Jumat, 17 September 2010

Keutamaan Sedekah

عَنْ حَكِيْم بن حِزَامُ  قَالَ: قاَلَ رَسُوْلُ الله J:

﴿ اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلىَ، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ، وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ ﴾
Dari sahabat Hakim bin Hizam r.hu, dia berkata, Rasulullah saw bersabda,

“Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Dan, mulailah dengan orang yang menjadi tanggunganmu. Sebaik-baik sedekah ialah yang diambil dari sisa kebutuhan sendiri. Barangsiapa yang menjaga dirinya dari meminta-minta, maka akan dijaga oleh Allah. Dan, barangsiapa merasa cukup, maka Allah akan memberikan kecukupan kepadanya” (Takhrij Imam Ibnu Hajar al-Asqalani r.hu, Kitâb Targhib wa Tarhib, hadis nomor 235).

Kedudukan Hadis
Hadis ini disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Imam Bukhari r.hu meriwayatkan hadis ini dalam bâb Lâ Shadaqata illâ ‘an Dhahri Ghinâ, Juz V, hal. 248, hadis nomor 1338. Sedangkan Imam Muslim r.hu meriwayatkan hadis ini dalam bâb Bayân anna Yadal-‘ulyâ Khairun minal Yadis-suflâ, Juz V, hal. 234, hadis nomor 1715.
Hadis ini jiga diriwayatkan olah Imam Ahmad r.hu dalam Musnad-nya, Juz XXI, hal 170, hadis nomor 15026. Ibnu Abi Syaibah dalam Kitab-nya, Juz III, hal. 102. Dan, Imam Baihaqi dalam as-Sunanul Kubrâ, Juz IV, hal. 177.

Kunci Kalimat (Miftâhul Kalâm)
﴿ اَلْـــيَدُ الْعُــــلْيَا خَـــيْرٌ مِنْ الْــــيـَدِ السُّــــفْلَى ﴾
“Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”

Berdasarkan hadis di atas, seorang muslim mukmin diajari oleh Rasulullah saw untuk berperilaku derma dan pemurah. Suka berkurban untuk kepentingan masyarakat, dan mau mengulurkan tangannya kepada siapa saja yang memerlukan. Mindset pemikiran yang dibangun Rasulullah saw. Menjadi seorang muslim harus membiasakan diri dengan "tangan di atas". Sebaliknya, harus malu manakala "tangannya di bawah". Inilah sebuah Kecerdasan Sosial yang hendak dibangun oleh dinul Islam.
Mindset pemikiran "tangan di atas", harus menjadi kebanggaan umat Islam. Apabila "tangan di atas" telah menjadi kebanggaan kaum muslimin. Maka, dalam waktu yang relatif tidak lama lagi. Kaum muslimin mukmin akan mempunyai kemampuan Kecerdasan Sosial yang rata-rata air. Hal ini menandakan akan lahirnya banyak karya. Yang itu sangat berguna buat umat manusia.
Akhlak pemurah merupakan karakter yang ada pada setiap orang dermawan. Seorang yang dermawan di dalam membantu orang lain atau menolong saudaranya, benar-benar murni karena Allah. Sebaliknya, orang yang mengeluarkan harta bendanya disebabkan ada maunya, orang jenis ini tidak dapat dikatakan sebagai orang yang dermawan.
Allah swt telah mengajarkan kepada hamba-Nya. Yakni, apabila seseorang menginginkan hidupnya tidak kekurangan secara materi. Maka, yang harus dilakukan adalah menyedekahkan sebagian rizeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada dirinya. Dikarenakan, Allah azza wa jalla telah menjanjikan balasan kelipatan yang sangat banyak. Sebagaimana firman-Nya,

•                         
”Perumpamaan [nafkah yang dikeluarkan oleh] orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan 7 bulir. Pada tiap-tiap bulir 100 biji. Allah melipat gandakan [ganjaran] bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan, Allah Mahaluas [karunia-Nya] lagi Mahamengetahui”. (Qs.al-Baqarah: 261)

Ayat di atas memberikan pemahaman kepada kita bahwa Allah telah memberikan penawaran kepada hamba-Nya berupa multilevel pahala. Bayangkan, hanya dengan menafkahkan sebagian hartanya, dia akan mendapatkan pengembalian dari Allah dengan berlipat ganda.
Akan tetapi, kebanyakan orang masih enggan untuk melakukan. Mereka lebih menggunakan akal, ketimbang wahyu. Karena secara akal, harta yang telah dikeluarkan tidak akan kembali lagi.
Sebagai umat Rasulullah saw hendaknya CC 100% untuk dapat mengamalkan perilaku derma tersebut. Supaya perilaku dermawan sampai pada sasaran. Yaitu, mendapat ridla-Nya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya:
1. Tanpa menyebut-nyebut pemberian, atau menyinggung perasaan si penerima.
2. Menampakkan rasa senang terhadap orang yang diberi derma.
3. Tidak berlebih-lebihan dalam berderma.
4. Sesuai dengan rizeki yang diperolehnya.
Jadi parameter orang itu baik (mabrur) atau tidak. Bisa dilihat dari kehidupan kesehariannya. Apabila dia dermawan, maka dia orang yang baik. Tetapi, bila dalam hidup keseharian dia bakhil, maka dia bukanlah orang yang baik.

Pemahaman Hadis
1. (ابـدأ بمن تـعول) Ibda` bi man ta’ûlu.
Kata ibda` adalah fi’il amar (kata kerja perintah). Maksudnya, Rasulullah saw memerintahkan untuk mendahulukan orang yang menjadi tanggungannya dari pada orang lain dalam hal sedekah. Mereka itu adalah isteri, anak-anak, orang tua, dan keluarga dekat. Dan, termasuk orang yang menjadi tanggungan kita adalah pembantu.
2. (خـير الصـدقة عن ظـهر غـنى) Khairush-shadaqati an dhahri ghinâ.
Dhahri ghinâ adalah orang yang mempunyai kelebihan (sisa kebutuhan). Maksudnya, sedekah yang paling baik adalah sedekah yang diambilkan dari sisa kebutuhan sehari-hari. Dari sini dapat dipahami, sedekah tidak hanya dilakukan oleh orang yang hartanya melimpah. Namun, siapa pun bisa melakukan sedekah. Asal terdapat kelebihan dari pemenuhan kebutuhan sehari-harinya.
3. (من يسـتعـفف يعـفه الله) man yasta’fif yu’iffahu-llah.
Yasta’fif berasal dari kata ‘afîf atau ‘iffah (menjaga diri). Yaitu, orang yang berusaha sekuat tenaga menjaga diri dari meminta-minta kepada orang lain (walaupun dia kekurangan). Itulah, karenanya Allah menjaganya. Seorang yang berkepribadian 'iffah berprinsip, "Hanya Allah swt yang pantas untuk dimintai pertolongan dan dijadikan sandaran." Di samping dia juga mengimani firman-Nya,

“Hanya Engkau-lah yang Kami sembah dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan”.(Qs.al-Fâtihah [1]: 5)

4. (من يسـتغن يغـنه الله) man yastaghni yughnihil-lâh.
Yastaghni berasal dari kata ghaniyyun (bercukupan). Adapun kata yastaghni (merasa cukup) sehingga tidak meminta-minta. Orang yang merasa cukup atas anugerah yang diberikan oleh Allah azza wa jalla. Dia akan dicukupkan oleh Allah swt. Karena yakin bahwa dengan berperilaku qana'ah, ia akan mampu menghadapi problematika kehidupan atau kesukaran hidup yang dideritanya. Dan, Allah swt pasti akan mencukupi apabila ia berperilaku qana'ah.
Letak kata man yastaghni yughnihil-lâh setelah terangkai dengan huruf wawu athâf. Menandakan bahwa Allah senantiasa akan menolong para hamba-Nya yang meminta pertolongan kepada-Nya.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Dalam Kitâb Tanbihul Ghâfilîn disebutkan, "Seorang sahabat Anshar sedang berpuasa. Ketika hendak berbuka, tidak ada makanan untuk berbuka. Akhirnya dia cukupkan untuk berbuka dengan minum air. Begitu pula keesokan harinya. Pada hari ketiga dia benar-benar sangat lapar. Di saat berbuka, dia diajak sahabat Anshar lainnya untuk silaturrahim ke rumahnya. Setelah sampai di rumah sahabat itu, si tuan rumah bertanya kepada isterinya, apakah ada makanan untuk tamu. Isterinya menjawab, “Ada jika hanya untuk seorang saja”. Padahal dirinya, isteri, dan anak-anaknya juga puasa dan belum makan.
Akhirnya, ia berkata kepada isterinya, “Tidurkan anak-anak sebelum makan. Dan nanti sewaktu tamunya makan. Padamkan lampu, dan kita duduk seolah-olah kita makan bersama.”
Keesokan hari setelah shalat subuh bersama Nabi saw. Beliau saw memberitahu kepada sahabat tersebut, “Sungguh Allah sangat ridla atas perbuatanmu dan isterimu.” Lalu, beliau saw membacakan ayat,

“Dan mereka mengutamakan [orang-orang muhajirin], atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan, siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.”

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Anda harus segera menjadi seorang ahli derma.
2. Bertanggung-jawablah dengan tanggungan anda.
3. Anda harus memiliki perilaku ‘iffah (menjaga diri dari meminta-minta), niscaya Allah azza wa jalla akan menjaga anda.
4. Berperilakulah qana'ah (merasa cukup atas pemberian Allah), niscaya Allah azza wa jalla akan mencukupkan anda.
5. Figurkan Rasulullah saw dan kaum shiddiqin.

Oase Pencerahan
Kedermawanan adalah sebuah kemuliaan yang dianugerahkan-Nya kepada umat Islam. Sebagai umat Nabi Muhammad saw, hendaklah terus-menerus berusaha sekuat tenaga melakukan Pembelajaran Sifat dan Perubahan Perilaku. Dalam rangka CC 100% dengan perilaku pemurah. Sekalipun itu berat! Sebagai perwujudan mengimani firman-Nya,

       
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan [yang sempurna], sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” (Qs.Ali Imrân [3]: 92)

"Seseorang yang berperilaku derma, seperti orang yang menebang pohon. Pohon yang ditebang dalam waktu singkat akan mengeluarkan tunas-tunas baru," demikian Abuya Zainuddin bin Ali Basyah ketika mengomentari firman Allah tersebut di atas.
Syaikh Asfani Toha r.hu menasehatkan, "Orang bakhil tidak ada untungnya. Di mana pun senantiasa mendapatkan kerugian. Bahkan, orang berilmu tidak akan menjadi alim, selama ia masih bakhil. Ilmu yang dimiliki seorang yang pandai tidak pernah bermanfaat selama ia tetap bakhil."
"Orang bakhil itu seperti sumur yang tidak pernah diambil airnya. Baunya tidak enak. Mata airnya mengecil. Tempatnya kotor. Tidak pernah didatangi makhluk, kecuali setan dan jin; karena kesunyiannya," tutur al-Ustadz Ahmad Khozin. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar