Jumat, 17 September 2010

Menghormati Orang Tua

عن ابن عـمرَ  أنّ النبيّ J قال:

﴿ إِنَّ أَبَـرَّ الْبِـرِّ، أَنْ يَـصِلَ الرَّجُـلُ وُدَّ أَبِـيْهِ ﴾
Dari sahabat Ibnu Umar r.hu, bahwasanya Nabi saw bersabda,

"Sesungguhnya sebaik-baik kebaikan, adalah seseorang yang menyambung tali persaudaraan dengan orang-orang yang dicintai ayahnya" (Hr.Muslim, Kitâb Riadlush Shâlihîn, hal.125, hadis nomor 346).

Kedudukan Hadis
Hadis ini shahih. Ditakhrij oleh Imam Muslim r.hu, Juz IV, fasal Birr, hal.1979, hadis nomor 12. Dan, oleh Imam Tirmidzi r.hu dalam Sunan-nya, Juz IV, hal.1903.

Kunci Kata (Miftâhul Kalâm)
﴿ إِنَّ أَبَـــــــرَّ الْبِــــــــرِّ ﴾
“Sesungguhnya sebaik-baik kebaikan”

Yang dimaksud al-birr dalam teks hadis ini. Yaitu, berbuat baik dengan ayah. Yang direpresentasikan berbuat baik dengan kedua orang tua.
Sebagaimana dinyatakan dengan tegas di dalam al-qur`an dan beberapa teks di dalam al-mizan. Bahwa, berbuat baik dengan kedua orang tua hukumnya adalah wajib.
Tidak hanya itu. Syukur seorang hamba kepada Allah akan diterima, manakala seorang hamba itu terlebih dahulu bersyukur kepada kedua orang tuanya. Sebagaimana dinyatakan-Nya,
       •  •                              
"Dan, Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia. Dan, hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu. Maka, sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan, "Ah". Dan, janganlah kamu membentak mereka. Dan, ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia23 Dan, rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan. Dan, ucapkanlah, "Wahai Rabb-ku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sewaktu kecil24" (Qs.as-Isrâ` [17]: 23-24).

Pemahaman Hadis
1. (إنّ أبـرّ) Inna abarra.
Kata ini memberikan penegasan, bahwa perbuatan yang paling baik. Yang harus dilakukan oleh seorang anak, terhadap ayahnya (orang tuanya). Dan, ini mencakup seluruh perbuatan baik dengan kedua orang tua (birrul walidain).
2. (البـر) al-Birri.
Mencakup segenap kebagusan dan kebaikan yang dialamatkan kepada kepada kedua orang tua. Sekalipun secara khusus dalam hadis ini, adalah kebaikan yang disandarkan kepada ayahnya yang telah wafat.
3. (أن يَـصِلَ الرّجُـلُ) An-yushilar rujulu.
Terkandung dalam teks hadis ini makna "anak", baik lelaki maupun perempuan. Yakni, mereka yang menyambung tali silaturahmi kepada segenap orang yang telah menjadi teman atau kolega ayahnya (orang tuanya) sewaktu masih hidup. Adapun bentuk penyambungan itu soal teknis. Yang penting tidak bertentangan dengan Neraca Syariat.
4. (ودّ أبِـيْهِ) Wudda abîhi.
Yang menjadi ukuran teman atau kolega ayah (orang tua), adalah yang dicintai oleh ayah (orang tua). Yaitu, teman atau kolega seperjuangan dalam agama Allah.

Oase Pencerahan
Inilah agama yang mewah. Yaitu, agama yang mengatur sedetail mungkin dalam pernik kehidupan pemeluknya. Sekalipun orang tua telah wafat. Ternyata hubungan silaturahmi tetap terjalin, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Padahal yang sebenarnya terjadi, temannya telah wafat.
Dinul Islam menempatkan birrul walidain pada level kedua bentuk amal yang dicintai oleh Allah azza wa jalla. Dari tiga amal yang disukai Allah swt: Shalat; Birrul walidain; dan Jihad. Seperti diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari sahabat Ibnu Mas'ud r.hu, ia berkata,
سَـأَلْتُ النَّـبِيَّ J أَيُّ اْلأَعْمَالِ أَحَـبُّ إِلىَ اللهِ تَعَالىَ؟ قَالَ: اَلصَّـلاَةُ عَلـىَ وَقْـتِهَا، قُلْـتُ ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: بِـرُّ الْوَالِدَيْنِ، قُلْـتُ ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: اَلْجِـهَادُ فِـى سَبِيْـلِ اللهِ
"Saya bertanya kepada Nabi saw, "Amal-amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ta'ala?" Lalu, Nabi saw menjawab, "Shalat tepat pada waktunya." Saya bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Nabi saw bersabda, "Berbuat baik dengan kedua orang tua." Saya bertanya lagi, "Lalu, apa lagi?" Nabi saw menjawab, "Jihad di jalan Allah"."

Kerugian terbesar dalam sejarah hidup seorang anak terhadap orang tua. Apabila seorang anak tidak mau berbuat baik dengan kedua orang tua, memuliakan, menyayangi, dan menghormatinya.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Dari sahabat Abdullah bin Dinar, dari sahabat Abdullah bin Umar r.hu, bahwanya ada seorang badui yang dia temui di sebuah jalan di Makkah. Lalu, Abdullah bin Umar memberi salam kepadanya dan mengajaknya untuk naik ke atas keledai yang dikendarainya, serta memberikan sorban yang dipakai di kepalanya kepada lelaki tersebut. Ibnu Dinar bercerita,

"Maka, kami katakan kepada Ibnu Umar, "Mudah-mudahan Allah senantiasa memperbaiki keadaanmu. Sesungguhnya orang itu adalah orang badui. Dan, orang badui itu senang sekali jika diberi sesuatu meskipun hanya sedikit."
Maka, Abdullah bin Umar berkata, "Sesungguhnya ayah orang ini adalah sahabat baik Umar bin al-Khaththab r.hu. Dan, sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda,
إِنَّ أَبَـرَّ الْبِـرِّ، صِلَةُ الرَّجُـلِ أهْـلَ وُدَّ أَبِـيْهِ
"Sesungguhnya sebaik-baik bentuk kebaikan [terhadap orang tua], adalah penyambungan tali persaudaraan dengan sahabat baik ayahnya" (Hr.Muslim, Juz IV, fasal Birr, hal.1979, hadis nomor 11. Dan, Hr.Ahmad, Kitab Musnad, Juz II, hal.97. Derajat hadis shahih).

Dan, dalam riwayat lain dari Ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, bahwasanya jika Ibnu Umar pergi ke Makkah selalu membawa keledai yang ditunggangi bergantian. Jika dia merasa bosan naik unta. Dan, dia biasa memakai surban di kepalanya.

Pada suatu hari ketika dia pergi ke Makkah dengan naik keledai. Tiba-tiba ada seorang badui melintas. Maka, Ibnu Umar pun bertanya, "Bukankah kamu ibnu fulan bin fulan?"
"Benar," jawab orang itu.
Kemudian, Umar memberinya keledai, seraya berkata, "Naikilah keledai ini."
Selain itu, sahabat Ibnu Umar juga memberinya surban yang di kepalanya, seraya berkata, "Tutuplah kepalamu dengan surban ini."
Lalu, sebagian sahabat Ibnu Umar berkata, "Mudah-mudahan Allah memberikan ampunan kepadamu. Kamu telah memberikan kepada orang badui ini seekor keledai yang biasa kamu gunakan untuk menunggangi secara bergantian dan sebuah surban yang biasa kamu pakai di kepalamu."
Maka, menjawab sahabat Ibnu Umar, "Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda,
إِنَّ مِنْ أَبَـرِّ الْبِـرِّ، أَنْ يَصِـلَ الرَّجُـلُ أَهْـلَ وُدِّ أَبِـيْهِ بَعْـدَ أَنْ يُوَلِّـيَ
"Sesungguhnya sebaik-baik kebaikan, adalah tindakan seseorang yang menyambung tali persaudaraan dengan sahabat baik ayahnya sepeninggal ayahnya."

Dan, sesungguhnya ayah orang ini adalah sahabat Umar r.hu (Hr.Muslim, Juz IV, fasal Birr, hal.1979, hadis nomor 13. Hr.Abu Dawud, Juz IV, hal.5143. Dan, Hr.Ahmad, Kitab Musnad, Juz II, hal.88. Derajat hadis shahih).

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Berbuatlah sekuat tenaga di keseharian hidup ini untuk senantiasa berperilaku baik dengan kedua orang tua anda. Seperti: melayani sekemampuan anda, mendoakan secara istiqamah dan mudawamah, menghormati, membantu segenap keperluan sesuai dengan kemampuan anda, menjaga kesehatan, mengajak rekreasi, mendorong tekun beribadah, mendorong selalu tilawah al-qur`an, ajak ke rumah teman-teman lamanya yang mereka cintai, dan anda harus berusaha menjaga perasaan mereka supaya tetap bugar.
2. Mertua anda, adalah bagian dari keluarga anda. Dan, mereka juga orang tua anda. Berbuat baiklah, seperti anda berbuat baik kepada kedua orang tua anda.
3. Kerjakan: shalat, birrul walidain, dan jihad di jalan Allah; niscaya anda akan menjadi hamba Allah yang dicintai oleh-Nya.
4. Adalah kebiasaan baik, yang patut anda tiru. Yaitu, memberikan sesuatu barang yang anda cintai kepada orang-orang yang dicintai oleh kedua orang tua anda, mertua anda, atau siapa pun mereka dari saudara kita sesama muslim mukmin. Tirulah sahabat Ibnu Umar r.hu. Dia putera sahabat Umar bin Khaththab r.hu, dan murid langsung Rasulullah saw; memberikan keledai tuanggangan dan surban yang dikenakan kepada pemuda badui yang ayah pemuda itu adalah sahabat ayahandanya (sahabat Umar r.hu).
5. Miliki kebiasaan menutup kepala anda dengan surban, khususnya buat kaum muslimin mukmin. Jangan malu itu sunnah yang mendidik kepribadian. Dan, itulah yang telah menjadi kebiasaan sahabat Ibnu Umar. Tidak usah terkecoh dengan berbagai pendapat yang belum jelas ujung pangkalnya.
6. Segera anda meniru apa-apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw, sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in, dan salafush shalih. Atau, siapa pun yang mendekati perilaku mereka semua. Sebab, acuan referensi tetap kembali kepada Rasulullah saw. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar