Jumat, 17 September 2010

Ingin Mendapatkan Karunia-Nya, Sampaikan Hadis Rasulullah saw

عن زيدِ بنِ ثابتٍ  قال: سمعت رسول الله J يقولُ:
﴿ نَـضَّرَ اللهُ اِمْرَأً سمَِعَ مِنَّا حَدِيْثًا فَبَلَّـغَهُ غَيْـرَهُ، فَرُبَّ حَامِلِ فِـقْهٍ إِلىَ مَنْ هُوَ أَفْـقَهُ مِـنْهُ، وَرُبَّ حَامِلِ فِـقْهٍ لَيْـسَ بِفَـقِيْهٍ، ثَلاَثٌ لاَيُـغِلُّ عَلَيْـهِنَّ قَلْـبُ مُسْـلِمٍ: إِخْـلاَصُ الْعَـمَلِ ِللهِ، وَمُنَاصَـحَةُ وُلاَةُ اْلأَمْـرِ، وَلُزُوْمُ جَمَاعَتِـهِمْ، فَإِنْ دَعَوْتَـهُمْ تُحِيْـطُ مِنْ وَرَائِـهِمْ، وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا نِـيَّتَهُ فَرَّقَ اللهُ عَلَـيْهِ أَمْـرَهُ، وَجَـعَلَ فَـقْرَهُ بَيْنَ عَيْـنَيْهِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا كُـتِبَ لَهُ، وَمَنْ كَانَتِ اْلآخِرَةُ نِـيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ أَمْـرَهُ، وَجَـعَلَ غِـنَاهُ فِي قَلْـبِهِ، وَأَتَـتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِـمَةٌ ﴾

Diriwayatkan dari sahabat Zaid bin Tsabit r.hu, telah mendengar dari Rasulullah saw bersabda,

“Allah melimpahkan karunia-Nya kepada orang yang mendengar sesuatu dariku. Lalu, dia menyampaikan kepada orang lain. Banyak sekali orang yang mengajar fikih, sementara yang diajarinya lebih memahami. Banyak juga, orang yang mengajar fikih, tetapi bukan ahli fikih. Ada tiga hal yang tidak membelenggu hati seorang muslim. Yaitu, beramal ikhlas karena Allah, menasehati para penguasa, dan tidak meninggalkan jamaahnya, karena mereka berdoa dari belakangnya. Allah pasti mengacaukan urusan orang yang berniat mencari dunia. Allah juga menjadikan kefakiran di depan matanya. Dunia hanya dapat dia peroleh sesuai yang dituliskan untuknya. Sebaliknya, Allah pasti menyukseskan urusan orang yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya. Allah menjadikan kecukupan di dalam hatinya, dan dunia pasti tunduk kepadanya (Hr.Ibnu Hibban. Kitab Matjarur Rabih, hadis nomor 45, hal.24).

Kedudukan Hadis
Hadis shahih riwayat Ibnu Hibban dengan nomor hadis 682, Juz III, halaman 357 di bab Faqir, Zuhud, wal Qana’ah. Hadis senada juga terdapat dalam Kitab Sunan Ibnu Majah no.3074, Juz IX, halaman 174, di bab Khutbah Yaumun Nahr dan bab Ballaghul Ilmi. Sunan Tirmidzi no.2580, Juz IX, halaman 258, bab Ma Ja’a fi Hitsi ala Tablighi. Sunan Abu Daud no.3157, Juz X, halaman 76, bab Fadhlu Nashrul ‘ilmi. Sedangkan lafadznya milik Ibnu Hibban.

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ نَـضَّرَ اللهُ اِمْرَأً سمَِعَ منَّا حَدِيْثًا فَبَلَّغَهُ غَيْرَهُ ﴾
“Allah melimpahkan karunia-Nya kepada orang yang mendengar sesuatu dariku. Lalu, dia menyampaikan kepada orang lain.”

Yang harus dipahami, semua yang diucapkan Rasulullah saw adalah kebaikan. Sedangkan, sebaik-baik amal adalah amal kebaikan. Adapun sebaik-baik perkataan adalah perkataan yang mengajak kepada kebaikan.
Maka, begitu mulianya manusia-manusia yang selalu mengisi hari-harinya untuk mengajak orang lain untuk senantiasa mengikuti apa saja yang telah diucapkan oleh Rasulullah saw. Karena pada hakikatnya dia selalu menyampaikan kebaikan dan mendakwahkan risalah Allah swt.
Namun semangat dakwah kita semakin redup dan melemah. Kebanyakan takut menghadapi resiko dakwah yang berupa cemoohan, ejekan serta kata-kata kasar lainnya dari mulut-mulut ”jahiliah modern”. Seakan kita telah lupa dan tidak meresapi kisah sejarah Nabi Nuh as yang berdakwah kepada kaumnya siang dan malam selama 950 tahun dengan penuh kesabaran menghadapi semua tuduhan dan ancaman.
Dan, yang harus kita ingat bahwa, agama adalah nasihat. Sebagai seorang muslim mukmin. Apa pun yang telah kita dengar dari Rasulullah saw sudah seharusnya disampaikan kepada orang lain. Terutama keluarga terdekat, sebagai bentuk nasihat, dan sekaligus, upaya penyelamatan dari api nereka yang bahan bakarnya batu dan manusia. Karena merekalah tanggung jawab dakwah utama kita di hadapan Allah, setelah mendakwahi diri kita sendiri.
Setelah itu, setiap diri kita hendaknya mengajak tetangga, teman dekat, dan kolega untuk selalu berada dalam jalan kebaikan. Allah swt telah berfirman dalam surat fushshilat ayat 33 yang berbunyi,


Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih, dan berkata, "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Qs.Fushshilat [41]: 33).

Pemahaman Hadis
1. (نـضر اللهُ) nadldlara-llāhu.
Kalimat ini bemakna, bahwa Allah azza wa jalla memuliakan, atau menganugerahi kebaikan berupa limpahan rahmat-Nya. Ini adalah janji Rasulullah saw.
2. (اِمْرَأً) Imra`an.
Berasal dari kata mar’un yang berarti seorang, baik laki-laki maupun perempuan. Maksudnya, setiap orang yang melakukan amal perbuatan yang telah ditunjuk oleh Rasulullah saw.
3. (سمع منَّا حديثًا) Sami’a minnā hadītsān
Kata ini berarti ”mendengar dari kita”. Artinya, siapa pun yang mendengar ucapan Rasulullah saw.
4. (فـبلّـغهُ) Fa-ballaghahu.
Maksudnya, seseorang yang telah mendengar apa-apa dari Rasulullah saw. Lalu, menyampaikan apa yang didengarnya tersebut kepada orang lain.
5. (سمع منَّا حديثًا) Sami’a minnā hadītsān
Kata ini berarti ”mendengar dari kita”. Artinya, siapa pun yang mendengar ucapan Rasulullah saw.
6. (سمع منَّا حديثًا) Sami’a minnā hadītsān
Kata ini berarti ”mendengar dari kita”. Artinya, siapa pun yang mendengar ucapan Rasulullah saw.
7. (سمع منَّا حديثًا) Sami’a minnā hadītsān
Kata ini berarti ”mendengar dari kita”. Artinya, siapa pun yang mendengar ucapan Rasulullah saw.


Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Pernah terjadi pertempuran antara pasukan Islam dan Persia. Saat itu, tampaknya pasukan Islam akan memenangkan pertempuran di bawah pimpinan sahabat Ibnu Haritsah r.hu. Namun ternyata pasukan Persia berhasil merengsek ke bagian sayap kanan pasukan kaum muslimin yang berasal dari Bani Bakar yang betempur tanpa semangat.
Sahabat Ibnu Haritsah r.hu kemudian menulis kata-kata pendek yang berbunyi, ”Janganlah kalian mempermalukan kaum muslimin.”
Akhirnya pasukan Islam menang secara total. Dan, Bani Bakar beperan penting dengan kemenangan tersebut. Semangat mereka terbakar hanya karena sebuah kalimat yang tertera dalam surat tersebut.
Wahai saudara muslim-mukmin, janganlah kalian mempermalukan Islam. Jangan membuat orang lari dari Islam dengan kita banyak menikmati hijaunya dunia. Pendidikan Islam yang gagal telah mencemarkan nama baik Islam, para gadis berjilbab yang pacaran telah merusak citra Islam, para anggota DPR dan pejabat muslim yang korupsi telah mencoreng Islam. Sungguh atas nama Allah, jangan mencemarkan dinul Islam.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Ajaklah orang lain menuju kebaikan. Yaitu, kebaikan dinul Islam. Jangan pernah bosan. Dan, jangan pula berputus asa untuk mengajak manusia kepada jalan Islam.
2. Senanglah untuk menuntun manusia menuju hidayah Allah.
3. Milikilah hati yang selalu mencintai agama Allah. Tunjukkan kebanggaan kita sebagai seorang muslim mukmin.
4. Nasihatilah orang lain untuk mencintai agama Allah.
5. Tinggalkan cinta dunia (hubbud dunya).

Oase Pencerahan
Sekaranglah saatnya bagi kita untuk mengerahkan segala daya dan upaya. Guna mengajak dan mengajarkan apa-apa yang telah disabdakan Rasulullah saw kepada orang lain, tanpa mengharap imbalan apa pun dari mad’u (audiens) kita.
Adalah, sebuah kenyataan, sekaligus menjadi fenomena dakwah Islam di negeri yang pemeluk Islam-nya mayoritas. Namun dakwah Islam-nya telah mengalami pembusukkan (distorsi) di mana-mana. Diikarenakan para penyampainya telah menjadikan materi sebagai tujuan. Bukan lagi murni (lil-lāhi ta’ālā) untuk membumikan risalah-Nya. Semua diukur dengan uang (baca: serba material-duniawiah).
Apabila kita mau mengimani sabda Rasulullah saw dalam hadis di atas. Maka, hadis ini telah menjadi sebuah Kecerdasan Motivasi yang hebat lagi dahsyat. Sehingga segenap kaum muslimin yang telah baligh lagi berakal. Akan memiliki dhirah dakwah Islam yang handal lagi ulet.
Mengapa? Disebabkan, setelah membaca atau mendengar hadis shahih ini. Lalu, lahir Kecerdasan Keberagamaan untuk melakukan Akselerasi Sikap Mental (attitude acceleration). Sehingga di keseharian hidupnya memiliki Perubahan Perilaku yang signifikansi dengan kesuksesan dakwah Islam.
Sadar benar. Bahwa, di dalam menjalankan dakwah Islam. Yang dicari hanya ridla-Nya. Bukan material duniawiah. Seperti: uang, jabatan, kekuasaan, pepuleritas, kemegahan, dan mudahnya fasilitas hidup, serta banyaknya akses yang menguntungkan. Sekali lagi bukan itu tujuan dakwah Islam. Mulai sekarang, para ulama, para da’i, para khatib, dan para muballigh (termasuk para wartawan, mentor, penulis, dan apa saja yang berkecimpung di dunia dakwah). Harus berani kembali kepada alur perjuang dakwah yang benar. Sebagaimana telah disinyalemenkan dalam al-qur`an,


”Jika kalian berpaling [dari peringatanku]. Aku tidak meminta upah sedikit pun dari pada kalian. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka. Dan, aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri [kepada-Nya]" (Qs.Yūnus [10]: 72).

Dalam lanjutan hadis di atas, juga dijelaskan, bahwa barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan. Maka, segala rencana akan ditata oleh oleh Allah azza wa jalla. Begitu juga dengan dakwah kita. Apabila benar-benar ikhlas hanya karena mengharap ridla-Nya. Janji Allah buat kita. Kita akan menemui kesuksesan di dunia dan di akhirat.
Sedangkan beberapa hikmah kita menyampaikan sabda Rasulullah saw, antara lain adalah:
Pertama, orang yang mendengar apa yang kita sampaikan lebih paham dalam memaknai teks ucapan beliau tersebut. Sehingga jika orang lain mengamalkan apa yang kita sampaikan. Kita akan memperoleh pahala yang sama dengan orang tersebut. Tanpa dikurangi sedikit pun.
Kedua, mengontrol diri kita apabila telah berbicara atau mengajak kebaikan. Maka, diri kita akan berusaha mengamalkan apa yang kita katakan. Contohnya, jika kita sudah sering mengajak orang lain shalat berjamaah, puasa sunnah, dzikrullah, shalat-shalat sunnah, tilawah al-qur’an dan amalan-amalan Nabi saw lainnya. Maka, akan terpatri dalam Alam Bawah Sadar (ABS) kita untuk mengamalkan kebaikan-kebaikan itu.
Dan, semua itu sulit untuk dilakukan, apabila hati kita terbelenggu. Maka, untuk melepaskan belenggu hati kita. Rasulullah saw mengajarkan tiga hal, yaitu: 1).Niatkan dakwah hanya mencari ridla Allah semata; 2).Jangan gentar serta segan untuk mengingatkan para penguasa; dan 3).Tetaplah istiqamah dalam membimbing jamaah, karena mereka selalu berdoa di belakang kita. [ ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar