Jumat, 17 September 2010

Tips Masuk Surga

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ J:
﴿ إِنَّ فِي الْجَـنَّةِ غُرَفًا، تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا، فَقَامَ أَعْرَابِيٌّ، فَقَالَ: لِمَنْ هِيَ يَارَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ، وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَدَامَ الصِّيَامَ، وَصَلَّى للهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ﴾
Dari sahabat Ali r.hu ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda,

“Sesungguhnya di dalam surga ada kamar-kamar tertentu yang bagian dalamnya dapat dilihat dari bagian luarnya, dan bagian luarnya dapat dilihat dari bagian dalamnya.” Orang-orang badui berdiri kemudian bertanya, “Untuk siapa kamar itu wahai Rasulullah?” Rasulullah saw bersabda, “Kamar-kamar itu untuk: Orang yang memperbaguskan perkataan kepada saudaranya; Memberi makan kepada orang lain; Melanggengkan puasa; dan Mengerjakan shalat lail di saat orang-orang sedang tidur”

Kedudukan Hadis
Hadis di ini diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash r.hu. Terdapat dalam Sunan at-Tirmidzi Juz VII, hadis nomor 1907, halaman 257. Dan, dalam Shahih Ibnu Hibban Juz I, hadis nomor 510, halaman 11. Juga, dalam Shahih al-Hakim Juz I, hadis nomor 248, halaman 260.
Sementara, Ibnu Abi Saibah mencatat dalam Juz VIII, hadis nomor 19, halaman 70. Dan, Imam Thabrani pada Juz IV, hadis nomor 1215, halaman 194. Imam Baihaqi dalam Juz VII, hadis nomor 3210, halaman 363. Dan, Imam Abu Ya’la dalam Juz I, hadis nomor 408, halaman 412.

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا ﴾
Pada riwayat di atas Rasulullah saw menggambarkan keindahan surga dengan keindahan yang tiada bandingnya. Yang mana diterangkan, bagian dalam surga bisa dilihat dari luar dan sebaliknya. Sebagaimana dinyatakan-Nya,

“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang shalih ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera” (Qs. al-Hajj [22]: 23).

Juga, dalam firman yang lain,

“Mereka itulah [orang-orang yang] bagi mereka surga 'Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal. Sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah” (Qs. Al-Kahfi [18]: 31).

Pemahaman Hadis
1. (أطاب الكـلام) athābal kalām. Artinya, lembut ketika berbicara.
Ada pepatah yang mengatakan, “Jagalah lisanmu niscaya bahagia hidupmu.”
Dikatakan juga, “Mulutmu adalah harimaumu”. Sebagaimana Allah telah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar” (Qs. al-Ahzâb [33]: 70).

Mengenai hal itu, Rasulullah saw juga telah memberikan keterangan dengan sabda beliau saw,

“Siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam” (Hr. Bukhari dan Muslim).

“Barangsiapa dapat menjaga antara kumis dan jenggotnya [yakni lidah], dan antara kedua kakinya [yakni kemaluannya]; maka aku jamin surga” (Hr. Bukhari dan Muslim).

2. (أطـعم الطـعام) ath’amath tha’am. Artinya, memberi makan.
Memberi makan orang lain adalah perbuatan yang mulia, dalam memahami kata ini sebenarnya seorang muslim-mukmin diajari oleh Rasulullah saw untuk berperilaku derma dan pemurah. Suka berkurban untuk kepentingan masyarakat, dan mau mengulurkan tangannya kepada siapa saja yang memerlukan.
mindSET pemikiran yang dibangun Rasulullah saw, menjadi seorang muslim harus membiasakan diri dengan “tangan di atas”. Sebaliknya, harus malu manakala “tangannya di bawah”. Inilah sebuah Kecerdasan Sosial yang hendak dibangun oleh dinul Islam.
mindSET “tangan di atas” harus menjadi kebanggaan umat Islam. Inilah perbuatan yang disukai Rasulullah saw. Walau kepada orang kafir sekalipun, beliau saw tetap santun dan suka memberi. Sebagaimana dikisahkan, setiap pagi beliau memberi makan orang Yahudi buta yang ada di sudut jalan. Meski si Yahudi setiap kali diberi makan, setiap kali pula ia mencaci-maki Rasulullah saw. Namun beliau tetap santun dan tetap memberi makan. Hingga akhirnya, setelah beliau wafat si Yahudi masuk Islam di tangan sahabat Abu Bakar r.hu. Lantaran merasa berhutang budi dengan Rasulullah saw.

3. (أدام الصـيام) adāmash shiām. Artinya, melanggengkan puasa.
Puasa adalah resep terbaik untuk hidup sehat. Ingin hidup sehat berpuasalah. Sampai detik ini ilmu kedokteran tetap mengakui, dan akan selalu mengakui bahwa puasalah terapi yang paling baik guna menjaga sekaligus menyembuhkan penyakit.
Seseorang yang banyak makan, niscaya dia akan sakit-sakitan. Orang modern ternyata orang yang rakus dengan makanan, sebab mereka tidak dapat mengendalikan diri mereka. Malam hari yang seharusnya istirahat, tetapi orang modern waktu malamnya dihabiskan dengan begadang dan banyak makan. Akibatnya, orang modern hidupnya sakit-sakitan, karena hidup mereka tidak memenuhi standar hidup sehat. Seperti: Istirahat cukup; Makan makanan bergizi; Pikiran tidak stress; Olah raga teratur; Dzikrullah yang banyak; dan Rajin berpuasa sunnah.
Sayang umat Islam di era modern kebanyakan dari mereka sudah tidak lagi memperhatikan sunnah Nabi saw. Mereka banyak yang menyepelekan sunnah Nabi saw. Anehnya, mereka mengadopsi nilai-nilai lain di luar Islam yang belum tentu kebenaran dan validitasnya. Akibatnya, umat Islam dijadikan sasaran empuk kaum lain, atau menjadi pangsa pasar mereka. Sebut saja pengikut bisnis MLM (multi lavel marketing) adalah umat Islam awam. Artinya, awam mereka adalah kaum al-ājiz, bukan al-kayyis.
Mengenai menejemen perut, Rasulullah saw telah memberikan contoh nyata. Di mana beliau saw selalu, “Makan sewaktu lapar, dan berhenti makan sebelum kenyang.” Dan, dalam kesempatan yang lain beliau saw juga bersabda,

“Orang mukmin makan dengan satu usus. Sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus” (Hr.Bukhari).

Di dalam sirah juga terdapat keterangan, bahwa Rasulullah saw hidupnya lebih banyak puasannya ketimbang tidak puasa. Sekalipun dengan enjoy mengganti-ganti model puasanya. Suatu kali puasa Senin-Kamis. Suatu ketika puasa tanggal 13, 14, dan 15. Suatu ketika puasa sunnah Nabi Dawud as. Juga, suatu ketika puasa sunnah di bulan Sya’ban; wa-llahu a’lam.

4. (صلى لله باللـيل والناس نـيام) shalla lil-lāhi bil-laili wan-nāsu niām. Artinya, beribadah shalat di waktu malam hari di saat manusia lain tidur.
Sebagaimana telah difirmankan Allah azza wa jalla, di mana disifati dengan seseorang yang lambungnya jauh dari tempat tidurnya, karena waktu malamnya dihabiskan untuk beribadah kepada Rabb-nya, padahal orang lain masih asyik dengan tidur mereka,

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan.” (Qs.as-Sajdah [32]: 16).

Seorang hamba Allah swt mendirikan shalat lail, atau menghidupkan lail-nya dengan beribadah kepada Allah azza w jalla, semata untuk memanifestasikan rasa syukur kepada Allah jalla jalaluh. Tidak yang lain. Jika ada dampak (pengaruh) atau keutamaan dari shalat lail, itu merupakan bagian integral dari praktek shalat lail, yang semata hak Allah swt untuk menganugerahkan kepada para hamba Allah yang: Istiqamah; Mudawamah; dan Lillahi ta’ala dalam pelaksanaannya.
Seperti diterangkan dalam sebuah hadis Nabi saw, yang diriwayatkan oleh Ibunda A’isyah r.ha. Di mana suatu ketika Ibunda ‘Aisyah r.ha menuturkan, “Suatu ketika dia bertanya kepada Rasulullah saw terkait dengan kebiasaan shalat malam beliau, hingga kedua tumitnya merekah-rekah, “Kenapa engkau melakukan ini, wahai Rasulullah saw? Padahal dosa engkau yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni?” Rasulullah saw bersabda,

“Apakah aku tidak pantas menjadi seorang hamba yang pandai bersyukur?” (Hr.Bukhari dan Muslim).

Jadi, dalam pendirian shalat lail semangatnya karena cinta kepada Allah swt. Bukan karena ini dan itu. Seperti digambarkan oleh para pelaku suluk sejati, “Ruhbānun bil-laili wa fursanun bin-nahāri"; jika datang malam hari seperti bidadari yang manunggu sang kekasih, apabila datang siang hari laksana singa yang garang."

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Jagalah lisanmu niscaya bahagia hidupmu.
2. Tolonglah makhluk Allah yang di bumi, niscaya makhluk Allah yang ada dilangit akan menolong kalian.
3. Perbanyaklah puasa sunnah, sebab Rasulullah saw dan para sahabat banyak melakukan.
4. Jika ingin terpuji dan memiliki derajat tinggi disisi Allah, hidupkan malam dengan banyak mengerjakan shalat sunnah.

Oase Pencerahan
Apa-apa yang dikerjakan sesuai dengan sabda Nabi saw dalam teks hadis ini, sungguh nantinya dapat mengantarkan siapa pun yang mengamalkan dengan ikhlas; lillahi ta’ala, akan menjadi penghuni surga-Nya.
Apa yang diterangkan dalam hadis di atas merupakan tips singkat, agar seseorang hamba dapat melenggang memasuki surga-Nya. Prinsip amal yang dikerjakan haruslah semata mencari ridla-Nya, semata ikhlas tidak ada pamrih kecuali pamrih mendapatkan cinta Allah azza wa jalla.
Keempat hal yang diajarkan oleh Rasulullah saw, sungguh sebuah perbuatan yang sangat berat, jika tidak didasarkan kepada ghirah Triangle Force. Yaitu: Menomor-satukan Allah; Jujur; dan Ikhlas. Sebab, amaliah seperti: Berbicara dengan lemah-lembuh; Memberi makan kepada orang lain; Mendawamkan puasa sunnah; dan Shalat lail ketika orang kebanyakan masih sama tidur. Sungguh sebagai perbuatan yang sangat berat.
Apalagi amaliah tersebut hanya ditujukan, semata untuk mewujudkan rasa syukur kepada Allah swt. Masya Allah, ini merupakan perbuatan yang sangat berat. Maka, tidak henti-hentinya kita memohon pertolongan kepada Allah swt, agar dapat menunaikan ajaran Rasulullah saw tersebut.
Jaman boleh modern. Bahkan mau disebut jamana apa pun silahkan. Tetapi, sebagai seorang muslim-mukmin kita harus tetap pengkuh dengan tradisi yang telah diletak-dasarkan oleh Rasulullah saw. Sebab, apa-apa yang telah menjadi praktik pengamalan beliau telah nyata kebenarannya sepanjang masa 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar