Jumat, 17 September 2010

Siapakah Yang Tidak Akan Masuk Neraka?

عَنْ عَبْـدِ اللهِ بْنِ مَسْـعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ j:
﴿ أَلاَ أُخْـبِرُكُمْ بِـمَنْ يَحْـرُمُ عَلىَ الـنَّارِ أَوْ بِـمَنْ تَحْـرُمُ عَلَـيْهِ الـنَّارُ عَلىَ كُلِّ قَرِيـبٍ هَـيِّنٍ سَـهْلٍ ﴾
Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Mas’ud r.hu berkata, ”Rasulullah saw telah bersabda,

”Maukah kalian aku beri tahu orang-orang yang tidak akan disentuh api neraka? Atau, orang-orang yang tidak akan masuk neraka? Dia-lah orang yang mudah bergaul [dalam kebaikan], berlemah-lembut, dan tidak mempersulit” (Hr.Tirmidzi).

Kedudukan Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi r.hu dalam Sunan-nya, Juz IX, halaman 28, nomor hadis 2412.
Hadis ini mengabarkan, mengenai siapa saja yang tidak akan masuk neraka. Yaitu, diberikan kriteria oleh Rasulullah saw.
Pertama. Yakni, seorang muslim mukmin yang mudah bergaul (qarībin).
Kedua. Yakni, seorang muslim mukmin yang memiliki budi pekerti lemah-lembut (hayyinin).
Ketiga. Yakni, seorang muslim mukmin yang berperilaku mudah lagi memudahkan (sahlin)
Qarībin, hayyin, dan sahlin adalah ketiga pilar Kecerdasan Sosial (Social Quotient). Dan, ternyata dinul Islam memberikan apresiasi yang tinggi terhadap seorang hamba Allah, yang memiliki Kecerdasan Sosial dengan surga-Nya. Sungguh hal ini merupakan perwujudan dari ajaran agama, yang sangat menghargai kecerdasan manusia. Dikarenakan, manusia itu bersungguh-sungguh di dalam berbuat baik dengan sesama makhluk-Nya. Inilah yang di dalam ajaran Islam, seringkali dikatakan, ”Hablum minan-nās”.
Sekali pun begitu. Ajaran Islam tetap menyandarkan, segala sesuatunya hanya kepada Allah swt sebagai segala pusat sandaran bagi makhluk-Nya. Inilah yang lazim disebut, ”Hablum mina-llāh.”
Hadis ini harus dijadikan Motivator Kecerdasan bagi setiap orang yang mengaku sebagai muslim mukmin. Sehingga di keseharian hidup mereka benar-benar terjadi Perubahan Perilaku. Karenanya, agar seorang muslim mukmin memiliki pemberdayaan alam bawah sadar yang kuat. Guna melahirkan Perubahan Perilaku di keseharian hidup mereka. Wajib bagi mereka melakukan imitasi secara utuh dan transparan kepada Rasulullah saw. Sebagaimana hal itu dipayungi firman-Nya,
ô‰s)©9 tb%x. öNä3s9 ’Îû ÉAqß™u‘ «!$# îouqó™é& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöqu‹ø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx.
”Sesungguhnya telah ada pada [diri] Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian. [Yaitu], bagi orang yang mengharap [rahmat] Allah, [kedatangan] Hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah. (Qs.al-Ahzāb [33]: 21)

Pemahaman Hadis
1. (قـريـب) Qarībin.
Qarībin. Artinya: dekat. Konteks hadis dalam bahasan di atas. Adalah, seorang muslim mukmin yang memiliki perilaku ”mudah dekat” (pandai bergaul) dengan sesama makhluk-Nya. Khususnya, dalam pergaulan mereka dengan sesama saudara muslim mereka. Ukuran pandai bergaul dalam hadis di atas. Yakni, bergaul yang mendatangkan ridla di sisi-Nya. Dan, pergaulan yang mendatangkan kemanfaatan buat sesama. Wa-llāhu a’lam.
2. (هـين) Hayyinin.
Hayyinin. Arti kata ini: lemah-lembut. Maksudnya, terdapatnya budi pekerti yang lemah-lembut dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku lemah-lembut yang dimiliki benar-benar lahir dari hati nurani. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, alam bawah sadarnya senantiasa ditanamkan untuk berperilaku lemah-lembut. Sebab, hanya dengan perilaku lemah-lembut. Allah azza wa jalla menganugerahkan banyak hal, utamanya ilmu hikmah dan keutamaan yang lain; insya Allah.
3. (سـهل) Sahlin.
Sahlin. Artinya: mudah. Maksudnya, sangat mudah dalam mensupport segala kebaikan. Dia berprinsip, ”Jika mudah. Mengapa harus dipersulit?! Jika memang dapat cepat. Mengapa harus diperlambat?!” Sehingga dalam hidupnya sangat senang dalam memberikan pelayanan kepada sesama makhluk. Pelayanan untuk berlomba dalam hal terciptanya kebaikan demi kebaikan. Mengapa bisa begitu? Karena hanya termotivasi untuk mendapatkan anugerah dan ridla dari sisi-Nya.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Bangsa Indonesia yang mayoritas muslim. Ternyata mayoritasnya tidak bersungguh-sungguh dengan ajaran Islam. Munculnya istilah: Islam KTP, Islam suwinti, Islam abangan, dan istilah-istilah negatif lain. Hal itu merupakan indikasi, bahwa pola kehidupan kaum muslimin Indonesia, sangat rentan dengan dekadensi moral. Inilah kenyataan yang harus segera dijawab dengan Akselerasi Sikap Mental. Guna segera melakukan Perubahan Perilaku.
Sebuah ironis. Apabila para tokoh Islam. Sekarang ini benar-benar sulit melakukan pelayanan sosial. Anehnya, para tokoh tersebut dapat dengan mudah melakukan pelayanan dengan para pejabat, para politisi, dan para orang kaya. Mengapa dengan umat secara publik kok tidak dapat memberikan pelayanan? Ada apa ini?!
Inilah sebuah pertanda. Bahwa, ketiga pilar Kecerdasan Sosial. Seperti yang tersebut pada hadis di atas. Sudah benar-benar hilang dari habits kaum muslimin mukmin negeri ini. Bagaimana tidak hilang? Apabila konon yang disebut sebagai tokoh agama itu, ternyata tidak memberikan Pembelajaran Sifat yang baik, dengan mengamalkan ketiga pilar Kecerdasan Sosial tersebut!?
Sehingga yang terjadi. Kehidupan Islam di negeri ini baru pada tahapan ”seolah-olah” ber-Islam. Karena kaum muslimin lebih asyik-masyuk di dalam membela: kelompok, parpol, ormas, jama’ah, aliran, pemikiran, etnik, kedudukan, kekuasaan, jabatan, dan keuntungan materi.
Akibatnya, umat Islam Indonesia yang mayoritas. Tak lebih hanya seperti buih di lautan. Mudah sekali diombang-ambingkan. Mudah sekali diadu domba. Mudah sekali kena hasutan. Sehingga perilakunya mencerminkan perilaku minoritas. Maka, yang terjadi adalah ”kelompok minoritas” menyangga umat Islam yang mayoritas. Sungguh sebuah ironi yang benar-benar terjadi.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. mindSET alam bawah sadar kita harus ditanamkan untuk mencintai Allah swt. Dengan cinta yang melebihi apa pun.
2. Amalkan sekemampuan anda. Ayat qur`an yang anda baca. Teks hadis yang anda baca. Dan, ilmu pengetahuan yang anda pelajari.
3. Jadilah seorang muslim mukmin yang mudah bergaul.
4. Biasakan riadlah dengan kuat. Hingga menjadikan hati anda lemah-lembut.
5. Miliki dengan segera sikap mental dan perilaku sahlan. Yakni, suka memudahkan dan selalu memberikan banyak kemudahan.
6. Nasehati kaum muslimin mukmin dengan hadis Nabi saw di atas. Jika dia menolak hadis shahih tersebut. Berarti dia telah mengingkari eksistensi Rasulullah saw.

Oase Pencerahan
Inilah saat yang tepat. Untuk segera melakukan Perubahan Perilaku. Yaitu, merubah perilaku dari yang tidak manfaat menjadi perilaku yang berkemanfaatan. Merubah perilaku dari yang buruk ke arah yang lebih baik. Merubah perilaku dari yang menyelisihi sunnah menjadi berperilaku yang CC dengan sunnah Nabi saw. Merubah perilaku dari ”seolah-olah” ber-Islam menjadi ber-Islam secara benar lagi lurus sejalan dengan Neraca Syari’at.
Itulah sebabnya, ketiga pilar Kecerdasan Sosial. Yang terkandung dalam pesan hadis dalam bahasan kali ini. Harus benar-benar di-”bumi’-kan dengan segera. Jika tidak segera di-”bumi”-kan. Niscaya kesesatan dan kehancuran bangsa ini akan semakin cepat.
Watak bangsa kita adalah gotong-royong, mudah bergaul, suka menolong, mandiri, suka bekerja keras, lemah-lembut, dan tidak mau menjilat --lebih jelas, bacalah History of Java, karya Rafles.
Bagaimana sekarang!? Bangsa ini ternyata mengalami perubahan. Yaitu, perubahan yang cenderung keluar dari hukum metamorfosa. Sehingga dapat dilihat. Remaja Indonesia, boleh jadi lebih amerika. Dibanding dengan remaja amerika yang sebenarnya. Atau, orang Indonesia lebih arab. Ketimbang orang arab yang sebenarnya. Mengakunya muslim. Namun pola perilaku dan Cara Berpikir-nya berkiblat kepada kaum kafir, kaum munafik, kaum yahudi, dan kaum nashrani.
Teori dakwah model akulturasi yang diperankan oleh Sunan Kalijogo r.hu. Atau, model dakwah dengan pendekatan asimilasi budaya yang dimainkan oleh Syaikh Siti Jenar r.hu. Ternyata, sekarang ini telah dihancurkan dan diluluh-lantakkan oleh arus utama, yang diberinama globalisasi. Padahal dari kedua teori tersebut. Islam dapat mengalami pribumisasi pesan di Nusantara.
Apa itu globalisasi? Globalisasi kenyataannya adalah amirikanisasi. Tidak hanya itu. Globalisasi diberimuatan dengan modernisasi. Apa itu modernisasi?! Modernisasi kenyataannya adalah westernisasi (pem-Barat-an). Maka, negeri ini, yang mayoritas beragama Islam telah kena serangan badai, yang dinamakan materialisme dan kapitalisme.
Akibatnya, kaum muslimin yang hidup di era millenium ini. Mengidap penyakit ”lupa diri”. Termasuk banyak sudah orang Islam (muslim-muslimah). Yang sudah tidak lagi, CC dengan ajaran Islam-nya. Boleh jadi mereka telah ”lupa diri” dengan agamanya. Meskipun mereka KTP-nya orang Islam. Atau, secara ekstrem, mereka ”lupa diri” dengan agamanya. Sekali pun mereka juga shalat lima waktu, atau mungkin sudah menunaikan ibadah haji.
Apabila ini yang terjadi. Maka, ketiga pilar Kecerdasan Sosial yang dipesankan dalam hadis Nabi saw di atas. Telah mengalami pendangkalan.
Akibat lupa diri pula. Umat Islam Indonesia lebih memilih khazanah-khazanah yang tidak menguntungkan agamanya. Dikatakan menguntungkan agamanya, manakala setelah seorang muslim belajar atau mengenal suatu khazanah. Dia terus melakukan pemberdayaan yang signifikan dengan peningkatan ketakwaan, keimanan, dan ketaqarruban hanya dengan Allah azza wa jalla.
Ketiga pilar Kecerdasan Sosial di atas. Telah memberikan pertanda bahwa dinul Islam tidak anti-pati dengan kehidupan dunia. Namun dinul Islam sekadar memberikan arahan, agar umat manusia hidupnya: Sehat; Sejahtera; dan Bahagia. Sehat fisik dan psikisnya. Sejahtera dhahir dan batinnya. Dan, bahagia dunia-akhiratnya.
Ingat, hanya manusia yang lemah akal dan rendah budi pekertinya yang tidak menghendaki hidupnya: Sehat, Sejahtera; dan Bahagia.
Marilah hidup sehari-hari kita dipilari dengan: Mudah bergaul dengan sesama makhluk-Nya; Berperilaku lemah-lembut; dan Suka memberikan kemudahan guna mensupport kebaikan.[ ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar