Jumat, 17 September 2010

Jangan Malas!

عن أَنَـسِ ، أَنَّ رَجُـلاً مِنَ اْلأََنْـصَارِ أَتَى النَّـبِيَّ J يَسْأَلُهُ، فَقَالَ:

﴿ أَمَا فِي بَيْـتِكَ شَـيْءٌ؟
قَالَ: بَلَى، حِلْـسٌ نَلْـبَسُ بَعْـضَهُ، وَنَبْـسُطُ بَعْـضَهُ، وَقَـعْبٌ نَشْـرَبُ فِـيهِ مِنَ الْمَاءِ
قَالَ: ائْـتِنِي بِهِمَا
قَالَ: فَأَتَاهُ بِهِمَا فَأَخَـذَهُمَا رَسُولُ اللهِ J بِيَدِهِ
وَقَالَ: مَنْ يَشْـتَرِي هَذَيْنِ؟
قَالَ رَجُلٌ: أَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمٍ
قَالَ J: مَنْ يَزِيدُ عَلَى دِرْهَمٍ مَرَّتَـيْنِ أَوْ ثَلاَثًا؟
قَالَ رَجُـلٌ: أَنَا آخُـذُهُمَا بِدِرْهَمَيْنِ
فَأَعْـطَاهُمَا إِيَّاهُ، وَأَخَـذَ الدِّرْهَـمَيْنِ، وَأَعْـطَاهُمَا اْلأَنْــصَارِيَّ، وَقَالَ J: اشْـتَرِ بِأَحَدِهِمَا طَعَامًا، فَانْـبِذْهُ إِلَى أَهْـلِكَ، وَاشْـتَرِ بِالآخَرِ قَدُومًا، فَأْتِـنِي بِهِ، فَأَتَاهُ بِهِ فَشَـدَّ فِيهِ رَسُـولُ اللهِ J عُوْدًا بِـيَدِهِ
ثُمَّ قَالَ لَهُ: اذْهَـبْ فَاحْـتَطِبْ وَبِـعْ وَلاَ أَرَيَـنَّكَ خَمْـسَةَ عَشَرَ يَوْمًا
فَذَهَبَ الرَّجُلُ يَحْـتَطِبُ وَيَـبِيْعُ فَجَاءَ وَقَدْ أَصَابَ عَشْرَةَ دَرَاهِمَ فَاشْـتَرَى بِبَعْضِهَا ثَوْبًا وَبِبَعْضِهَا طَعَامًا
فَقَالَ: رَسُولُ اللهِ J هَذَا خَـيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تَجِيءَ الْمَسْأَلَةُ نُكْـتَةً فِي وَجْـهِكَ يَوْمَ الْقِـيَامَةِ إِنَّ الْمَـسْأَلَةَ لاَ تَصْـلُحُ إِلاَّ لِثَـلاَثَةٍ لِذِي فَـقْرٍ مُدْقِعٍ أَوْ لِذِي غُرْمٍ مُفْـظِعٍ أَوْ لِذِي دَمٍ مُوجِـعٍ ﴾
Dari sahabat Anas bin Malik r.hu, bahwa seorang dari suku Anshar datang menemui Nabi saw. Lalu, bertanya kepada beliau. Maka, Nabi saw bertanya,

"Adakah sesuatu di rumahmu?”
Dia menjawab, “Tentu, saya memiliki sebuah karpet yang kami pakai sebagiannya, kami bentangkan sebagian lainnya, dan gelas besar yang kami gunakan untuk meminum air”.
Beliau bersabda, “Bawalah kedua barang itu kepadaku”.
Lalu, ia membawanya kepada Nabi saw. Kemudian, Nabi saw mengambil dengan tangannya, seraya bersabda, “Siapa yang mau membeli dua barang ini?”
Seseorang berkata, “Saya mau membelinya seharga 1 dirham”.
Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang mau menambah menjadi 2 dirham atau 3 dirham?"
Seseorang berkata, “Saya mau membelinya seharga 2 dirham.” Lalu, beliau memberikan kedua barang tersebut kepadanya dan mengambil 2 dirham tersebut. Kemudian, memberikan (uang)-nya kepada orang Anshar, seraya bersabda, “Belilah makanan dengan 1 dari 2 dirham ini. Lalu, berikan kepada keluargamu. Dan, belilah sebuah kapak dengan satu dirham yang lain. Lalu, bawalah kemari.”
Lalu, dia datang dengan membawa kapak tersebut. Rasulullah saw pun memasang gagang pada kapak tersebut dengan tangannya. Kemudian, bersabda, “Pergilah, cari kayu bakar dan juallah. Dan, sungguh aku tidak mau melihatmu selama 15 hari”.
Lalu, ia melaksanakan perintah beliau. Dan, dia datang dengan memperoleh 10 dirham. Kemudian, sebagian uang itu ia belikan kain. Dan, sebagian yang lain ia belikan makanan. Maka, Rasulullah saw bersabda, “Ini lebih baik bagimu daripada kamu datang dan meminta-minta yang menjadi noda hitam di wajahmu pada Hari Kiamat. Sesungguhnya meminta-minta tidak pantas, kecuali bagi tiga orang: Bagi orang fakir yang hina; Atau, orang yang memiliki kerugian yang berat; Atau, orang yang menanggung diyat si pembunuh” (Takhrij Imam Ibnu Hajar al-Asqalani r.hu, Kitâb Mukhtashar Targhîb wa Tarhîb, hadis nomor 240).

Kedudukan Hadis
Imam Abu Dawud r.hu meriwayatkan hadis ini dalam Kitab Sunan-nya bâb Mâ Tajûzu fîhîl-Mas`alah, Juz IV, hal.449, hadis nomor 1398. Sedangkan Imam Ibnu Majah r.hu meriwayatkan dalamSunan-nya bâb Bai’ul Muzâyadah, Juz VI, hal 439, hadis nomor 2189.

Kunci Kalimat (Miftâhul Kalâm)
﴿ اذْهَبْ فَاحْتَطِبْ وَ بِعْ وَلاَ أَرَ يَنَّكَ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا ﴾
“Pergilah, cari kayu bakar dan juallah. Dan, sungguh aku tidak mau melihatmu selama 15 hari”.

Allah azza wa jalla telah memerintahkan kepada para hamba-Nya untuk berusaha di dalam mencukupi kebutuhan hidup. Seperti dalam hadis di atas, Rasulullah saw menghendaki seorang Anshar untuk bekerja keras. Hal ini menunjukkan, bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang malas, dan hanya mengharapkan belas kasihan orang lain.
Rasulullah saw dan para nabi, juga bekerja sebagaimana manusia lainnya. Rasulullah saw pernah menjadi buruh menggembalakan domba. Nabi Musa as bekerja menjadi buruh di tempat Nabi Syuaib as selama 10 tahun. Nabi Zakaria as adalah seorang tukang kayu. Nabi Dawud as tidak makan kecuali dari hasil usahanya sendiri. Demikianlah etos kerja yang dibangun oleh Allah swt kepada segenap umat manusia. Prinsipnya, seorang manusia tidak boleh meminta-minta kepada manusia lain. Lalu, melalaikan dirinya untuk meminta hanya kepada Allah azza wa jalla.
Ketergantungan seseorang kepada manusia lain sangat berakibat negatif. Sebab, dia hanya mengharapkan belas kasihan kepada makhluk Allah yang lain. Maka, kemudian akan muncul sifat malas. Dan, yang dikehendaki oleh dinul Islam, adalah hilangnya rasa malas dari dalam diri seorang muslim.
Namun demikian, seorang manusia yang melakukan ikhtiariah, harus tetap commitment and consistent (CC) 100% dengan Neraca Syariat. Sedikit pun tidak boleh menyelisihinya. Keluar darinya berarti mengantarkan dirinya menjadi manusia yang paling hina di dunia; terlebih di akhirat kelak.
Contoh, seorang koruptor. Ia mendapatkan uangnya dengan cara melakukan korupsi. Secara psikologis, orang yang melakukan tidankan korupsi selama hidupnya hatinya tidak akan tenang. Hati seorang yang tidak tenang, akan mengeluarkan zat yang namanya kortisol. Dari kortisol inilah, dia akan menyerang segenap organ sang koruptor. Maka, secara medis, tubuh sang koruptor hidupnya tidak sehat.
Di samping itu, cara mendapatkan uang dengan jalan aniaya tersebut. Hasilnya jelas haram. Rizeki yang diperoleh dengan cara yang haram. Akan berakibat, di antaranya: doanya tertolak di sisi-Nya; hidupnya tidak akan menjadi baik (tidak barakah); dan di akhirat tidak ada tempat bagi daging yang tumbuh dari rizeki yang haram melainkan neraka.

Pemahaman Hadis
1. (يـسأله) Yas`aluhu.
Yas`alu (يـسأل) berasal dari kata sa`ala (سـأل). Artinya, meminta. Maksudnya, sahabat Anshar itu datang kepada Rasulullah saw untuk meminta sesuatu dari beliau.
2. (أن تـجيء المـسْألة نـكـتة في وجـهك) An tajî`al mas`alatu nuktatan fî wajhika.
Tajî`a (تـجيء), artinya: akan datang kepadamu. Adapun nuktatan (نكـتة), artinya: noda hitam. Maksud hadis ini, seseorang yang sewaktu di dunia hidupnya dengan jalan meminta-minta (bahasa Jawa: ngemis). Meminta-minta di sini artinya sangat luas. Termasuk misalnya: meminta-minta jabatan; meminta-minta sumbangan; dan segenap hal yang meminta-minta kepada makhluk, dengan sangat mengharapkan belas kasihan hingga melalaikan meminta kepada Allah swt. Maka, nanti di Hari Kiamat ia akan datang menghadap Allah dalam keadaan ada noda hitam di wajahnya.
Dalam riwayat lain, Rasulullah saw bersabda, “Orang yang suka meminta-minta di dunia, akan datang menghadap Allah azza wa jalla dalam keadaan muka tanpa daging.”
3. (لـذي فـقر مـدقع) li dzî faqrin mudqi’in.
Arti lafadz ini, menunjukkan bahwa seorang yang faqir lagi hina. Boleh meminta-minta sebatas sebagai perbuatan yang terpaksa. Bukan sebagai mata pencaharian.
4. (لذي غـرم مفـظع) li dzî ghurmin mufdhi’in.
Kata li dzî ghurmin mufdhi’in setelah terangkai dengan huruf wawu athâf. Menandakan bahwa orang yang menanggung kerugian yang besar juga diperbolehkan untuk meminta-minta.
5. (لذي دم مـوجـع) li dzî damin mûji’in.
Kata li dzî damin mûji’in setelah terangkai dengan huruf wawu athâf. Menandakan bahwa orang yang menanggung diyat (denda) seorang pembunuh juga diperbolehkan untuk meminta-minta.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Kisah di atas adalah sebuah Pembelajaran Sifat dari Rasulullah saw kepada kita. Bagaimana bencinya beliau dengan perbuatan meminta-minta. Walaupun dilakukan oleh orang yang kekurangan akan tetapi ia masih mampu bekerja.
Yang dilakukan oleh Rasulullah saw dalam menghadapi orang yang demikian, adalah memberikan pemahaman, agar ia mau bekerja keras guna mencukupi kebutuhan keluarganya.
Beliau menyuruh untuk membeli kapak, agar bisa digunakan untuk mencari kayu bakar. Kemudian, kayu tersebut dijual.
Rasulullah saw juga mengancam sahabat Anshar tersebut. Untuk tidak menemui beliau selama 15 hari. Ini terpaksa beliau lakukan, agar si Anshar itu dapat merubah Cara Berpikir-nya. Dari yang semula hanya mengharapkan belas kasihan orang lain. Lalu, merubah mindset pemikirannya untuk menjadi orang yang suka bekerja keras.
Rasulullah saw memberikan contoh kepada umatnya. Yang mana beliau saw dan para sahabatnya juga bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.
Dari kisah tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa Rasulullah saw adalah pekerja keras. Padahal kalau mau, bisa saja Beliau saw meminta langsung kepada Allah. Akan tetapi, hal tersebut tidak beliau lakukan semata memberikan Pembelajaran Sifat kepada umatnya, supaya umat Islam memiliki habits suka bekerja keras.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Anda jangan jadi pemalas dan peminta-minta. Sebab, Allah swt mengancam dengan kehinaan dan siksaan pada Hari Kiamat bagi pengemis.
2. Jadilah orang yang suka bekerja keras. Adapun hasil akhir anda serahkan kepada-Nya.
3. Hafalkan doa keseharian ini
ااَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَـجْزِ وَالْكَـسَلِ
“Ya Allah, saya memohon perlindungan kepada Engkau dari sifat lemah dan malas.”
4. Contohlah Rasulullah saw dalam segala hal. Sebab, beliaulah orang yang patut dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari. Dikarenakan, kehidupan beliau sesuai dengan wahyu dan pasti diridlai Allah azza wa jalla.

Oase Pencerahan
Allah azza wa jalla telah menyediakan langit dan bumi serta apa-apa yang berada di antara keduanya untuk manusia. Dan, sudah menjadi hukum alam (sunnatullah), barangsiapa yang berusaha untuk mencari karunia Allah niscaya ia akan memperolehnya. Sebaliknya, orang yang hanya berpangku tangan dan tidak mau berusaha niscaya ia tidak akan mendapatkan apa-apa.
Sebagai umat Nabi Muhammad saw, hendaknya kita terus-menerus berusaha sekuat tenaga untuk melakukan Pembelajaran Sifat dan Perubahan Perilaku. Sehingga kita CC 100% dengan perilaku suka bekerja keras. Sekalipun itu berat! Ingat pesan Allah azza wa jalla dalam firman-Nya,

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Qs.ar-Ra’du: 11). []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar