Jumat, 17 September 2010

Kekuatan Cinta

عن عـبد الله بن مسـعود  قَالَ:

﴿ جَاءَ رَجُـلٌ إِلىَ رَسُـولِ اللهِ J فَقَالَ: يَا رَسُـولَ اللهِ كَيْـفَ تَـقُولُ فِي رَجُلٍ أَحَـبَّ قَوْمًا وَلَمْ يَلْحَقْ بِهِمْ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ J: الْمَـرْءُ مَـعَ مَنْ أَحَـبَّ ﴾

Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud r.hu, ia berkata,

Seseorang mendatangi Rasulullah saw, lalu bertanya, “Wahai RAsulullah, bagaimana pendapat engkau tentang seseorang yang mencintai suatu kaum, tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka?" Rasulullah menjawab, “Seseorang itu akan bersama dengan orang yang paling dicintainya” (Takhrij Imam Nawawi r.hu, Kitâb Riyadlish-Shalihin, hadis nomor 373, hal.133).

Kedudukan Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya bab ‘Alamat Hubbu-llâh 'azza wa jalla, Juz XIX, hal. 145, hadis nomor 5703 dan 5703. Sedangkan Imam Muslim r.hu meriwayatkan dalam Kitab Shahih-nya, bâb al-Mar`u Ma’a Man Ahabba, Juz XIII, hal.95, hadis nomor 4779. Imam Tirmidzi meriwayatkan dalam Sunan-nya, bab Ma Ja`a Annal Mar`a Ma’a Man Ahabba juz VIII hal. 395 nomor hadis 2307 dan 2309. Dan, Imam Ahmad meriwayatkan pula dalam Musnad-nya juz XXIV, hal.121, nomor hadis 11575.
Abu Isa mengatakan bahwa hadis ini shahih. Adapun lafadz hadis di atas milik Imam Muslim r.hu.

Kunci Kalimat (Miftâhul Kalâm)
﴿ الْمَــرْءُ مَـــعَ مَنْ أَحَـــــــبَّ ﴾
“Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya”

Di dunia ini tidak ada yang diharapkan seorang muslim, kecuali dirinya dicintai Rabb-nya, segenap amalnya diterima Allah, wafatnya husnul khatimah, dan di surga dikumpulkan bersama Rasulullah saw. Hal itu bisa terwujud jika ia mencintai dan dicintai serta ridla dan diridlai oleh Allah azza wa jalla dan rasul-Nya. Rasa cinta itu harus diwujudkan ke dalam kehidupan sehari-hari. Demikianlah hadis di atas menjadi Motivator Kecerdasan kita, sehingga melahirkan kekuatan cinta. Dan, dari kekuatan cinta itulah secara produktif akan melahirkan perubahan positif yang dahsyat; insya Allah. Sebagaimana dinyatakan-Nya,

     •         
Katakanlah, "Jika kamu [benar-benar] mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian." Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang” (Qs.Ali Imrân [3]: 31).

Dan, sabda Rasulullah saw,

“Siapa saja yang memiliki tiga sifat ini, niscaya akan merasakan manisnya iman, yaitu: 1).Mencintai Allah dan rasul-Nya melebihi segala-galanya; 2).Mencintai seseorang hanya karena Allah; dan 3).Enggan untuk kembali kafir setelah diselamatkan Allah sebagaimana enggannya apabila dilemparkan ke dalam neraka” (Hr.Bukhari dan Muslim).

Sabda Nabi saw di atas haruslah kita imani dengan sungguh-sungguh. Bahwa, seseorang itu akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya kelak di akhirat.
Artinya, barangsiapa yang ketika di dunia benar-benar mencintai, meneladani dan mencontoh perilaku Rasulullah saw; para sahabat; tabi’in; tabi’ut tabi’in; salafush shalih; para ulama’ullah; dan segenap kaum mukminin, maka kelak ia akan dikumpulkan dengan orang yang dicintainya di surga. Mereka inilah komunitas shiddiqin. Sebagaimana Allah swt memerintahkan, agar seorang yang beriman untuk "berkumpul" dengan mereka.
Sebaliknya, barangsiapa yang mencintai, meneladani dan mencontoh perilaku orang-orang kafir; penjilat; penipu; pencuri timbangan; koruptor; dan orang-orang yang durhaka kepada Allah dan rasul-Nya. Kelak ia akan dikumpulkan dengan orang yang dicintainya tersebut dalam neraka.
Kita harus melakukan pertemanan dan saling mencintai dengan sesama muslim, yang muaranya adalah kepada Rasulullah saw. Dan, itu pun harus dilakukan semata karena Allah swt. Dikarenakan, tidak akan kecewa berteman dengan sesama mukmin disebabkan ketakwaannya kepada Allah swt. Hanya seorang muttaqin yang layak untuk dijadikan teman, kolega, keluarga, dan pemimpin kita. Selain dari orang yang bertakwa, maka suatu saat pasti akan menjadi musuh yang saling berkhianat. Sebagaimana dinyatakan Allah azza wa jalla,

      
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa" (Qs.az-Zukhrûf [43]: 67).

Betapa masygulnya dewasa ini, banyak manusia yang mencintai saudaranya tidak karena Allah lagi. Akan tetapi cintanya itu lebih didasarkan karena kecantikan (ketampanan), kedudukan, status sosial, kekayaan, kepentingan tertentu (interes).
Oleh sebab itu seorang muslim jangan sampai salah pilih di dalam membuat jaringan sosial kehidupannya. Termasuk di kehidupan keseharian yang paling sederhana sekali pun, seperti: memilih jodoh; mengambil menantu; memilih pemimpin; dan memilih wakil rakyat; serta di setiap aktifitas kehidupannya. Tidakkah orang-orang bijak telah memberikan dasar pijak di dalam rangka membumikan pesan hadis di atas, dengan mengatakan,
كُـنْ مَعَ اللهِ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ مَعَ اللهِ، فَكُنْ مَعَ مَنْ مَعَ اللهِ، فَإِنَّهُ يُوْصِلُكَ إِلـىَ اللهِ
"Jadilah seorang hamba yang bersama Allah. Jika tidak mampu. Jadilah seorang hamba yang bersama seorang hamba yang telah bersama Allah. Sebab, dialah yang menyambungmu sampai kepada Allah."

Pemahaman Hadis
1. (رجــل أحـبّ قَومًا) Rajulin ahabba qauman.
Ahabba berasal dari kata habba. Artinya: mencintai (menyukai). Pengertian cinta secara umum, adalah terdapatnya rasa cinta terhadap siapa pun sebagai sesama hamba Allah, yang ditakdirkan-Nya hidup di dunia, karena memiliki garis yang sama sebagai anak keturunan dari Nabi Adam as.
Dalam konteks hadis di atas, makna cinta itu dialamatkan kepada sesama kaum yang beriman kepada Allah azza wa jalla. Dikarenakan, sesama komunitas muslim mukmin itu laksana satu kesatuan tubuh yang utuh. Jika ada sebagian anggota tubuh yang sakit, maka yang lainnya pun akan merasakan sakit.
Cinta sesama mukmin karena Allah. Hal ini merupakan salah satu peredam adzab Allah. Sebagaimana firman Allah dalam hadis qudsi,

إِنِّـيْ َلأَهِـمُّ ِلأَهْـلِ اْلأَرْضِ عَـذَابًا، فَإِذَا نَـظَرْتُ إِلىَ عُمَّارِ بُـيُوْتِيْ وَالْمُـتَحَابِّيْنَ فِـيَّ وَالْمُسْـتَغْفِرِيْنَ بِاْلأَسْحَارِ، صَـرَفْتُ اْلعَـذَابَ عَنْـهُمْ
“Sesungguhnya Aku pasti akan menimpakan adzab kepada penduduk bumi. Maka, ketika Aku melihat kepada orang-orang yang memakmurkan rumah Ku; saling mencintai sebab Aku; dan beristighfar di waktu sahur; maka Aku kesampingkan adzab itu dari mereka” (Hr.Baihaqi).

Orang yang saling mencintai karena Allah azza wa jalla akan mendapatkan naungan rahmat dari Allah kelak di Padang Makhsyar. Sebagaimana sabda Rasulullah saw,

“Ada tujuh kelompok yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: ….., dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, ….” (Hr.Bukhari dan Muslim).

2. (ولم يـلحق بـهم) Wa lam Yalhaq bi-him.
Yalhaq berasal dari kata lahiqa yal-haqu. Artinya: bertemu. Mendapat awalan lam, sehingga menjadi lam yalhaq, yang berarti tidak pernah bertemu.
Artinya, seseorang yang mencintai orang lain karena Allah; walaupun tidak pernah bertemu, maka Allah akan mengumpulkannya kelak di surga. Sangat beruntung jika kita cinta dan mengimani Rasulullah saw sebagai utusan Allah swt. Walaupun kita bukan apa-apanya dan tidak pernah melihat dan hidup bersama beliau. Sebagaimana sabda beliau saw,

“Beruntung orang yang telah melihatku dan iman kepadaku. Maka, beruntung [beliau mengulangnya 7x] orang yang tidak pernah melihatku iman kepadaku” (Hr.Ahmad).

Oase Pencerahan
Barangsiapa mencintai seseorang karena Allah, maka ia akan dikumpulkan bersama-sama orang yang dicintainya kelak di surga. Akan tetapi, kebanyakan manusia melalaikannya. Mereka lebih mementingkan kehidupan di dunia daripada mencari kebahagiaan di akhirat.
Kita sebagai umat Muhammad saw. Hendaknya, terus-menerus berusaha dengan sekuat tenaga untuk melakukan Pembelajaran Sifat dan Perubahan Perilaku. Sehingga kita CC 100% untuk mencintai Allah, rasul-Nya, para sahabat; tabi’in; tabi’ut tabi’in; salafush shalih; para ulama’ullah; dan segenap kaum mukminin. Serta, membenci orang-orang yang berperilaku durhaka kepada Allah swt sebagaimana kita benci untuk dimasukkan ke dalam neraka.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Kita telah mengenal bagaimana menderitanya sahabat muhajirin ketika hijrah ke Madinah. Mereka harus meninggalkan keluarga, kerabat, dan kekayaan. Hal itu dilakukan karena cintanya kepada Rasulullah saw dan Islam. Walaupun mempertaruhkan nyawa dan harta mereka siap berjuang di jalan Allah azza wa jalla.
Ketika sampai di Madinah, maka Rasulullah saw mempersaudarakan sahabat Anshar dengan sahabat Muhajirin. Hal itu beliau lakukan untuk menguatkan keimanan para sahabat muhajirin. Jika seseorang menolong agama Allah, maka Allah pasti akan menolongnya. Beliau saw juga memberikan pelajaran kepada sahabat Anshar, bagaimana seharusnya bersikap dan berperilaku sosial terhadap sesama saudara seagama.
Karena keteguhannya itulah, di dalam al-qur`an Allah azza wa jalla memberikan balasan berupa kebahagiaan di surga. Firman Allah swt,

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama [masuk Islam] dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridla kepada mereka dan mereka pun ridla kepada Allah. Dan, Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (Qs.at-Taubah [9]: 100).

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Cintai Allah azza wa jalla, niscaya Allah juga akan mencintai anda.
2. Cintai Rasulullah saw, para sahabat; tabi’in; tabi’ut tabi’in; salafush shalih; para ulama’ullah; dan segenap kaum mukminin. Inilah yang diperintahkan kepada anda.
3. Anda jangan mencintai orang-orang yang durhaka kepada Allah azza wa jalla.
4. Hafalkan doa ini, lalu ikuti dengan CC 100% sebagai doa keseharian,

"Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Mahapenyantun lagi Mahapenyayang."

5. Teruslah ber-husnudhan dengan Allah swt. Di samping sekuat tenaga terus-menerus mengingkari segenap perbuatan buruk. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar