Jumat, 17 September 2010

Reward Buat Pedagang Jujur

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ النَّبِيِّ قَالَ:
التَّاجِرُالصَّدُوْقُ اْلأَمِيْنُ، مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ ﴾
Diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id r.hu, dari Nabi saw telah bersabda,

“Seorang pedagang yang jujur lagi dapat dipercaya. Ia bersama para nabi, orang-orang yang jujur, dan para syuhada’.”

Kedudukan Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim r.hu dalam Shahih-nya, bab Fadlus Shahabah Radliallahu ta’ālā, Juz XII, halaman 360, hadis nomor 4603. Dan, dalam Musnad Imam Ahmad, Juz XL, halaman 314, hadis nomor 18994.

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ التَّاجِرُ الصَّـدُوْقُ اْلأَمِـيْنُ ﴾
“Seorang pedagang yang jujur lagi dapat dipercaya”

Rasulullah saw merupakan motivator umat Islam dalam mengarahkan kaum muslimin-mukmin, agar diri kita berdaya suspend, dalam hidup sehari-hari. Inilah peran kerasulan dan kenubuwahan yang beliau perankan di kehidupan dunia, sesuai dengan amanah risalah yang diemban. Itulah sebabnya, siapa pun yang mengambil hikmah dari beliau. Niscaya hidupnya akan mengalami keharmonisan. Yang tercermin dengan kehidupan yang semakin: Sehat; Sejahtera; dan Bahagia (SSB).
Satu hal yang patut dicatat. Sejak anak-anak Rasulullah saw telah dipersiapkan oleh Allah swt, dengan kemampuan beliau di bidang: leadership (kepemimpinan) dan entreprenuership (kewirausahaan).
Pembelajaran Sifat (Character Learning) terbukti. Beliau terlahir sebagai yatim. Lalu, menjadi piatu diusia anak-anak. Kemudian, hidup dengan ngawulo. Jaman sekarang itu dapat dipahami sebagai proses asistensi. Ingat untuk memiliki keahlian tertentu, boleh jadi harus melalui tahapan asistensi. Misalnya, untuk menjadi pilot harus melalui co-pilot. Untuk menjadi dokter harus co-ast lebih dahulu. Untuk menjadi kiai (di Jawa, red) harus mbadali dulu. Begitu seterusnya.
Pendidikan dengan model ngawulo tersebut telah dijalani oleh Rasulullah saw. Di mana beliau harus ngawulo kepada kakeknya. Kakek Rasulullah saw adalah seorang tokoh lagi bangsawan quraisy yang sangat disegani. Ini Rasulullah saw melakukan c-lear (character learning) dalam aspek leadership. Adapun ketika ngawulo kepada paman beliau. Rasulullah saw melakukan c-lear dalam aspek entreprenuership; wa-llahu a’lam.
Sementara, dengan ladduni-Nya. Allah azza wa jalla memasukkan: Iman; Islam; dan Ihsan (triple i) di dalam hati Rasulullah saw. Maka, sungguh sebuah model pendidikan sekaligus pembelajaran yang sangat harmoni lagi jenius. Inilah yang menjadi platform model pendidikan di madrasatun nabawiah. Bandingkan dengan pola pendidikan umat Islam Indonesia. Tidak dibekali aspek kemampuan leadership dan entreprenuership. Dan, tidak ada upaya yang sungguh-sungguh untuk memasukkan triple i di dalam hati setiap peserta didik. Maka, silahkan lihat hasilnya. Sangat memalukan.
Karena Allah swt di dalam mendidik Rasulullah saw dengan ilmu laku. Dalam konteks pembahasan alfaqir kali ini pada aspek kemampuan entreprenuership. Dengan berlandaskan pada hadis di atas. Hendaknya, dapat menjadi harapan baru buat kaum muslimin-mukmin Indonesia, untuk kembali menyukai aspek kemampuan entreprenuership sebagai kekuatan hidup sehari-harinya. Dengan kata lain, seorang muslim-mukmin menjadikan kewirausahaan sebagai “soko guru ekonomi” kehidupan sehari-harinya.
Di kehidupan Rasulullah saw semenjak anak-anak, remaja, dan dewasa. Beliau saw menyokong hidup keseharian dengan ber-wirausaha. Dan, jika Anda mau mengamati dengan seksama. Nabi saw dalam berdagang selalu commitment and consistent (CC) dengan Segitiga Kekuatan (Triangle Force): 1).Menomor-satukan Allah; Jujur; dan Ikhlas.
Luar biasa, Nabi saw mampu menjadikan ketiga sikap mental dan perilaku tersebut, menjadi sebuah kekuatan yang sinergi lagi melengkapi. Hasilnya, sungguh transaksi dagang yang tidak pernah rugi. Dan, selalu menjadikan hidup beliau berkah. Begitulah para sahabat mengikuti jejak beliau. Ternyata, tidak ada seorang sahabat beliau yang jatuh pailit. Rata-rata sahabat yang terjun di dunia bisnis. Hidup berkecukupan, sehingga kelebihan harta kekayaan mereka dihibahkan di jalan Allah, guna menopang dakwah Islam Nabi saw.
Ok baguslah. Kaum muslimin-mukmin didorong terus untuk menjadi orang-orang kaya. Tetapi, mereka menjadi kaya yang egois. Boleh jadi malah kaya yang kapitalis. Dan, yang menakutkan jika sudah menjadi kaya yang bersifat neoleberalis.
Gejala seperti itu telah muncul. Di mana sebagian besar umat Islam Cara Berpikir dalam keagamaan dan keberagamaan telah mengalami tranformasi nilai menuju kepada model leberalisme-sosial. Contoh, ingin kaya berzakat; ingin rizeki lancar menyantuni anak yatim, dan masih banyak yang lain.
Artinya, sudah banyak kaum muslimin yang melakukan tindakan ibadah tidak lagi menyandar kepada Allah swt. Sebaliknya, menyadar kepada niat mereka. Akibatnya, mereka beribadah tidak lagi menyembah Allah azza wa jalla. Tetapi, mereka telah menyembah amalnya.
Itulah sebabnya, kita harus pegang kuat lagi erat c-lear kepada Rasulullah saw dengan FAST (fathanah, amanah, shidiq, dan tabligh). Dalam konteks berdagang, maka kejujuran harus menjadi mahkota yang mesti dimiliki oleh setiap pedagang. Utamanya, para pedagang muslim-mukmin.
Makna kejujuran yang diajarkan Rasulullah saw dalam berdagang, adalah:
1. Kepada pelanggan yang tak mampu membayar kontan. Hendaknya diberi tangguh waktu supaya dapat melunasi pembayaran. BApabila benar-benar tidak mampu membayar setelah jatuh tempo masanya, maka sedekahkan semata mengharap ridla-Nya.
2. Tidak menipu, mengenai barang-barang yang akan dijual.
3. Menjauhi sumpah palsu untuk mengelabui pembeli.
4. Selalu benar dalam timbangan dan takaran.
5. Tidak melakukan monopoli dalam perdagangan.

Pemahaman Hadis
1. At-tājir. Artinya, pedagang.
Pedagang adalah seseorang yang melakukan amal ma`isyah dengan cara melakukan transaksi jual-beli. Seorang pedagang adalah seseorang profesinya menjual sesuatu. Namun dengan perubahan jaman, penyebutan pedagang lalu berkembang dan berubah mengikuti jaman. Konon, pedagang sudah banyak yang malu disebut pedagang. Tetapi mereka bangga jika dikatakan bisnisman. Pokoknya ada bahasa Inggris-nya, sudah dianggap modern, maju, dan top. Misalnya, juali-beli baju, itu kuno. Yang baru disebut bisnis garment; dan seterusnya.

2. Ash-shadūq. Artinya, sangat jujur.
Rasulullah saw tidak sekadar bersabda “jujur” (ash-shidq). Tetapi “sangat jujur”. Ini artinya, beliau sangat menekankan, bahwa kejujuran itu sangat penting. Di samping itu, masalah jujur bagi seorang pedagang sangat-sangatlah berat. Karenanya, seorang pedagang muslim-mukmin yang jujur dalam berdagang. Mereka mendapatkan reward dari Allah swt berupa kenikmatan yang tiada tara. Yakni, kelak di surga bersama para nabi, kaum yang jujur, dan para syuhada`.
Mengenai dasar teologis kejujuran. Rasulullah saw telah bersabda,

“Amal surga adalah jujur, apabila seorang hamba berbuat jujur berarti ia telah bertakwa, apabila ia bertakwa berarti beriman, dan apabila ia beriman berarti ia masuk surga. Amal neraka adalah dusta, apabila seorang hamba berdusta berarti ia telah berbuat durhaka, dan apabila ia berbuat durhaka berarti ia telah ingkar, dan apabila ia ingkar berarti ia masuk neraka.” (Hr.Ahmad melalui Ibnu Umar r.hu).

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Silahkan check di pasar-pasar, di mal-mal, di pasar swalayan. Sedikit sekali yang jujur. Sering alfaqir mencoba para pedagang di Pasar Krampung, Surabaya. Anda bisa lihat, mulai timbangan, takaran, dan menipu pembeli. Juga, perhatikan sistem jual-beli rombeng, membeli secara kiloan tetapi mereka menjual dengan sistem bijian. Banyak juga terjadi di Surabaya ini, jika membeli barang minta dengan harga serendah-rendahnya. Namun jika menjual minta dengan harga setinggi-tingginya.
Tidak hanya itu. Gejala monopoli telah terjadi di beberapa tempat di Surabaya. Jika pemerintah tidak bertindak tegas. Maka, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, pedagang tradisional akan tamat riwayatnya. Padahal dari merekalah perekonomian bangsa Indonesia dapat tetap bertahan, ketika terkena goncangan ekonomi dunia selama tahun 2008-hingga tahun 2099. Entah sampai kapan?!
Tidak usah menyalahkan siapa yang salah. Tetapi, segera cari solusi yang paling bijaksana, sehingga Allah swt menurunkan keberkahan dan pertolongan dari sisi-Nya; insya Allah.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Miliki mindSET sebagai pedagang jujur.
2. Jangan menipu siapa pun. Apalagi menipu para pembeli, itu sama saja dengan menutup pintu rizeki diri sendiri.
3. Tinggalkan memiliki back up dukun atau paranormal. Yang justru menjauhkan Anda dari: Menomor-satukan; Jujur; dan Ikhlas.
4. Pegang kuat Prinsip Trianggulasi: Meng-Allah-kan Allah; Me-manusia-kan manusia; dan Meng-alam-kan alam.
5. Berkomunitas orang-orang yang jujur.

Oase Pencerahan
Wahai saudara sesama muslim, segeralah kembali menaati Allah dan rasul-Nya. Khususnya di dalam berdagang. Tinggalkan yang syub-hat dan haram. Rengkuhlah cara berdagang yang halal lagi mendatangkan ridla Allah azza wa jalla.
Telah menjadi kenyataan. Manusia di abad mutakhir ini. Semakin hari, semakin berani dengan melakukan yang dilarang Allah dan rasul-Nya. Mereka sudah tidak lagi mengindahkan seruan al-qur`an dan al-hadis (al-mizan). Hidup mereka sangat jauh dari ilmu pengetahuan yang benar. Celakanya, nafsu syahwat telah menjadi panglima mereka.
Tidak peduli haram atau syub-hat. Mereka hanya komitmen dengan kemauan hawa nafsu, “Menguntungkan atau tidak?!”
Jika menguntungkan, sekalipun caranya salah, meskipun berdampak buruk buat kehidupan. Mereka tetap akan lakukan. Inilah cara-cara neoliberalisme. Betapa sangat berbahayanya. Di mana tidak? Manusia mendadak berubah menjadi rakus, keji, tidak toleran, arogan, monopolistik, bahkan konon dirinya saja dijual, jika memang mampu mendatangkan finansial. Dan, bangsa Indonesia, sejak repelita 1969, yakni semenjak terjerat dengan korporatokrasi AS. Saat itulah benih neoliberaslisme telah bercokol di negeri kita.
Benar dengan sabda Nabi saw, yang mengatakan,

“Akan tiba suatu jaman di mana orang tidak peduli lagi terhadap harta yang diperoleh, apakah ia halal atau haram” (Hr. Bukhari).

15 abad silam, Rasulullah saw telah memberikan peringatan kepada segenap kaum muslimin-mukmin. Celakanya, sekarang banyak orang yang mengaku muslim. Tetapi, cara mendapatkan rizeki sudah tidak lagi memperhatikan aturan main yang telah ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya. Mereka cenderung mengikuti hawa nafsu. Qur`an dan hadis sudah tidak lagi dijadikan pedoman hidup sehari-hari. Anehnya, mereka lebih memilih mengikuti kemauan akal sehat yang dipandu oleh hawa nafsu. Sehingga yang terjadi kehidupan mereka akal-akalan saja.
Bangsa Indonesia benar-benar hancur luar-dalam. Pendidikan gagal. Perekonomian terpuruk. Hutang terus membumbung dalam ribuan trilyun. Tidak lagi dipercaya masyarakat dunia, karena telah dianggap militer banyak melanggar HAM di Aceh dan Timor-Timur. Sumber Daya Alam dieksploitasi asing. Alam menjadi rusak. Armada militer memprihatinkan. Masyarakat sangat lemah dalam penguasaan sains dan teknologi. Bandar narkoba merajalela. Maraknya perdagangan manusia. Pokoknya “ibu pertiwi” benar-benar dimuat menangis oleh sejumlah anak-anak bangsa, yang konon disebut: pemimpin, orang cerdas, orang pandai, dan orang kaya.
Bangsa ini tidak lagi memegang Prinsip Trianggulasi: 1).Meng-Allah-kan Allah; 2).Me-manusia-kan manusia; dan 3).Meng-alam-kan alam. Sebagaimana disitir al-qur`an,

“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.” (Qs.al-Ankabût[29]: 17)

Sebagai seorang muslim-mukmin pantang untuk menyerah. Apalagi berputus asa dari rahmat Allah. Tidak akan! Sebab, di dunia ini rizeki yang halal, jauh lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan rizeki yang haram. Kelalaian seorang manusia, seringkali dia tidak mau berpandu dengan wahyu, sehingga apa-apa yang dilakukan benar-benar menyimpang jauh dari keberhasilan dan keberkahan.
Suatu misal, mengeluarkan zakat mal itu bagus, karena telah memenuhi syarat dan rukunnya. Tetapi, jika diniatkan, supaya hartanya berlimpah-ruah dan aman dari marabahaya. Maka, praktek ibadah zakat mal tersebut menjadi salah dan sia-sia. Dan, masih banyak contoh yang lain. Yang sudah selayaknya kita untuk menjauhi dan tidak usah memikirkan yang tidak bermanfaat tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar