Jumat, 17 September 2010

Apabila Iman Menjadi Pilihan

عَنْ أَبِي هُرَيْـرَةَ  أَنَّ رَسُـولَ اللهِ J قَالَ:
﴿ النَّـاسُ مَعَادِنُ، كَمَـعَادِنِ الْفِـضَّةِ وَالذَّهَـبِ، خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِـيَّةِ، خِيَارُهُمْ فِي اْلإسْـلاَمِ إِذَا فَقُـهُوا، وَاْلأَرْوَاحُ جُـنُودٌ مُجَـنَّدَةٌ، فَمَا تَعَارَفَ مِنْـهَا ائْـتَلَفَ وَمَا تَـنَاكَرَ مِنْـهَا اخْـتَلَفَ ﴾
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah r.hu, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,

"Manusia itu harta tambang, seperti halnya emas dan perak. Pilihan mereka ada yang jahiliah serta ada pula yang Islam; apabila mereka memahami. Sedangkan arwah-arwah itu seperti kumpulan pasukan. Yang satu paham akan berkumpul, dan yang beda paham tidak akan dikumpulkan”

Kedudukan Hadis
Hadis riwayat Imam Muslim, dalam Shahih Muslim dalam bab Junudun Mujannadah, halaman 89, Juz 13, nomor hadis 4774.

Kunci Kata (Miftâhul Kalâm)
﴿ النَّـاسُ مَعَادِنُ ﴾
“Manusia itu harta tambang”

Hadis ini menjelaskan, sesungguhnya manusia itu ibarat tambang yang terpendam. Seperti digambarkan Nabi saw, laksana emas dan perak. Hal itu mengandung isyarat, bahwa keberadaan manusia sungguh sangat dimuliakan oleh Allah azza wa jalla. Namun kemuliaan seorang manusia dapat berubah menjadi kehinaan. Manakala seseorang telah mengikuti hawa nafsunya. Dari mengikuti hawa nafsu itulah seringkali manusia berkompromi dengan setan dan iblis. Yang pada akhirnya, harus mendekam di dalam neraka-Nya selama-lamanya. Tak terkecuali, seorang muslim terkadang masih ada yang kalah dengan tipu daya hawa nafsunya. Sehingga di keseharian hidup dia berkolaborasi dengan setan. Akibatnya, dia kelak harus mencicipi neraka dahulu sebelum berada di surga-Nya. Sebagaimana digambarkan-Nya,
           
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya4 Kemudian, Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya [neraka]5" (Qs.at-Tîn [95]: 4-5).

Dalam konteks kehidupan di dunia, umat manusia telah diberi kebebasan memilih (free will) oleh Allah azza wa jalla. Yaitu, memilih jalan keimanan atau jalan kekafiran. Seorang manusia oleh Allah swt diberikan kebebasan untuk memilih menjadi mukmin atau menjadi kafir; kesemuanya diserahkan pilihan itu kepada manusia sendiri. Sebagaimana difirmankan-Nya,
               •                
Dan, katakanlah, "Kebenaran itu datangnya dari Rabb kalian. Maka, barangsiapa yang ingin [beriman] hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin [kafir] biarlah ia kafir." Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang dhalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan, jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek" (Qs.al-Kahfi [18]: 29).

Namun yang harus disadari pula oleh seorang manusia. Setiap pilihan pasti mengandung: resiko, konsekuensi, dan ekses. Apapun bentuk pilihan seorang manusia di kehidupannya. Di sinilah agama menjadi sangat penting dalam kehidupan seorang manusia. Karena dengan agama (baca: Islam) seorang manusia akan terbimbing ke jalan yang benar dan mengandung keselamatan yang sebenarnya. Yaitu, umat manusia akan memiliki kehidupan yang: Sehat; Sejahtera; dan Bahagia (SSB). Dan, tidak pilihan yang benar, kecuali pilihan untuk mendapatkan keuntungan di akhirat. Sebagaimana dinyatakan-Nya,
                      
"Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya. Dan, barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia; dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat" (Qs.asy-Syûrâ [42]: 20).

Pemahaman Hadis
1. (خـيارهـم) Khiyâru-hum.
Khiyâr berarti pilihan. Kata ganti (dlamir) hum. Merujuk kepada manusia (an-nâs). Maksudnya, manusia di kehidupan dunia ini diberi kebebasan memilih oleh Allah azza wa jalla. Namun demikian, pilihan manusia dalam memilih (ikhtiar), hendaknya memilih pilihan-pilihan yang mendapatkan ridla-Nya.
2. (فى الجاهـلـيّة) fil-Jâhiliyyati.
al-Jâhaliyyati: sifat bodoh. Kata fî: di dalam. Pilihan yang dihadapi manusia, ada dua: jahiliah atau Islam. Jahiliah berarti seseorang harus mengingkari keberadaan Islam. Sedangkan, Islam, seseorang harus mengimani keberadaan Allah swt.
Sifat bodoh yang dialamatkan kepada kaum quraisy. Bukan berarti bodoh secara intelektual. Bukan begitu. Mereka secara intelektual cerdas dan pandai, seperti telah dibuktikan dalam catatan sejarah. Namun kecerdasan dan kepandaian mereka secera intelektual itu tidak dibarengi dengan Kecerdasan Intuisional (Intuitional Quotient). Maka, sekali pun mereka mengerti, bahwa ajaran Islam itu benar adanya. Mereka tetap mengingkari karena kesombongan mereka.
Jadi, jahiliah mereka. Karena sangat mengerti kebenaran dinul Islam. Tetapi mereka menolak kebenaran tersebut dikarenakan lebih memilih mengikuti hawa nafsu dan tradisi yang salah yang telah lama mereka ikuti dan yakini.
3. (خـيارهم فى الإسـلام) Khiyâru-hum fil-Islmkkom.
al-Islâm, dalam hadis ini juga menjadi salah satu pilihan yang menjadi pilihan-pilihan umat manusia. Seperti alfaqir katakan di atas, setiap pilihan seorang manusia pasti memiliki: resiko, konsekuensi, dan ekses. Begitu juga apabila seseorang telah menjatuhkan pilihan hidupnya bersama dinul Islam.
4. (إذافـقِـهُوْا) idza Faqihû.
Faqihû terangkai setelah kata idzâ. Ini menandakan, bahwa orang yang menjadikan Islam sebagai pilihan adalah orang yang mempunyai kepahaman. Kepahaman mengenai dinul Islam adalah modal utama bagi seorang manusia untuk mengarungi kehidupan, agar dia menjadi muslim yang seimbang (kaffah). Guna mendapatkan pemahaman tersebut, setiap kaum muslimin diwajibkan selalu menuntut ilmu pengetahuan diniah.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Ruh orang yang beriman dengan ruh orang kafir, oleh Allah azza wa jalla dibedakan dalam pengelompokannya. Itu artinya, dalam konteks dunia, di dalam berinteraksi sosial haruslah hati-hati. Karena orang kafir sangat berbeda dengan orang Islam. Orang Islam (muslim) yang notabene-nya berkeimanan kepada Allah azza wa jalla. Harus CC 100% dengan ajaran dinul Islam. Tidak perlu terpengaruh dengan gemerlapnya kekafiran yang mereka tawarkan.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Tinggalkan segenap hal yang berbau-bau jahiliah. Sebab, sekarang pun ada "jahiliah modern". Yaitu, modus operandi-nya sama persis dengan perilaku kaum jahiliah di jaman Nabi saw.
2. Berkomunitaslah dengan kaum yang beriman dan orang-orang yang benar. Ukuran benar adalah CC-nya dengan Neraca Syariat.
3. Jagalah hati dan jagalah lambung. Menjaga hati dengan menanamkan dzikrullah dalam alam bawah sadar. Dan, menjaga lambung dengan banyak mengerjakan puasa sunnah. Maka, seorang manusia mendapatkan kemuliaan di sisi-Nya.
4. CC 100%-lah dengan Neraca Syariat. Sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi terhadap dinul Islam.

Oase Pencerahan
Anugerah yang berupa akal yang diberikan Allah swt kepada umat manusia. Menjadikan umat manusia berbeda dengan makhluk Allah yang lainnya. Kemuliaan manusia terletak sejauhmana, seorang manusia itu memberdayakan akalnya, sehingga seorang manusia itu memiliki Cara Berpikir yang benar di keseharian hidupnya.
Adapun agama yang memiliki panduan Cara Berpikir yang benar, hanyalah dinul Islam. Di mana hanya dinul Islam yang memiliki fasilitas terlengkap, di dalam memfasilitasi seseorang manusia untuk menjadi Manusia Mulia (Human Elyon). Yakni, mulia di sisi-Nya dan mulia di hadapan para makhluk-Nya.
Apabila anda mau berpikir. Mulia mana masyarakat Islam dengan masyarakat jahiliah. Alfaqir yakin anda telah mampu membaca sejarah peradaban umat manusia. Maka, kita akan menetapkan pilihan kita bersama dinul Islam. Sebab, nyata-nyata hanya dinul Islam yang mampu menjadikan seorang manusia lebih mulia dari siapa pun. Dan, Allah swt akan meridlai seorang muslim ketimbang siapa pun. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar