Jumat, 17 September 2010

Mengapa Berdebat?

عن أبي أمامة  قال, قَالَ رَسُولُ اللَّهِ J:
﴿ مَنْ تَـرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُـبْطِلٌ بُـنِيَ لَهُ بَـيْتٌ فِي رَبَـضِ الْجَـنَّةِ، وَمَنْ تَرَكَهُ وَهُوَ مُحِـقٌ بُـنِيَ لَهُ فِي وَسَطِـهَا، وَمَنْ حَسَّـنَ خُلُـقَهُ بُـنِيَ لَهُ فِي أَعْلاَهَا ﴾
Dari sahabat Abi Umamah r.hu, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda,

"Orang yang meninggalkan perdebatan karena dia salah, maka dibangunkan istana baginya di pinggiran surga. Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar, maka dibangunkan istana baginya di tengah-tengah surga. Orang yang baik akhlaknya, maka dibangunkan istana baginya di atas surga" (Hr.Abu Dawud).

Kedudukan Hadis
Hadis ini adalah hadis yang berajat hasan. Jalur periwayatan dari sahabat Abu Umamah r.hu. Sedangkan para imam muhadis yang meriwayatkan, di antaranya: Imam Tirmidzi; Imam Abu Dawud; Imam Ibnu Majah; dan Imam Baihaqi.
Lafadz di atas adalah milik Imam Abu Dawud. Imam Tirmidzi menyebutnya sebagai hadis hasan.
Juga, terdapat dalam Kitab Shahih Targhib wa Tarhib, hadis nomor 132, Juz I, halaman 32. Sedangkan, dalam takhrij Kitab Ihya’ Ulumuddin, hadis nomor 1801, Juz IV, halaman 301.

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ مَنْ تَـرَكَ الْمِرَاءَ ﴾
“Orang yang meninggalkan perdebatan”

Sadar atau tidak umat Islam. Hampir sebagian besar masih “menyukai” perdebatan. Tidak tahu alasan mereka, mengapa mereka masih gemar berdebat. Lebih-lebih debat itu dilakukan sesama muslim mukmin. Soal-soal sepele selalu diperdebatan atar “kelompok” Islam. Masing-masing mereka bangga, jika praktek keberagamaan mereka berbeda dengan saudara muslim mukmin lain. Sungguh sebuah petaka, apabila kondisi tersebut dibiarkan berlarut-larut.
Sungguh tidak dapat diterima oleh akal budi seorang yang berilmu pengetahuan diniah. Bahwa, dengan debat kehidupan umat Islam akan menjadi lebih baik. Sungguh yang terjadi malah sebaliknya; insya Allah.
Akibat kegemaran sebagian besar umat Islam berdebat. Maka, umat Islam terkotak dalam bingkai-bingkai eksklusivisme yang terpinggirkan. Memang inilah yang didesain oleh para petinggi zionisme international --bedakan dengan kaum yahudi.
Tidak ada ceritanya. Berdebat melahirkan kebersamaan. Mana mungkin jika strat-nya berbeda akan dapat mencapai finish secara bersama-sama. Sungguh tidak dapat diterima oleh common sense publik. Bahwa, munculnya berbagai perdebatan dapat membawa kasih-sayang. Non sense.
Pedebatan adalah salah satu akhlak tercela. Ia dalam katagori pembicaraan sia-sia. Ketika seorang mukmin bersentuhan dengan perbuatan (atau perkataan) sia-sia. Ia harus segera menghindar. Sebab, perdebatan adalah salah satu perbuatan yang dapat menghancurkan seseorang ke dalam kebinasaan seperti umat-umat terdahulu. Dari sahabat Abu Hurairah r.hu, ia berkata, “Saya mendengar Nabi saw bersabda,

“Apa yang telah aku larang kamu mengerjakan, hentikanlah! Dan, apa yang aku perintahkan kamu mengerjakann, lakukanlah sebisa dayamu! Sesungguhnya umat yang sebelum kamu binasa karena mereka banyak tanya, dan banyak debat terhadap nabi-nabi mereka” (Hr.Muslim).

Seorang mukmin harus selalu waspada terhadap pembicaraan sia-sia lagi tidak berguna. Tidaklah tepat bagi seorang mukmin berbantah-bantahan dengan orang bodoh dan pendek akal, kecuali ada hal yang dapat diraih dalam rangka berdakwah. al-Qur`an menjelaskan sikap ideal itu,

“Dan, apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling darinya, dan mereka berkata, ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil’.” (al-Qashash [28]: 55).

Demikianlah sebua apresisasi besar dari Rasulullah saw dan Allah azza wa jalla, bagi seorang muslim mukmin yang mampu meninggalkan perilaku debat atau majelis perdebatan.

Pemahaman Hadis
(مـبطلُ) mubthilun. Artinya, bohong (كذاب).
Yang dimaksud, orang yang menutupi diri dengan cara ber-apologi. Harapannya orang lain mempercayai apa-apa yang diucapkan di dalam perdebatan. Dan, untuk memenangkan perdebatan, dia tidak segan-segan melakukan kebohongan (kedustaan). Apakah itu data, informasi, atau referensi.
Hati-hatilah dalam berbicara. Sehingga tidak menimbulkan perdebatan yang mengarah terjadinya kedustaan. Ini yang dikatakan sebagai pembicaraan yang salah (mubthilun).
Sungguh perbuatan yang baik, jika seseorang merasa bersalah dalam berdebat. Lalu, dia meninggalkan perdebatan tersebut, karena Allah swt. Dia diapresiasi dengan istana di pinggiran surga.
Pesan yang terkandung, tinggalkan debat sekecil apa pun.
(محـق) muhiqun. Artinya, betul, benar, dan tepat.
Yang dimaksud, orang yang didebat tidak membalas terhadap pendebat. Bisa saja dia membalas atau melampiaskan amarah kepada “mubthilun”. Tetapi dia memilih untuk berlapang dada, dengan cara memafkan kesalahan orang yang mendhaliminya.
Disebut di dalam sebuah hadis, sahabat Sahl bin Mu’adz r.hu meriwayatkan Rasulullah saw bersabda,

“Seseorang yang menahan amarah, padahal dia mampu untuk melampiaskan, niscaya Allah akan memanggilnya di tengah-tengah lautan manusia hingga Dia menyuruhnya untuk memilih bidadari yang disukai” (Hr.Abu Dawud).

Seorang muhiqun diapresiasi dengan istana di tengah-tengah surga oleh Allah azza wa jalla. Mengenai hal ini Allah swt menyatakan dalam firman-Nya,

“Dan, orang-orang yang sabar karena mencari keridlaan Rabb-nya. Mendirikan shalat. Menafkahkan sebagian rizeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan [yang baik]. [Yaitu] surga 'adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shalih dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya, dan anak cucunya. Sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu [sambil mengucapkan], “Salamun 'alaikum bimã shabartum". Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu”.” (Qs.ar-Ra’du [13]: 22-24).

(حـسن خـــلقـهُ) hassana khuluqahu. Artinya, dia berakhlak bagus.
Akhlak yang bagus, adalah budi pekerti yang disertai dengan tatakrama terpilih sesusai dengan Neraca Syariat. Akhlak tersebut dipilari oleh al-qur`an, al-hadis, dan ilmu pengetahuan diniah.
Dengan kata lain, akhlak bagus ialah akhlak Islam yang disertai dengan adabul Islam. Inilah akhlak yang dicintai Allah dan rasul-Nya. Juga, dicintai oleh semua orang beriman dan segenap makhluk Allah. Apabila ada seseorang yang membenci seorang yang berakhlak bagus. Bisa dipastikan orang tersebut tidak waras akal sehatnya. Tidak waras akal sehatnya disebabkan alam bawah sadar (albasa) dan akal budinya tidak pernah diberikan muatan afirmasi positif yang berupa: Belajar; Diajar; dan Mengajar (BDM).
Secara umum akhlak bagus itulah yang menjadi ending dari dakwah Islam. Dengan akhlak yang bagus, seseorang muslim mendapatkan cinta dari Allah azza wa jalla.
Apabila kita toleh kebelakang. Pengangkatan Rasulullah saw ke alam dunia sebagai nabi yang rasul. Karena untuk menyempurnakan akhlak umat manusia, yang saat itu benar-benar mengalami dekaden. Baik di masyarakat Jazirah Arabia, Romawi, India, Mesir, Persia, dan Abassinia. Mengenai hal itu diabadikan dalam hadis Nabi saw,

“Inna mā bu’itstu li utammima makārimal akhlāqi;” sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (Hr.Bukhari).

Tidak hanya itu. Rasulullah saw juga memberikan ukuran yang nyata mengenai kecerdasan seseorang itu, juga harus diukur dari akhlak bagusnya. Seperti dinyatakan beliau saw dalam sabdanya,

“al-Birru husnul khuluq;” kebaikan itu adalah akhlak yang baik (Hr.Bukhari).

Dan, dengan akhlak yang mulai, seorang muslim mukmin dapat masuk surga Allah swt. Seperti disabdakan beliau saw,

“Taqwa-llāh wa husnul khuluqi;” takwa kepada Allah dan akhlak yang baik (Hr.Tirmidzi, hadis shahīh).

Serta sabdanya,

“Akmalul mu`minīna īmānan ahsanu-hum akhlāqān;” orang mukmin yang paling sempurna imannya, adalah yang paling baik akhlaknya (Hr.Ahmad dan Abu Dawud).

Sungguh seorang hamba yang akhlaknya bagus, dia mendapatkan apresiasi dari Allah swt berupa istana yang terletak di atas surga.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman1 [Yaitu] orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya2 Dan, orang-orang yang menjauhkan diri dari [perbuatan dan perkataan] yang tiada berguna3” (Qs.al-Mu`minun [23]: 1-3).

Seorang mukmin hendaknya meninggalkan perdebatan. Sebab, perdebatan bagian dari perkataan yang sia-sia. Bahkan, dari perdebatan seringkali berujung dengan pertengkaran mulut. Inilah c-lear (Character Learning) yang dipesankan oleh ayat ini; wa-llāhu a’lam.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Jika salah dengan sesama haqqul adami, segeralah minta maaf. Lalu, diikuti dengan bertaubat di sisi Allah swt.
2. Tinggalkan debat, meski Anda pada posisi yang benar. Maafkan mereka yang telah mendlalimi diri Anda.
3. Berusaha sekuat tenaga untuk berlatih memaafkan orang lain. Utamanya yang telah mendlalimi Anda.
4. Miliki mindSET menjadi seorang hamba yang berakhlak bagus.

Oase Pencerahan
Apa pun bentuknya selagi itu namanya perdebatan. Tinggalkan, insya Allah itu akan menjadi keberkahan buat kehidupan kita. Kita juga harus berhati-hati dalam bertutur kata. Jangan sampai tutur kata yang kita lontarkan dapat menimbulkan perdebatan. Sebab, boleh jadi perdebatan dapat menjadikan keimanan seseorang goncang.
Mari kita terus menciptakan suasana yang aman, damai, harmonis, serasi, dan tidak adanya saling curiga. Sehingga dapat meminimalkan terjadinya perdebatan. Jika diam menjadi sebuah pilihan terbaik. Lakukanlah!
Sisi lain, kita harus terbiasa menerima segenap perbedaan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, bangsa, negara, dan agama. Dengan terus memupuk sikap mental dan perilaku positif thinking.
Jangan sekali-kali memposisikan siapa pun yang tidak cocok dengan pendapat atau pemikiran Anda. Lalu, dianggap sebagai lawan Anda yang harus dienyahkan. Tinggalkan sikap yang demikian!
Marilah berupaya sekuat tenaga, agar hormon kortisol yang terdapat diri Anda tidak keluar. Keluarnya hormon kortisol akan menjadikan munculnya berbagai macam penyakit dalam tubuh Anda. Cara efektif untuk menahan laju keluarnya hormon kortisol. Mulai saat ini tinggalkan: debat, marah-marah, dendam, sakit hati, dan tergoncangannya jiwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar