، عَنْ غُنْدَرٍ قَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ سَمِعْتُ أَبَا جَمْرَةَ، حَدَّثَنِي زَهْدَمُ بْنُ مُضَرِّبٍ سَمِعْتُ عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ  يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهJ قَالَ:
﴿ إِنَّ خَيْرَكُمْ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَـهُمْ، ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَـهُمْ، ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَـهُمْ، قَالَ عِمْرَانُ فَلاَ أَدْرِي، أَقَالَ رَسُوْلُ الله J بَعْـدَ قَرْنِهِ مَرَّتَـيْنِ أَوْ ثَلاَثَةً ثُمَّ يَكُوْنُ بَعْـدَهُمْ قَوْمٌ يَشْـهَدُوْنَ وَلاَيَسْـتَشْـهَدُوْنَ وَيَخُوْفُوْنَ وَلاَيُؤْتَـمَنُوْنَ وَيَنْـذِرُوْنَ وَلاَيُوْفُوْنَ وَيَظْـهَرُ فِيْـهِمْ السِّمَنُ ﴾

Diriwayatkan dari sahabat Zahdam bin Mudlarrib, saya telah mendengar Imran bin Hushain r.hu menceritakan, bahwa Rasulullah saw bersabda,

“Sesungguhnya sebaik-baik generasi kalian adalah generasiku. Kemudian, datanglah generasi setelahnya. Lalu, generasi berikutnya. [Perawi berkata, “Aku ragu, apakah setelah bersabda, “generasiku”. Beliau menyebutkan tiga generasi atau dua generasi]. Kemudian, setelah mereka datanglah generasi kaum yang memberikan kesaksian padahal mereka tidak dimintai kesaksian [bersaksi palsu], berkhianat dan tidak layak diamanahi, bernadzar namun tidak menunaikannya, dan banyak sekali di antara mereka yang berbadan jemblung [gemuk].”

Kedudukan Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim r.hu dalam Shahih-nya, bab Fadlus Shahabah Radliallahu ta’ālā, Juz XII, halaman 360, hadis nomor 4603. Dan, dalam Musnad Imam Ahmad, Juz XL, halaman 314, hadis nomor 18994.

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ وَيَظْهَرُ فِيْهِمُ السِّمَنُ ﴾
“dan banyak sekali di antara mereka yang berbadan jemblung [gemuk]”

Gemuk tanda orang tidak sehat. Orang gemuk niscaya hidupnya tidak seimbang. Yang jelas jenazah orang gemuk merepotkan yang merawat, terutama ketika mengusungnya. Gemuk dalam bahasa kedokteran disebut obesitas. Orang Jawa menyebutnya jemblung. Dalam dunia pewayang digambarkan, tokoh gemuk itu dengan jemblung umarmoyo dan jemblung umarmadi.
Prinsip seseorang dikatakan gemuk, apabila perut telah melebihi tulang dada. Bagi pria lingkar pingganggnya telah melebihi 102 cm. Adapun untuk kaum hawa, apabila lingkar pinggangnya ukurannya telah melebihi 88 cm.
Pola hidup orang gemuk, sungguh tidak seimbang. Dikarenakan tubuh banyak ditempeli oleh lemak yang berlebihan. Dan, itu sangat berbahaya, jika lemak yang bernama liptin telah bergelayut di bagian perut. Disebabkan, lemak liptin berpengaruh kuat pada kinerja pangkreas. Celaka lagi jikalau lemak liptin itu telah membalut pankreas. Maka, pankreas tidak akan dapat berkerja secara normal. Akibatnya, pankreas tidak dapat mengendalikan laju normal kadar insulin dalam darah. Inilah awal dari munculnya penyakit gula darah.
Jelas sekali bahwa seorang yang gemuk sangat rawan dengan penyakit. Terutama jika seorang yang gemuk itu telah diserang penyakit gula darah. Hal itu dapat mendorong terjadinya penyakit-penyakit yang lain; na’udzu billah.
Sungguh penampilan orang yang berbadan gemuk --gemuk akibat jumlah lemak yang berlebihan-- sangat tidak enak dipandang. Coba perhatikan, bagaimana dikatakan indah, wong perutnya saja buncit, ditambah lagi pantatnya yang besar. Tidak ada nilai eksotisnya sama sekali. Belum lagi ditambah kebiasaan yang dimiliki oleh orang-orang gemuk itu, yang tidak enak dalam memenuhi aspek pergaulan. Seperti: kebiasaan ngemil; makan dengan porsi yang cukup banyak; suka mengantuk; tidur mendengkur; sulit dibangunkan jika sudah tidur; susah mencari ukuran baju, topi, CD, BH, dan sepatu; tempat duduknya juga harus lebar dan kuat; juga dengan tempat tidurnya.
Obesitas (kegemukan) terjadi ketika badan menjadi gemuk (obese). Disebabkan terjadinya penumpukan adipose (adipocytes: jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh) secara berlebihan. Jadi, obesitas adalah keadaan di mana seseorang memiliki berat badan yang lebih berat dibandingkan berat idealnya, yang disebabkan terjadinya penumpukan lemak pada tubuhnya.
Mengenai obesitas, seringkali seseorang melakukan tindakan yang berlebihan. Dan sering pula mereka menjadi kecewa karena meskipun sudah melakukan diet yang ketat, dan membuat ramuan atau obat-obatan yang berhubungan dengan penurunan berat badan, ternyata kegemukannya tidak kunjung susut. Apa sebenarnya yang terjadi? Untuk menjawab masalah tersebut, kita perlu melihat beberapa faktor yang menjadi penyebab obesitas.
Menurut para pakar kesehatan, obesitas dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah: faktor genetik, disfungsi salah satu bagian otak, pola makan yang berlebihan, kurang gerak, emosi, dan faktor lingkungan.

1. Genetik.
Bisa jadi kegemukan diturunkan dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya dalam sebuah keluarga. Seringkali dijumpai kedua orang tuanya gemuk. Akan berkecenderungan memiliki anak-anak yang gemuk.
Terjadi ketika ibu yang obesitas sedang hamil. Unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis diturunkan kepada jabang bayi yang dikandungnya. Maka, tidak heran apabila bayi yang lahir pun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar; wa-llahu a’lam.

2. Kerusakan pada salah satu bagian otak.
Sistem pengawal yang mengatur kadar makanan terletak pada bagian otak yang disebut hipotalamus. Yakni, kumpulan inti sel dalam otak yang berhubungan dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar di bawah otak. Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari bagian lain di dalam otak. Sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsur kimia daripada darah.
Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makanan, yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakkan nafsu makan (awal atau pusat makan); hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas menghalang nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang).
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan jika hipotalamus ventromedial rusak atau hancur. Maka, tubuh menolak untuk makan, minum, dan bahkan akan mati, kecuali apabila dipaksa diberi makan dan minum melalui saluran infus. Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bahagian hipotalamus lateral. Maka, seseorang akan menjadi rakus, berlebih, dan mejadikan obesitas.

3. Pola makan berlebih.
Orang yang gemuk lebih responsif dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal terhadap isyarat lapar. Seperti rasa dan bau makanan, atau ketika waktu makan. Orang yang gemuk cenderung makan, apabila ia merasa ingin makan. Bukan makan pada ketika ia lapar. Pola makan berlebih inilah yang menyebabkan mereka sukar untuk keluar dari kegemukan.

4. Kurang Gerak.
Tingkat pengeluaran tenaga tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh. Pengeluaran tenaga bergantung kepada dua faktor, yaitu: 1).Tingkat aktivitas dan olah raga secara teratur; dan 2).Tingkat tenaga yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi minimum tubuh.
Dari kedua faktor tersebut, metabolisme memiliki tanggungjawab dua pertiga daripada pengeluaran tenaga orang normal. Meskipun aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran tenaga seseorang dengan berat normal, tetapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan, aktivitas memiliki peranan yang sangat penting.
Pada saat bergerak, kalori terbakar, makin banyak bergerak, maka semakin banyak kalori yang hilang. Jadi bergerak sangat penting dalam penurunan berat badan tidak hanya dapat membakar kalori, melainkan juga dapat membantu mengatur berfungsinya metabolis normal.

5. Pengaruh emosional.
Obesitas dapat bermula dari masalah emosional yang tidak dapat diatasi. Orang yang gemuk puas akan cinta kasih, seperti kanak-kanak yang menganggap bahwa makanan adalah simbol kasih sayang ibu, atau makan berlebih adalah sebagai acuan untuk pengganti kepuasan lain yang tidak tercapai dalam kehidupannya.
Namun dari penjelasan di atas, sebagian orang yang berat badannya berlebih tidaklah terganggu secara psikologi dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan secara normal. Meski banyak pendapat yang mengatakan, bahwa orang gemuk biasanya tidak bahagia, namun sebenarnya ketidakbahagiaan itu terdapat pada tekanan batinnya.

6. Lingkungan.
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan. Maka, orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk.
Satu hal yang paling penting untuk diingat adalah sejauh tubuh Anda tidak mengidap beberapa penyakit (sehat). Gemuk daging, misalnya. Maka, tidak salah dengan tubuh yang besar. Dan juga tidak kalah penting cobalah untuk berolahraga secara teratur dan menjaga emosi Anda, agar tetap terkawal dari makanan.

Pemahaman Hadis
1. (قرني) qarnī. Artinya, generasiku.
Dalam kehidupan umat Islam generasi terbaik adalah generasi yang kurun waktu hidupnya dekat dengan Rasulullah saw. Seperti generasi: sahabat, tabi’in, tabi’ut-tabi’in, dan salafush shalih. Pasca empat generasi awal ini, yang terbaik adalah mereka yang commitment and consistent (CC) dengan sunnah dan menjadikan pola hidup salaf sebagai referensi utama; wa-llāhu a’lam.

2. (قوم يشهدون ولايستشهدون) qawmun yasyhadūna wa lā yasytasyhadūna. Artinya, kaum yang memberikan kesaksian padahal tidak diminta untuk memberikan kesaksian.
Banyaknya orang munafik yang bergabung dengan kaum muslimin. Dan, ini yang menjadikan kita harus selalu waspada. Seperti disabdakan Nabi saw,

“Tanda-tanda munafik ada tiga, yaitu: apabila berkata berdusta, apabila berjanji di ingkari, dan apabila dipercaya berkhianat” (Hr.Bukhari).

3. (ويخوفون ولايؤتمنون) wa yakhūfūna wa lā yu`tamanūn. Artinya, [munculnya kaum] pengkhianat dan tidak layak diamanahi.
Banyaknya orang yang mengatakan dirinya muslim, atau selalu menggunakan simbol-simbol Islam. Tetapi, perilaku dan sikap mentalnya khianat dan tidak dapat memegang amanah. Maka, kita harus hati-hati.

4. (وينذرون ولايوفون) wa yandzirūna wa lā yūfūna. Artinya, [banyak orang] bernadzar tetapi tidak menunaikannya.
Banyak orang mewajibkan (al-ijab) dirinya terhadap sesuatu. Tetapi tidak dikerjakan apa-apa yang telah diwajibakan (nadzar) tersebut. Nadzar tidak tradisi Islam, yang terbaik tinggalkan praktek nadzar. Jika sudah terlanjur nadzar. Dan, nadzar-nya tidak bertentangan dengan Neraca Syariat, wajib mengerjakan.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Segera miliki mindSET bertubuh ideal.
2. Hentikan kebiasaan makan malam, nyamil, dan tidur setelah makan.
3. Biasakan olah raga rutin, seperti: senam, jalan pagi, bersepeda, renang, aerobic, jalan cepat, dan olah pernafasan.
4. Miliki keteraturan hidup, seperti: serasi, seimbang, disiplin waktu, istirahat cukup, dan tidak gila kerja (workahollic).
5. Turunkan berat badan!

Oase Pencerahan
Orang yang kena obesitas dibandingkan dengan orang yang lebih kurus. Dia lebih mudah terserang penyakit-penyakit tertentu. Dan perawatan beberapa penyakit dari penderita obesitas seringkali kurang berhasil. Beberapa penyakit tertentu di antaranya: apendisitis, sirosis, diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, terutama penyakit jantung koroner. Pasien penderita salah satu penyakit tersebut, yang kena obesitas akan lebih mudah diobati jika mereka menurunkan berat badan.
Orang yang sangat gemuk akan mudah jatuh dan mudah mengalami penderitaan lain. Dibanding orang yang lebih kurus, karena mereka lebih lambat dan canggung. Obesitas telah memangkas kebebasan mereka untuk bergerak, terutama pada usia lanjut, yang dapat mengakibatkan penurunan kesehatan secara menyeluruh karena tidak adanya latihan. Penurunan kebebasan bergerak pada penderita obesitas dengan radang sendi, mengakibatkan kesulitan dalam penyembuhan.
Begitu pula denga perut buncit. Waspadalah bagi kaum pria yang memiliki perut buncit. Berdasarkan penelitian, pria berperut buncit sangat rentan terhadap penyakit jantung. Hal ini dikarenakan lokasi penumpukan lemak berkaitan dengan keamanan organ yang vital, yaitu jantung.
Dalam penelitian yang melibatkan sampai 137 pria yang berusia antara 30 - 71 tahun, menunjukan penumpukan simpanan lemak di perut berhubungan langsung dengan penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).
Dengan kata lain, pria yang memiliki perut buncit beresiko terkena penyakit jantung lebih besar daripada orang yang memiliki timbunan lemak di paha. Timbunan lemak yang ada di perut cenderung bersifat resistance insulin, atau tak mudah dipengaruhi oleh insulin.
Akibatnya hormon insulin tak berfungsi dengan baik dan menyebabkan kelainan metabolisme tubuh. Inilah yang memicu peningkatan kolesterol. Dan akhirnya muncul jantung koroner.
Bagaimana dengan perempuan? Ternyata menurut penelitian, perempuan berperut buncit memiliki kemungkinan sangat kecil untuk menimbulkan penyakit jantung. Karena perempuan memiliki hormon esterogen. Paling hanya mengalami sesak nafas.
Bagi pria berperut buncit sebaiknya banyak-banyak konsumsi air putih, serta perbanyak konsumsi protein dan sayuran. Jangan lupa untuk giat berolah raga serta makan yang teratur. Dan, yang terbaik segera turunkan berat badan.

Memakmurkan Masjid Yuk!

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ J قَالَ:
﴿ سَـبْعَةٌ يُظِـلُّهُمْ اللهُ فِي ظِـلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: اَلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْـبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْـتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَـفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَـبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْـفَى حَـتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُـنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ ﴾
Dari sahabat Abu Hurairah r.hu, ia berkata, “Dari Nabi saw telah bersabda,

“Ada tujuh kelompok yang akan mendapatkan perlindungan Allah pada hari yang tiada perlindungan kecuali perlindungan-Nya. Mereka adalah: Pemimpin yang adil; Anak muda yang senantiasa beribadah kepada Allah azza wa jalla; Seseorang yang hatinya senantiasa dipertautkan dengan masjid; Dua orang yang saling mencintai karena Allah, yakni keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah; Seorang lelaki yang ketika dirayu oleh seorang perempuan bangsawan lagi rupawan, lalu ia menjawab, “Sungguh aku takut kepada Allah”; Seseorang yang mengeluarkan shadaqah lantas disembunyikan sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya; dan Seseorang yang berdzikir kepada Allah di tempat yang sunyi kemudian ia mencucurkan air mata” (Hr.Bukhari dan Muslim).

Kedudukan hadis
Derajat hadis ini muttafaqun ‘alaih. Hadis ini diriwayatkan oleh para imam yang lain. Seperti: Imam Ahmad r.hu, pada Musnad-nya, hadis nomor 13433, halaman 480, Juz XXVII, bab Musnad Anas bin Malik.
Diriwayatkan pula dengan lafadz yang berbeda oleh Imam Muslih r.hu dalam Shahih Muslim, hadis nomor 3774, halaman 306, Juz X, bab Karihatusy Syarbi Qa’iman.
Dan, Imam Tirmidzi r.hu dalam Sunan Tirmidzi, hadis nomor 1801, halaman 88, Juz VII, bab Ma Ja’a fi Nahyi ‘Anis Syarbi Qa’iman. Serta di riwayatkan pula oleh Imam Ibnu Majah dalam kitab Sunan Ibnu Majah no. 3415 juz 10, hal 214 bab syarbu qaiman.

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ وَرَجُلٌ قَلْـبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ ﴾
“Seseorang yang hatinya senantiasa dipertautkan dengan masjid”

Masjid adalah “rumah” Allah. Allah azza wa jalla sangat senang rumah-Nya dikunjungi oleh para hamba-Nya yang beriman. Maka, jadilah Anda seorang yang memiliki hati yang selalu terpaut dengan masjid. Guna commitment and consistent (CC) dengan masjid-nya Allah.
Setiap saat pintu rumah-Nya terbuka bagi setiap mukmin yang hendak datang berkunjung. Hal itu ditandai dengan dikumandangkan adzan selama 24 jam, sebanyak lima kali. Adzan itu merupakan undangan buat para mukmin. Untuk mengunjungi masjid-Nya. Rugilah seorang manusia yang tidak memenuhi undangan-Nya.
Masjid dibangun untuk dimakmurkan. Keberadaan masjid dibangun untuk men-setting umat Islam, agar di keseharian hidup, selalu mengalami Perubahan Perilaku (Behavior Transformation) yang signifikan dengan peningkatan: Iman; Takwa; dan Qurbah (ITQ).
Dari sinilah. Masjid berfungsi dan berperan sebagai lembaga kader. Yang dapat melahirkan banyak kader. Baik kader ilmuwan, cendekiawan, intelektual, ulama, mujahid, pebisnis, pekerja sosial, pendidik, dan penebar kasih-sayang.
Karenanya, Rasulullah saw ketika hijrah di Madinah. Yang pertama kali beliau dirikan adalah masjid. Bukan pasar. Bukan perpustakaan. Dan, bukan pusat pemerintahan. Silahkan bandingkan dengan Cara Berpikir kaum muslimin di akhir jaman. Di mana mereka lebih mendahulukan mendirikan mall, supermarket, dan hypermarket. Ketimbang memakmurkan masjid. Masjid hanya didirikan. Tidak lagi dimakmurkan.
Sekarang, masjid tak lebih sekadar situs sejarah. Kaum muslimin yang banyak mengenang eksistensi masjid di era Rasulullah saw atau di era keemasan Islam. Tetapi, kenyataannya, keberadaan masjid, dewasa ini hanya seonggok bangunan. Yang orang awam berlomba membangun dengan biaya sebanyak-banyaknya. Dibangun seindah-indahnya. Pokoknya, masjid didirikan sekadar untuk sebuah kebanggaan. Tidak ada lagi kekuatan untuk menciptakan Behavior Transformation (betra).
Terbukti. Masjid di negeri ini khususnya. Jama’ah shalat subuh telah raib. Dan, Anda dapat melihat juga di negera-negara Islam yang lain, juga mengalami nasib yang sama. Masjid telah ditinggalkan umat Islam.
Memang di akhir jaman. Kaum muslimin telah terbuat dengan Cara Berpikir yang salah. Tapi anehnya mereka membanggakan Cara Berpikir salahnya tersebut. Disinyalemenkan Allah azza wa jalla,

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah, ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut [kepada siapa pun] selain kepada Allah. Maka, merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (Qs.at-Tawbah [9]: 18).

Pemahaman Hadis
1. (رجـــل) rajulun. Artinya, seorang lelaki.
Sangat ditekankan seorang lelaki untuk meramaikan dan memakmurkan masjid. Sekali pun demikian, tidak ada halangan bagi kaum perempuan untuk ikut serta memakmurkan masjid. Yang penting mereka dapat menjaga diri dari fitnah atas dirinya.

2. (قلــبه) qalbuhu. Artinya, hatinya.
Seorang mukmin hatinya harus terpaut dengan masjid. Baik muslim maupun muslimah, hatinya harus terikat dengan masjid. Hal ini harus di-afirmasi-kan dalam alam bawah sadar (albasa). Guna mendorong terjadinya pemakmuran masjid.

3. (معــــلق) mu’allaqun. Artinya, tergantung.
Kelak yang mendapat pertolongan Allah pada Hari Kiamat. Yakni, salah seorang dari tujuh golongan, yang hatinya selalu tergantung (terpaut) dengan masjid-masjid milik Allah.
Itu ditandai dengan keajegannya di dalam shalat berjama’ah di masjid, dan selalu memikirkan kemakmuran masjid.

4. (المــــساجد) al-masājid. Artinya, masjid-masjid.
Semua masjid Allah yang berada di muka bumi, adalah masjid kaum muslimin-mukmin. Bahkan, bumi yang terhampar ini juga merupakan masjid bagi umat Rasulullah saw.
Sangat disayangkan bila seorang muslim harus bertengkar dengan sesama saudaranya, karena “rebutan” masjid. Semua ingin ditokohkan. Semua ingin di-ustadz-kan. Semua ingin menjadi imam. Sungguh inilah petaka yang menimpa kaum muslimin sekarang ini.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Rasulullah saw tak pernah lepas dari beribadah di masjid. Ketika beliau sakit menjelang akhir hayatnya, tatkala mendengar adzan sahabat Bilal. Beliau berkata kepada ibunda A`isyah r.ha, ''Antarkan aku ke rumahku!”
Ibunda A`isyah keheranan, seraya bertanya, “Bukankah ini rumah engkau, wahai kekasih Allah?”
Rasulullah menjawab, “Bukan, rumahku adalah masjid.”
Pada kesempatan lain beliau bersabda, “Seandainya umatku mengetahui keutamaan shalat berjamaah di masjid, merangkak pun mereka tetap shalat berjamaah di masjid” (Muttafaqun `alaih).
Masjid juga rumah para malaikat. Dalam hadis riwayat Imam Ahmad r.hu ditegaskan, “Para malaikat itu mendoakan dan mengaminkan doa mereka yang memakmurkan masjid.”
Allah azza wa jalla menyebut mereka yang gemar berjamaah di masjid sebagai kekasih-Nya. Allah swt berfirman,

''Rumah Ku di muka bumi adalah masjid. Para kekasih Ku adalah mereka yang memakmurkan rumah Ku. Barangsiapa yang ingin berjumpa dengan Ku. Hendaklah ia datang ke rumah Ku. Sungguh wajib bagi tuan rumah menghormati para tamunya” (Hadis Qudsi).

Karena itulah, adzan bukan panggilan muadzin. Tapi, panggilan Allah untuk para kekasih-Nya. Mulai Anda meramaikan dan memakmurkan masjid. Tidak hanya sekadar di bulan Ramadlan dan hari Jum’at. Namun mengusahakannya di setiap waktu shalat, terutama subuh dan isya`.
Dengan begitu Anda juga melatih diri Anda untuk shalat tepat waktu, berjama’ah, dan mempererat ukhuwah. Dalam jama’ah tidak lagi ada perbedaan, tidak ada lagi pangkat dan jabatan, tidak lagi memandang kaya dan miskin.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Miliki mindSET, bahwa Anda selalu shalat berjama’ah di masjid.
2. Ciptakan masjid dilingkungan Anda dapat melahirkan terjadinya warga sekitar hidup: Sehat; Sejahtera; dan Bahagia (SSB).
3. Ukur masjid Anda dengan mewujudkan pola hidup: Bersih; Benar; dan Tidak Menyakiti Orang Lain (BBT).
4. Dirikan perpustakaan, buatkan webset, buat mesin uang buat masjid, dan jadikan masjid Anda “Masjid Komunitas”.
5. Tinggalkan tradisi “meminta” (ngemis) untuk membangun masjid. Tapi, beri pencerahan kepada segenap kaum muslimin untuk berani berkurban di dalam memakmurkan masjid.
6. Wujudkan masjid yang mampu mendorong terjadinya betra kepada siapa pun.
7. Bebaskan masjid Anda dari ormas apa pun dan parpol apa pun. Bendera masjid Anda tetap “merah-putih”. Masjid-nya orang Islam Indonesia. Bukan masjid-nya ormas tertentu. Bukan pula masjid-nya parpol tertentu.

Oase Pencerahan
Wahai saudaraku, negeri ini adalah bangsa dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Kaum muslimin adalah mayoritas. Masjid berdiri di mana–mana. Anda patut bersyukur, di negeri ini masjid termasuk bangunan yang mudah ditemukan. Dari pelosok kampung hingga kota-kota besar dengan beragam model dan ukuran. Tetapi, sudahkah masjid itu memenuhi fungsi yang semestinya? Setidaknya, masjid memiliki fungsi sebagai sarana menegakkan ukhuwah, persamaan, dan keadilan.
Masjid adalah tempat yang dimuliakan Allah swt. Dari sinilah memancar karunia dan keberkahan-Nya untuk orang-orang yang hatinya selalu terkait dengan-Nya. Suatu tempat yang tidak ada satu pun masjid di dalamnya akan hampa dari keberkahan-Nya. Dan, tempat yang hampa dari keberkahan-Nya akan selalu dirundung masalah demi masalah, yang membuat penghuninya hidup dalam ketidak-nyamanan dan ketidak-tenteraman.
Alangkah indahnya bila setiap masjid yang didirikan tidak saja di bangun untuk sebuah hiasan belaka. Alangkah berkahnya bila masjid-masjid besar dan kecil yang ada, selalu dipenuhi dengan jama’ah yang melaksanakan aktivitas ibadah.
Sungguh, insya Allah negeri ini akan jauh dari bencana. Karena keberkahan yang terpancar dari ketakwaan masyarakat yang menghuni bumi Indonesia.
Seperti apa pun bentuknya, masjid harus di rawat dan dan ‘dihidupkan’ kegiatannya. Menggiatkan berbagai aktivitas keagamaan yang didasari oleh semangat penghambaan kepada Allah swt. Menjadi sentra pemberdayaan dan pembinaan umat. Yang akhirnya masjid akan memainkan fungsinya sebagai salah satu pilar kebangkitan umat, dan pencegah terjadinya: multi krisis, bencana, dan perang saudara