Jumat, 17 September 2010

Siapa Generasi Terbaik?

رسولُ اللهِ j:
﴿ خَـيْرُكُمْ قَرْنِـي، ثُـمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَـهُمْ، ثُـمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَـهُمْ ﴾
Telah bersabda Rasulullah saw,

“Sebaik-baik [dari umat] adalah generasiku. Lalu, mereka yang datang sesudahnya. Lalu, mereka yang datang sesudahnya” (Hr.Bukhari [2457]. Dan, Hr.Muslim [4603]).

Kunci Kata
﴿ خَـيْرُكُمْ قَرْنِـي ﴾
“Sebaik-baik [dari umat] adalah generasiku”

Di dunia ini tidak ada generasi terbaik, selain generasi yang hidup dan terdidik dalam madrasatun nabawiah. Mereka para sahabat nabi yang telah terjamin dengan surga-Nya. Memang hidup di jaman Nabi saw dan iman kepada Rasulullah saw, bukanlah sebuah perkerjaan yang gampang. Sebaliknya, sebuah pekerjaan hati yang sangat berat. Dengan kata lain, pilihan hidup sebagai mukmin muslim, benar-benar merupakan ketetapan hati nurani yang fitri.
Bagaimana tidak? Banyak dari keluarga Nabi saw sendiri yang tidak mengimani pengangkatan Muhammad bin Abdullah sebagai nabiullah dan rasulullah. Mereka memiliki hubungan nasab. Rumahnya berhadap-hadapan. Dan, dapat menatap langsung wajah Nabi saw yang bercahaya kesucian. Karena dalam hati mereka telah tertanam rasa hasud yang mendalam. Maka, tetap tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Karena Nabi saw bersabda mengenai sahabat beliau,
طُوْبَى لِمَنْ رَآنِي
“Berbahagialah orang yang melihatku”

Memang sebuah kebahagiaan bagi seorang hamba Allah yang hidup sejaman dengan Nabi saw. Lalu, menetapkan pilihan keyakinan menjadi seorang muslim mukmin. Inilah orang yang benar-benar bahagia. Seperti disampaikan oleh Syaikh kami,
طُوْبَى لِمَنْ يَرَنِي وَاَمَنَ بِي
“Berbahagialah bagi orang yang melihatku, dan beriman kepadaku”

Hidup di jaman Nabi saw menetapkan pilihan keyakinan hidup bersama Rasulullah saw, bukanlah sesuatu yang mudah. Allah pun memberikan jsutifikasi kepada mereka sebagai generasi terbaik itu dengan firman-Nya,
 •     •         •          
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama [masuk Islam] dari golongan muhajirin dan anshar. Dan, orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah ridla kepada mereka dan mereka pun ridla kepada Allah. Dan, Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar" (Qs.at-Taubah [9]: 100).

Firman Allah swt ini, secara universal telah memberikan grade per generasi. Kesimpulannya, generasi Rasulullah-lah, sebagai generasi yang terbaik dari generasi umat manusia di akhir jaman ini. Lalu, setiap generasi setelah generasi per generasi. Yang dimaksud generasi Rasulullah saw. Yakni, para sahabat Nabi saw, yang digambarkan Allah sebagai "Orang-orang terdahulu yang masuk Islam dari golongan muhajirin dan anshar…"
Dan, memang dalam beberapa kesempatan, Rasulullah saw pernah memberikan estimasi beliau mengenai beberapa orang "khusus". Yang merupakan bagian dari "orang terbaik" di jamannya. Orang-orang yang disinyalemenkan Rasulullah saw ternyata hidup setelah beberapa puluh tahun dan ratus tahun dari kehidupan beliau saw.

Pembelajaran Sifat
Allah azza wa jalla telah menempatkan para hamba-Nya yang terpilih dan para hamba-Nya yang tercerahkan, sesuai dengan kehendak-Nya. Kita sebagai generasi yang hidupa jauh dari pola kehidupan Rasulullah saw hendaknya harus terus-menerus melakukan Pembelajaran Sifat (character learning) kepada para hamba Allah yang terpilih, maupun kepada para hamba Allah yang tercerahkan tersebut.
Setelah kita melakukan Pembelajaran Sifat dari para nabiullah, para rasulullah, kita secara khusus hendaknya melakukan character learning kepada Rasulullah saw. Kemudian, kepada para sahabat beliau, generasi tabi'in, tabi'ut-tabi'in, dan generasi salafush shalih. Terus berlanjut hingga kepada para guru kita, yang notabene-nya adalah para ulama`-nya Allah jalla jalâluh.
Tidak hanya itu. Setiap kisah baik diangkat di alam al-qur`an. Atau, yang terjadi secara kasuitis di sekitar hidup kita, harus mampu kita jadikan sebagai character learning. Sebab, di dalamnya terdapat 'ibrah. Sebagaimana difirmankan-Nya,
                       
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. al-Qur`an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat. Akan tetapi membenarkan [kitab-kitab] yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman" (Qs.Yûsuf [12]: 111).

Sekali lagi yang harus dicamkan, a good character learning dapat terjadi hingga terwujudnya Perubahan Perilaku (behavior transformation). Apabila seseorang yang menerima character learning itu adalah seorang mukmin muslim.

Perubahan Perilaku
• Berpeganglah dengan al-qur`an, al-mizan, dan al-'ilmud diniah.
• Amalkan sekemampuan kita untuk terus mengikuti sunnah Rasulullah saw. Juga yang telah menjadi atsar para sahabat nabi, tabi'in, dan tabi'ut-tabi'in.
• Segeralah bermuara kepada generasi salafush shalih. Sebab, mereka merujuk kepada para generasi terbaik dari generasi Rasulullah saw.
• Tinggalkan majelis atau kelompok atau golongan yang telah berani men-cap sesama saudara muslim mukmin yang belum jelas kenyataannya, apakah seseorang kafir, atau musyrik, atau ahlul ahwa`, atau ahli bid'ah, dan atau ahli neraka. Namun mereka telah berani memberikan stempel kepada sesama saudara muslim tersebut --gara-gara adanya perbedaan persepsi dan golongan. Mereka itulah berdasar hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Umar r.hu, sebagai generasi setan.
• Jika tidak paham diamlah. Diajak berdebat, "Katakan! Maaf saya tidak tahu." Tidak usah terkecoh dengan kelompok-kelompok atau para mubaligh yang suka menuduh sesama saudara muslim dengan tuduhan yang tidak mengenakkan telinga. Besabarlah. Allah yang Mahatahu dengan agama-Nya.
• Pakailah pendapat yang paling dekat atau mendekati dengan sunnah Rasulullah saw. Sebab, inilah ukuran yang mesti dipakai. Yaitu, Neraca Syariat.
• Dampingi hidup kita dengan wahyu dan sunnah. Jangan dampingi hidup ini dengan hawa nafsu dan bid'ah dlalalah.

Estimasi Nabi
Mengenai generasi terbaik per kurun telah disabdakan Nabi saw ke dalam beberapa riwayat yang dapat dijadikan dalil, mengenai kebagusan mereka. Di samping beliau saw juga menyebutkan beberapa hal yang buruk, yang patut untuk kita tinggalkan. Karena hal itu telah menjadikan kita rusak, sesak, dan condong kepada syirik yang secara nyata mengarah kepada kemusyrikan. Di antara hadis-hadis itu, sebagai berikut:
1. Kebagusan generasi sahabat, tabi'in, tabi'ut-tabi'in, dan salafush shalih.
قال رسولُ اللهِ j:
طُوْبَى لِمَنْ رَآنِي، وَلِمَنْ رَأَى مَنْ رَآنِي، وَلِمَنْ رَأَى مَنْ رَأَى مَنْ رَآنِي
Telah bersabda Rasulullah saw,

“Kebahagiaan bagi orang yang melihatku. Dan, bagi orang yang melihat orang yang melihatku. Dan, bagi orang yang melihat orang yang melihat orang yang melihatku” (Hr.Abdun bin Humaid dan Ibnu Asakir. Lihat al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi, dalam Kitab al-Jami'ush Shaghir, Juz II, hal.55).

Hadis ini mengisyaratkan generasi awal dari generasi Islam. Yaitu, para sahabat nabi, tabi'in, tabi'ut-tabi'in, dan salaf. Inilah sebuah generasi yang bagus, menurut Rasulullah saw.
2. Kebagusan Imam Abu Hanifah.
عن أبي هريرةَ ، قال رسولُ اللهِ j:
لَوْ كَانَ الْعِلْمُ بِالثُّرَيَّا لَتَنَا وَلَهُ أُنَاسٌ مِنْ أَبِنَاءِ فَارِسَ

Diriwayatkan, dari sahabat Abu Hurairah r.hu, telah bersabda Rasulullah saw,

“Andaikan ilmu agama itu bergantung di bintang tujuh, niscaya akan dijamah oleh orang-orang dari putera Persia" (Hr.Ahmad [7937]. Dinilai shahih oleh al-Hafidz Ibnu Hibban r.hu [7309]).

Penyebutan putera Persia dalam hadis ini, adalah justifikasi Rasulullah saw kepada Imam Abu Hanifah --wa-llâhu a'lam. Yakni, ulama mujtahid pendiri madzab hanafi, yang reputasinya hingga kini masih diikuti banyak kaum muslimin mukmin. Dan, inilah yang menjadi pendapat al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi r.hu.
3. Kebagusan Imam Malik.
عن أبي هريرةَ ، عن النبيّ jقال:
يُوْشِكُ أَنْ يَضْرِبَ النَّاسُ أَكْبَادَ اْلإِبِلِ يَطْلُبُوْنَ الْعِلْمَ فَلاَ يَجِدُوْنَ أَحَداً أَعْلَمَ مِنْ عَالِمِ الْمَدِيْنَةِ

Diriwayatkan, dari sahabat Abu Hurairah r.hu, dari Nabi saw,

“Hampir datang suatu masa, orang-orang bepergian dengan cepat dari negeri-negeri yang jauh dalam rangka mencari ilmu. Lalu, mereka tidak menemukan orang yang lebih alim daripada seorang alim di Madinah [al-Munawarah]" (Hr.Ahmad [7639]. Dan, Hr.Tirmidzi [2604]).

Hadis ini memberikan justifikasi kepada keulama'an dan kealimin Imam Malik bin Anas r.hu. Hampir di kurun waktu itu tidak ada yang menyamai ke-fakih-an Imam Malik. Dan, reputasi keilmuannya, insya Allah akan terus menyebar ke segenap pelosok dunia seperti para imam madzahibul arba'ah yang lainnya. Demikianlah pendapat yang dipilih oleh: Imam Sufyan bin Uyainah; Imam Ahmad bin Hanbal; al-Hafidz Tirmidzi; dll.
4. Kebagusan Imam Syafi'i.
عن عبد الله بنِ مسعودٍ  قال، قال رسولُ اللهِ j:
عَالِمُ قُرَيْـشٍ يَمْــَلأُ اْلأَرْضَ عِلْـمًا

Diriwayatkan, dari sahabat Abdullah bin Mas'ud r.hu telah berkata, telah bersabda Rasulullah saw,

“Seorang alim dari suku quraisy. Ilmunya akan menyebar ke berbagai pelosok dunia" (Hr.Abu Dawud [309]. Abu Nu'aim, dalam al-Hilyah, Juz VI, hal.295 dan Juz IX, hal.65. Hr.Baihaqi, dalam Manaqibul Imam Syafi'i, Juz I, hal.54. Khatib al-Baghdadi, dalam Tarikh Baghdah, Juz II, hal.61. Hadis ini dinilai hasan oleh Imam Tirmidzi dan al-Hafidz Ibnu Hajar. Lihat juga Kitab Kasyful Khafa', hadis nomor 1701, yang disusun al-Hafidz al-Ajluni).

Sabda Nabi saw yang menyebut suku quraisy, adalah relevan dengan kedudukan Imam Syafi'i. Sebagai salah seorang ulama yang merupakan garis keturunan dari suku quraisy. Reputasi Imam Syafi'i tidak tertandingi oleh asal suku quraisy yang lainnya. Inilah jastifikasi Rasulullah saw atas ke-fakih-an Imam Syafi'i r.hu. Pendapat ini didukung oleh: Imam Ahmad; Imam Baihaqi; al-Hafidz Abu Nu'aim; Imam Suyuthi; dll.
5. Kebagusan Imam Ahmad.
Diriwayatkan, ketika Imam Syafi'i r.hu tinggal di Mesir, menjelang akhir hayatnya. Minta tolong muridnya, yang bernama Rabi' bin Sulaiman al-Muradi (174-270 H/790-883 M), agar menyampaikan sepucuk surat kepada Imam Ahmad bin Hanbal r.hu di Iraq.
Setelah membaca surat tersebut. Imam Ahmad langsung menangis. Rabi' bertanya, "Mengapa menangis?"
Imam Ahmad menjawab, "Syafi'I menyampaikan dalam suratnya, bahwa ia telah bermimpi bertemu Rasulullah saw, dan bersabda, "Kirimkan surat kepada Ahmad bin Hanbal. Dan, sampaikan salamku. Katakan kepadanya, "Bahwa, kamu akan mendapat ujian tentang kemakhlukan al-qur`an. Karena jangan kamu ikuti pendapat mereka. Kami akan meninggikan derajatmu hingga Hari Kiamat."
Imam Ahmad pun telah mendapatkan rekomendasi dari Nabi saw. Yakni, melalui mimpi gurunya, Imam Syafi'i, bahwa dirinya mendapatkan salam dari Rasulullah saw. Dan, diberi kabar dari alam ghaib mengenai sesuatu hal. Yang kemudian menjadi kenyataan di kehidupan Imam Ahmad.
Dalam suatu riwayat, Nabi saw juga bersabda mengenai keburukan sebuah generasi yang dicap Rasulullah saw; sebagai generasi setan. Diriwayatkan, dari sahabat Ibnu Umar r.hu, bahwasanya Rasulullah saw telah bersabda,
عن ابنِ عمرَ، أنَّ رسولَ اللهِ jقَالَ:
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى شَامِنَا وَفِى يَمَنِنَا، قَالَ: قَالُوْا: وَفِى نَجْدِنَا يَارَسُوْلَ اللهِ، قَالَ، قَالَ: اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى شَامِنَا وَفِى يَمَنِنَا، قَالَ: قَالُوْا: وَفِى نَجْدِنَا يَارَسُوْلَ اللهِ، قالَ، قَالَ: هُنَاكَ الزَّلاَزِلُ وَالْفِتَنُ، وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
“Ya Allah, berkahilah [negeri] Syam dan [negeri] Yaman bagi kami.” Berkata Ibnu Umar, "Mereka memohon [kepada Rasulullah], "Najd kami, wahai Rasulullah [doakan supaya berkah]." Nabi saw menjawab, “Ya Allah, berkahilah [negeri] Syam dan [negeri] Yaman bagi kami.” Berkata Ibnu Umar, "Mereka memohon [kepada Rasulullah], "Najd kami, wahai Rasulullah [doakan supaya berkah]." Nabi saw bersabda, "Di Najd itu tempat segala kegoncangan dan berbagai macam fitnah. Dan, di sana akan lahir generasi pengikut setan" (Hr.Bukhari [979]. Hr.Tirmidzi [3888]. Dan, Hr.Ahmad [5715]. Hadis ini adalah hadis shahih).

Dan, ternyata benar di akhir jaman ini telah lahir seorang yang dipuji sebagai pelopor lahirnya gerakan pemurnian dalam Islam. Yang kemudian, diikuti oleh "anak-anak" dari Najd yang ditokohkan, yang seringkali pemikiran keagamaan dan keberagamaannya dapat menggoncangkan dunia Islam. Dan, seringkali kontroversial. Sebab, kelompok ini paling mudah: mem-bid'ah-kan di luar kelompoknya, mengafirkan, mensyirikan, dan bahkan telah berani menganggap orang-orang atau siapa pun yang tidak sepaham dengan mereka; terutama kaum mutashawifin sebagai ahli neraka (lihat beberapa tulisan dari ulama terkemuka yang tidak disukai oleh kelompok ini, sebut saja: Sayyid Ahmad Zaini Dahlan; al-Hafidz al-Ghummari; al-Hafidz al-Abdari; dll. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar