Jumat, 17 September 2010

Cinta Allah Kepada Hamba

عن أبي هريرة  قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ J إِنَّ اللهَ تعالى قَالَ:

﴿ مَنْ عَادَى لِي وَلِـيًّا فَـقَدْ آذَنْـتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَـرَّبَ إِلَيَّ عَبْـدِي بِـشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْـتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْـدِي يَتَـقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّـوَافِلِ حَـتَّى أُحِـبَّهُ، فَإِذَا أَحْـبَبْـتُهُ كُنْـتُ سَمْـعَهُ الَّذِي يَسْـمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْـصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْـطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْـشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي َلأُعْطِـيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي َلأُعِيـذَنَّهُ ﴾
Dari sahabat Abu Hurairah r.hu, Rasaulullah saw bersabda, Allah azza wa jalla berfirman,

"Barangsiapa memusuhi kekasih Ku. Maka, Aku benar-benar mengumumkan perang dengannya. Tiada suatu amal pendekatan seorang hamba kepada Ku yang lebih Aku sukai daripada hal-hal yang telah Aku fardlukan kepadanya. Hamba Ku masih terus mendekatkan dirinya kepada Ku melalui amal-amal nafilahnya hingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, maka Aku adalah pendengarannya yang ia pakai mendengar. Dan, pandangan-Nya yang ia pakai memandang. Dan, tangan-Nya yang ia pakai memukul. Dan, kaki-Nya yang ia pakai berjalan. Apabila ia meminta kepada Ku, niscaya Aku memberinya. Dan, apabila ia meminta perlindungan kepada Ku, niscaya Aku melindunginya" (Hr.Bukhari [6502]. Hadis ini shahih. Lihat pula Sayyid Ahmad Ibrahîm al-Hâsyimi r.hu, Kitâb Mukhtârul Ahâdîts an-Nabawiah wal-Hikam al-Muhammadiah, th.2005, hal.196, hadis nomor 1414).

Kunci Kalimat (Miftâhul Kalâm)
﴿ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ﴾
“HambaKu masih terus mendekatkan dirinya kepadaKu melalui amal-amal nafilahnya hingga Aku mencintainya”

Kesuksesan seorang hamba adalah manakala ia cinta dan dicintai oleh Allah azza wa jalla, serta ia ridla dan diridlai-Nya. Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya supaya seorang hamba dapat dicintai oleh-Nya?
Dari kata kunci di atas dapatlah dipahami, bahwa yang menyebabkan Allah mencintai hamba-Nya. Dikarenakan, hamba tersebut mengerjakan amalan-amalan sunnah, setelah ia mengerjakan amalan yang difardlukan oleh Allah.
Karenanya, patutlah kiranya kita mengamalkan beberapa hal yang dapat menyebabkan cinta Allah azza wa jalla, antara lain:
1. Mencintai Allah dan rasul-Nya.
Allah swt mengukur cinta seseorang kepada-Nya dengan cinta terlebih dahulu kepada Rasulullah saw. Sebagaimana telah difirmankan-Nya,
     •         
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs.Ali Imran [3]: 31)

Cinta seorang hamba kepada Rabb-nya terukur, bagaimana hamba tersebut taat dan patuh kepada-Nya. Termasuk di dalamnya, yakni berusaha menjaga diri dan memelihara diri dari segala perbuatan yang bisa mendatangkan murka Allah azza wa jalla dan laknat Rasulullah saw. Karena hamba tersebut yakin bahwa hakikat hidup ini hanyalah sebagai sarana untuk bertakwallah, mendekatkan diri kepada Allah, dan semata mencari ridla Allah.
Akhlak Nabi saw, adalah akhlak al-qur`an. Artinya, Nabi saw merupakan sosok al-qur`an yang "berjalan". Digambarkan oleh Allah azza wa jalla, beliau saw adalah orang yang patut dijadikan teladan di dalam kehidupan di dunia. Sebagaimana firman-Nya dalam surat al-ahzâb ayat ke-21,
                
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah."

2. Mencintai orang-orang yang dicintai-Nya.
Di kehidupan keseharian ini, seorang muslim mukmin hendaknya juga membuktikan cinta kepada Allah dan rasul-Nya dengan mencintai orang-orang yang dicintai-Nya. Seperti, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, salafush shalih, shalihin, rabbaniyyin, shiddiqin, dan muqarrabin. Termaktub dalam doa Rasulullah saw yang berbunyi,
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَالْعَمَلَ الَّذِى يُبَلِّغُنِيْ حُبَّكَ
“Ya Allah, sesengguhnya aku memohon cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu, dan amal yang dapat mengantarkan pada cinta-Mu" (Hr.Tirmidzi; dari sahabat Abu Darda` r.hu).

3. Mencintai amal yang dapat mengantarkan untuk mencintai-Nya.
Disabdakan oleh Rasulullah saw, termasuk doa Nabi Dawud as adalah,

“Ya Allah, sesengguhnya Aku memohon cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu, dan amal yang dapat mengantarkan pada cinta-Mu. Ya Allah, jadikan cinta-Mu lebih aku cintai dari diriku sendiri, keluargaku, dan dari air yang dingin” (Hr.Tirmidzi).

Pemahaman Hadis
1. (من عادى لي ولِيا فقدْ آذنـته بالْحـرب) man ‘âda lî waliyyan faqad âdzantuhu bil harbi.
Seorang hamba yang memusuhi kekasih Allah. Allah swt mengumumkan perang dengan orang yang memusuhi waliyullah tersebut.
Artinya, Allah marah kepada orang-orang yang mencela, atau bahkan, memusuhi ulama’ullah (waliullah). Sudah seharusnya seorang muslim tidak memusuhi ulama’ullah akan tetapi berkhitmat dengannya. Harapannya dapat berthalabul 'ilmi dan menjadikannya sebagai pusat Pembelajaran Sifat pasca Rasulullah saw. Sehingga semakin signifikansi dengan meningkatnya keimanan, ketakwaan, dan kedekatannya kepada Allah azza wa jalla; insya Allah.
2. (وما تقرّب إليّ عـبدي بـشيءٍ أحـبّ إليّ ممّا افْـترضت عليه) wa ma taqarraba ilayya abdi bi-syai`in ahabba ilayya mimmaf-taradltu alaihi.
Allah azza wa jalla mencintai hamba yang melakukan pendekatan (taqarrub) kepada-Nya. Hal itu menunjukkan bukti cinta hamba tersebut kepada-Nya. Kata qarruban yang paling dicintai Allah, apabila seorang hamba mengerjakan amalan-amalan yang telah diwajibkan oleh-Nya. Seperti: shalat; puasa; zakat; dan haji.
3. (فإذا أَحْبَبْـتهُ كـنْت سَمْـعَهُ الذِي يَسْـمَعُ بهِ) fa idzâ ahbabtuhu kuntu sam’uhul-ladzî yasma’u bihi.
Teks hadis ini menunjukkan bahwa orang yang dicintai Allah (sebab melakukan amalan wajib dan sunnah) akan mendapatkan kekuatan tanpa batas (Unlimited Power) dari-Nya, insya Allah. Kekuatan tersebut berupa pendengaran, di mana pendengaran orang yang dicintai Allah sangatlah tajam. Sehingga, bisa mendengarkan sesuatu yang tidak bisa didengar oleh kebanyakan orang.
4. (وبـصره الذي يبـصر بهِ) wa basharahul-ladzî yubshiru bihi.
Letak kata wa basharahu setelah terangkai dengan huruf wawu athâf. Hal ini menandakan, bahwa orang yang dicintai Allah mendapat kekuatan berupa penglihatan. Di mana penglihatan orang yang dicintai Allah sangatlah tajam. Sehingga mampu melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh kebanyakan orang. Seperti yang dilakukan oleh sahabat Umar bin Khaththab ketika mengomando pasukannya di medan perang, sementara beliau berada di Madinah.
5. (ويـده التِي يبـطش بها) wa yadahul-ladzîyabthisyu bihâ.
Letak kata wa yadahu setelah terangkai dengan huruf wawu athâf. Ini menandakan, bahwa orang yang dicintai Allah mendapat kekuatan berupa kekuatan tangan. Sehingga, bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh kebanyakan orang. Seperti yang dilakukan oleh sahabat nabi yang bisa mengangkat batu yang sangat besar.
6. (ورجـله التي يمـشي بها) wa rijlahul-latî yamsyî bihâ.
Letak kata wa rijlahu setelah terangkai dengan huruf wawu athâf. Menandakan, bahwa orang yang dicintai Allah mendapat kekuatan berupa kekuatan kaki. Sehingga, bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh kebanyakan orang.
7. (وإن سـألني لأعـطيـنهُ) wa in sa`alanî la u’thiyannahu.
Letak kata wa in sa`alanî setelah terangkai dengan huruf wawu athâf. Menandakan, bahwa orang yang dicintai Allah mendapat kemakbulan di kala ia meminta sesuatu.

Oase Pencerahan
Allah swt telah memberikan penawaran kepada hamba-Nya yang beriman dengan berbagai macam penawaran. Barangsiapa yang mengerjakan amalan-amalan fardlu dan sunnah akan dicintai oleh-Nya. Dan, barangsiapa yang dicintai-Nya akan mendapat berbagai macam keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak menghiraukan “tawaran” tersebut. Bahkan, melenceng dari yang telah digariskan-Nya.
Sebagai umat Nabi Muhammad saw, umat yang telah mendapatkan kemuliaan dari sisi-Nya, hendaknya kita terus-menerus berusaha dengan sekuat tenaga untuk melakukan Pembelajaran Sifat dan Perubahan Perilaku. Sehingga kita CC 100% untuk mencintai Allah, rasul-Nya, dan segenap amal yang dapat mengantarkan pada cinta-Nya. Sampai Allah benar-benar mencintai kita.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Janganlah memusuhi ulama’ullah (kekasih Allah).
2. Cintai Allah dengan mengerjakan amalan-amalan wajib dan sunnah.
3. Cintai Rasulullah saw dengan meneladani dan mengerjakan segenap amalan dan perilaku yang telah dicontohkan beliau.
4. Cintai dan ikuti apa-apa yang telah diajarkan oleh ulama’ullah, karena mereka adalah pewaris para nabi. Sebab, yang diajarkannya memiliki akurasi data berdasarkan hujjah al-qur`an, al-mizan, al-'ilmu.
5. Cintai dan kerjakan amalan yang dapat mengantarkan pada cinta Allah azza wa jalla.
6. Hafalkan doa ini sebagai doa keseharian,
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَالْعَمَلَ الَّذِى يُبَلِّغُنِيْ حُبَّكَ
“Ya Allah, sesengguhnya aku memohon cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu, dan amal yang dapat mengantarkan pada cinta-Mu " (Hr.Tirmidzi dari sahabat Abu Darda` ra).

7. Teruslah ber-husnudhan dengan Allah swt. Di samping sekuat tenaga terus-menerus mengingkari segenap perbuatan buruk. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar