Jumat, 17 September 2010

Jaga Bumi Kita!

وَعَنْ أبي هريرةَ  قال: قَـــرَأَ رَسُــوْلُ اللهِ J:
﴿ يَوْمَئِــدٍ تُحَـدِّثُ أَخْبَارَهَا, ثُمَّ قَالَ: اَتَـدْرُوْنَ مَا أَخْبَارُهَا؟ قَالُوْا: اللهُ وَرَسُــوْلُهُ أَعْلَـمُ، قَالَ: فَإِنَّ أَخْبَارَهَا أَنْ تَشْـهَدَ عَلىَ كُلِّ عَـبْدٍ أَوْ أَمَةٍ بِمَا عَمِلَ عَلىَ ظَهْرِهَا، تَقُوْلُ: عَمِلْـتَ كَذَا فِى يَوْمِ كَذَا وَكَذَا، فَهَذِهِ أَخْبَارُهَا ﴾
Dari sahabat Abu Hurairah r.hu, dia bercerita, Rasulullah saw bersabda,

“Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” Lebih lanjut, beliau berkata, “Tahukah kalian, apakah berita yang disampaikan bumi itu?” Para sahabat menjawab, “Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau saw bersabda, “Sesungguhnya berita bumi itu adalah ia menjadi saksi terhadap setiap hamba, baik lelaki maupun perempuan atas segala yang mereka lakukan di atasnya. Bumi itu mengatakan, “Kamu melakukan ini dan itu pada hari ini dan itu.” Demikian itulah berita yang disampaikannya” (Hr.Tirmidzi. Menurutnya hadis ini adalah hadis hasan).

Kedudukan hadis
Hadis ini derajatnya adalah hasan li-ghairih. Diriwayatkan Imam Tirmidzi r.hu dalam Sunan-nya, hadis nomor 3353. Imam Ahmad r.hu dalam Musnad-nya, Juz II, hal.34. Juga yang lain-lainnya melalui jalur Sa’id bin Ayyub, dari Yahya bin Abi Sulaiman, dari Sa’id al-Maqburi r.hum.
Imam Baihaqi r.hu dalam Syu’abul Iman mencatatnya dalam nomor hadis 7296 dan 2797. Juga terdapat dalam Musnad Anas.
Sanad hadis ini lemah. Karena di dalamnya terdapat Yahya bin Abi Sulaiman, dia dikenal seorang yang lemah dalam hadis.
Namun begitu, hadis ini dikuatkan oleh terdapatnya satu syahid dari hadis Rabi’ah al-Jurasyi yang dikeluarkan oleh Imam Thabrani r.hu. Seperti tercantum dalam al-Kabir, hadis nomor 4596. Di dalam sanadnya terdapat Ibnu Lahi’ah. Dia seorang yang lemah. Tetapi dengan adanya syahid tersebut. Maka, derajat hadis menjadi meningkat. Yakni, hasan li-ghairih. Dan, dapat digunakan sebagai dalil (hujjah).

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ فَإِنَّ أَخْبَارَهَا أَنْ تَشْـهَدَ عَلىَ كُلِّ عَـبْدٍ أَوْ أَمَةٍ بِمَا عَمِلَ عَلىَ ظَهْرِهَا ﴾
“Sesungguhnya berita bumi itu adalah ia menjadi saksi terhadap setiap hamba, baik lelaki maupun perempuan atas segala yang mereka lakukan di atasnya”

Pada saat yang telah ditetapkan oleh Allah azza wa jalla. Bumi akan mengeluarkan warta informasi mengenai kesaksian, yang selama ini dicatat. Segenap hal ihwal mengenai polah-tingkah umat manusia, semua terekam di dalam kesaksian yang pasti benar adanya. Dalam sabda yang lain, beliau saw juga memerintahkan umat Islam untuk menjaga bumi. Sehingga bumi tetap berkedudukan sebagai saksi penting dalam mencatat detailisasi dari setiap amal perbuatan umat manusia yang berada di atasnya.
اِسْتَــقِيْمُواْ, وَنِـعِمَّا إِنِ اسْتَـقَمْـتُمْ, وَحَافِــظُواْ عَلىَ الْوُضُـوءِ, فَإِنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلاَةِ, وَتَحْـفَظُوْا مِنَ اْلأَرْضِ فَإِنَّهَا أُمُّـكُمْ، وَإِنَّهُ لَـيْسَ أَحَدٌ عَامِلٌ عَلَـيْهَا خَيْراً أَوْ شَـراً إِلاَّ وَهِيَ مُخْـبِرَةٌ بِهِ
“Istiqamalah kalian! Alangkah nikmatnya istiqamah itu. Jagalah wudlu kalian! Karena amal kalian yang terbaik adalah shalat. Dan, jaga bumi ini! Karena ia adalah ibu kalian. Bumi ini pasti mengabarkan baik dan buruknya perbuatan setiap orang terhadapnya” (Hr.Thabrani. Kitab Majjarur Rabih, hal.33, nomor hadis 76. Hadis ini diriwayatkan dalam Majma’ul Zawa`id wa Manba’ul Fawa`id, bab Fîman Kāna ‘Ala Thahãrati wa Syakki, Juz I, hal.150. Dalam Kanzul Umal, Juz XV, hal.869. Dalam al-Kabîr, Juz I, hal.241. Dalam Ma’rifatush Shahabah, Ibnu Nu’aim, bab Man Ismuhu Rabi’ah. Abu Hatim berpendapat, “Rabi’ah tidak pernah bertemu dengan Rasulullah saw. Yang lain berpendapat, pernah bertemu dengan Rasulullah saw; wa-llãhu a’lam.”).

Dalam hadis ini, nyata-nyata Rasulullah saw memerintahkan kaum muslimin-mukmin supaya menjaga bumi. Secara khusus Rasulullah saw menyejajarkan perintah menjaga bumi dengan menjaga wudlu. Perintah menjaga wudlu, sebagai wujud peningkatan Kecerdasan Tauhid. Adapun, perintah menjaga bumi, sebagai wujud peningkatan Kecerdasan Sosial.
Ingat, di bumi kita, Rasulullah saw telah diberi dua khazanah yang agung. Yakni, warna merah dan putih (baca buku alfaqir yang berjudul “Membaca Perubahan Jaman”).
Bumi harus dijaga! Sikap eksploitasi dan memperkosa bumi. Sungguh merupakan perbuatan tidak terpuji. Merusak bumi sangat bertentangan dengan perintah Allah swt. Di mana umat manusia harus memakmurkan bumi. Sebagaimana telah dinyatakan-Nya,

“Dan, janganlah kamu berbuat kerusakan di [muka] bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Qs.al-Qashash [28]: 77).

Perintah yang terkandung dalam ayat ini. Seorang manusia harus memiliki keserasian hidup. Tanpa kehidupan yang serasi. Kehidupan seorang manusia. Bahkan, umat manusia dapat hancur berantakan.
Lafadz “ibu kalian”. Yang dialamatkan kepada bumi. Merupakan bentuk ungkapan. Betapa bumi banyak “melahirkan” apa-apa yang selama ini telah dikandungnya. Mulai barang tambang, air, tumbuhan, bebatuan, tanah, dan hewan.
Manusia seringkali melakukan “operasi sesar” ke dalam perut bumi. Memaksa guna mengambil apa-apa yang dikandungnya. Yang menguntungkan hawa nafsunya. Manusia serakah bukanlah khalifah. Ia lebih dekat dengan perangai iblis dan setan .
Seorang khalifah harus melakukan: penjagaan, pemeliharaan, perlindungan, pengembangan, dan pelayanan terhadap yang dikhalifahi. Termasuk terhadap bumi. Sebab, manusia banyak “berhutang budi” dengan bumi. Yang selama ini disediakan Allah swt buat kehidupan umat manusia. Hingga Hari Kiamat datang.
Rusaknya bumi lebih dikarenakan orang-orang yang berperangai nifak, memegang kebijaksanaan. Sampai kapan pun seorang yang fasik tidak akan pernah dapat berperilaku bijak. Yang ada justru, “Musang berbulu domba”.
Alfaqir yakin bumi kita sekarang ini sudah dalam keadaan “sekarat” (krisis akut). Saatnya kaum mukminin menegakkan jihad mengembalikan keserasian bumi. Belum terlambat!
Mari hutan ditanam kembali. Sungai-sungai dijaga kebersihannya. Pantai-pantai dijaga hutan bakaunya. Trumbu karang disemai kembali. Hindari pemakaian pupuk un-organik! Ayo tanam kembali tanam-tanaman yang bermanfaat. Segera miliki hobby bercocok tanam.
Kembalilah minum air putih. Tinggalkan soft drink. Gemarlah makan sayur dan buah. Tinggalkan makanan instan dan junkfood (termasuk fitcin). Kelola tanah pertanian dengan mengikuti pranoto mongso yang telah ditetapkan Allah azza wa jalla.
Ayo kelola bumi dengan menggunakan: Alam Bawah Sadar (albasa) dan Akal Budi. Dan, harus berani memaksa Akal Sehat mengikuti Albasa dan Akal Budi. Baru itu dikatakan memakmurkan bumi.

Pemahaman Hadis
1. (أخـــبارها) akhbāra-hā. Artinya, infomasinya.
Kata ganti hā ini, menunjuk kepada bumi. Rasulullah saw mengutip salah satu ayat dari surat al-zalzalah ayat ke-4,


“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan [yang dahsyat]1 Dan, bumi telah mengeluarkan beban-beban berat [yang dikandung]-nya2 Dan, manusia bertanya, “Mengapa bumi [menjadi begini]?3” Pada hari itu bumi menceritakan beritanya4 Karena sesungguhnya Rabb-mu telah memerintahkan [yang sedemikian itu] kepadanya5” (Qs.al-Zalzalah [99]: 1-5).

2. (أعــــلم) a’lam. Artinya, yang lebih mengetahui.
Mengenai masalah yang ghaib dan urusan agama, hanya Allah dan rasul-Nya yang paling mengetahui.
Warta informasi yang disampaikan bumi. Termasuk urusan ghaib. Karenanya, para sahabat menyerahkan sepenuhnya kepada Rasulullah saw dan Allah sendiri. Mengenai kesaksian bumi atas segenap amal perbuatan umat manusia.

3. (تـــشهد) tasyhada. Artinya, bumi menjadi saksi.
Bumi menjadi saksi dari setiap amal perbuatan umat manusia. Segenap apa yang dilakukan oleh seorang manusia, baik lelaki maupun perempuan, bumi telah melakukan pencatatan yang akurat. Demikianlah yang diperintahkan Allah swt kepada bumi.
Betapa bahagia seorang manusia yang selalu berbuat baik. Sebab, ia akan disaksikan oleh bumi, sebagai seorang yang berbuat baik. Pun pula dengan yang sebaliknya.
Itulah sebabnya, menjadi seorang manusia tidak usah berperilaku buruk. Karena merugikan diri sendiri. Juga tidak usah mendoakan buruk kepada manusia lain. Sebab, apa-apa yang diperbuat oleh manusia telah disaksikan oleh bumi.

4. (ظهـــرها) dhahri-hā. Artinya, dipunggung bumi.
Maksudnya, dipermukaan bumi mana pun. Gerak-gerik setiap manusia selalu disaksikan oleh bumi. Tidak ada ruang sekecil apa pun buat umat manusia untuk bersembunyi. Di dunia ini tidak hanya bumi yang menjadi saksi. Tetapi juga ada malaikat, kedua kaki, dan benda-benda lain yang diperkenan Allah azza wa jalla untuk menjadi saksi atas setiap perbuatan umat manusia.
Jangan rusak bumi! Sebaliknya, bumi kita harus dijaga dan dilestarikan. Sehingga kelak tidak termasuk yang disumpah-serapahi oleh anak cucu kita. Gara-gara kita menjadi leluhur yang telah merusak bumi.

5. (عمــلت كذا في يوم كذا وكذا) ‘amil-ta kadzā fī yawmi kadzā wa kadzā. Artinya, kamu telah berbuat ini-itu pada hari ini dan itu.
Inilah bentuk persaksian bumi kepada umat manusia. Di mana setiap manusia akan mengalami hal itu. Bahwa, tidak ada ruang sekecil apa pun yang terlewatkan dalam persaksian tersebut.
Sebagai manusia muttaqin. Sudah seharusnya menjaga diri dan perilaku, agar selalu berbuat baik dan mendapatkan ridla-Nya. Dan, yang terpenting, tidak merusak bumi. Sebaliknya, menjaga bumi dengan berupaya melakukan pelestarian lingkungan hidup. Sehingga bumi terhindar dari segenap hal yang dapat menjadikannya rusak.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Anda harus commitment and consistent (CC) dalam menjaga bumi.
2. Anda harus segera mempunyai mindSET, sebagai pelestari bumi.
3. Miliki mindSET untuk selalu berbuat baik.

Oase Pencerahan
Dengan sekuat tenaga bumi harus dimakmurkan dan tetap dijaga kelestariannya. Seorang mukmin harus berbeda dengan orang kafir, orang munafik, dan orang fasik. Mereka semua senang melakukan kerusakan bumi. Di antaranya dengan melakukan eksploitasi secara membabi-buta. Semata memenuhi kehendak hawa nafsu dan ketamakan sesaat.
Penambangan yang bersifat eksploitatif. Harus dihentikan. Menghentikan perusakan lingkungan, adalah bentuk jihad yang lain. Prinsipnya, lingkungan hidup tidak boleh dirusak. Mulai dari: air, udara, tanah, tumbuh-tumbuhan, dan hewan yang ada di dalamnya. Umat Islam harus dapat mengontrol dirinya untuk tidak melakukan perusakan.
Percuma keberadaan undang-undang dan aturan dibuat. Jika orang-orang yang ada, khususnya yang mengawal undang-undang dan aturan itu tidak lebih dahulu melakukan Revolusi Diri. Justru yang terjadi malah, “Pagar makan tanaman”.
Silahkan pembangunan nasional berjalan terus. Tetapi tidak dibenarkan mengorbankan lingkungan hidup atas nama pembangunan nasional. Model-model pembangunan yang telah diprakarsai rezim orde baru. Saatnya dihentikan. Sekarang yang harus dikampayekan dan dicontohkan (dipraktekkan), adalah pembangunan ramah lingkungan.
Sekuat tenaga membangun yang tidak lagi merusak: hutan, sungai, laut, gunung, udara, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
Sebelum membangun harus benar-benar berpikir matang. Istikharah dan musyarah sebelum membangun. Jangan turuti nafsu serakah dan tamak yang ada di dalam diri Anda!
Dan, sudah saatnya para ulama, muballigh, ustadz, wartawan, trainer, pejabat, politisi, dan segenap masyarakat negeri ini; secara sadar harus memberikan keteladanan dalam menjaga bumi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar