Jumat, 17 September 2010

Dua Khazanah Umat Islam

عَنْ ثَوْبَانَ  قَالَ: قَالَ رَسُـــــوْلُ اللهِJ:
﴿ إِنَّ اللهَ زَوَى لِي اْلأَرْضَ فَرَأَيْـتُ مَــشَارِقَهَا وَمَـغَارِبَهَا، وَإِنَّ أُمَّـتِي سَـيَبْـلُغُ مُلْـكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْـهَا، وَأُعْـطِيتُ الْكَـنْزَيْنِ اْلأَحْـمَرَ وَاْلأَبْـيَضَ، وَإِنِّـي سَـأَلْتُ رَبِّـي ِلأُمَّـتِي أَنْ لاَ يُهْـلِكَهَا بِسَـنَةٍ عَامَّـةٍ، وَأَنْ لاَ يُسَـلِّطَ عَلَيْـهِمْ عَـدُوًّا مِنْ سِـوَى أَنْفُـسِهِمْ فَيَسْـتَبِيْـحَ بَيْـضَتَـهُمْ، وَإِنَّ رَبِّـي قَالَ: يَا مُحَـمَّدُ إِنِّـي إِذَا قَضَـيْتُ قَـضَاءً فَإِنَّهُ لاَ يُـرَدُّ، وَإِنِّـي أَعْـطَيْـتُكَ ِلأُمَّـتِكَ أَنْ لاَ أُهْلِـكَهُمْ بِسَـنَةٍ عَامَّـةٍ، وَأَنْ لاَ أُسَـلِّطَ عَلَيْـهِمْ عَـدُوًّا مِنْ سِـوَى أَنْفُسِـهِمْ يَسْـتَبِيْـحُ بَيْـضَتَـهُمْ وَلَوْاجْـتَمَعَ عَلَيْـهِمْ مَنْ بِأَقْـطَارِهَا حَـتَّى يَكُونَ بَعْـضُهُمْ يُهْـلِكُ بَعْـضًا وَيَسْـبِي بَعْضُـهُمْ بَعْضًا ﴾
Diriwayatkan dari sahabat Tsauban r.hu, dia berkata, “Rasulullah saw telah bersabda,

“Sesungguhnya Allah telah menampakkan sebagian bumi kepadaku. Sehingga aku bisa melihat Timur dan Barat-nya. Dan, sesungguhnya umatku akan sampai kekuasannya sesuai bumi yang telah diperlihatkan kepadaku. Dan, aku telah diberi dua perbendaharaan, yaitu: merah dan putih. Dan, sungguh aku berdoa kepada Rabb-ku untuk umatku, agar tidak dibinasakan dengan paceklik dalam setahun seluruhnya. Dan, agar mereka tidak dikuasai musuh di luar mereka hingga melucuti pelindung kepala mereka. Sesungguhnya Rabb-ku berfirman, ”Hai Muhammad, apabila Aku telah memutuskan sesuatu. Maka, sungguh tidak bisa ditolak. Sesungguhnya Aku telah memberi umatmu, yaitu: tidak akan menghancurkan umatmu --tidak akan kehabisan pangan dalam setahun, Aku tidak akan menjadikan umatmu dikuasai oleh musuh di luar mereka hingga melucuti pelindung kepala mereka, meskipun mereka diserang dari segala penjuru. Hingga, ada di sebagian mereka saling menghancurkan terhadap sebagian yang lain dan saling menawan sebagian mereka terhadap sebagian yang lain”

Kedudukan Hadis
Hadis shahih. Diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih-nya, Juz XIV, hal.68, hadis nomor 5144. Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya, Juz VIII, hal.86, hadis nomor 2102. Imam Ibnu Majah dalam Sunan-nya, Juz XI, hal.445, hadis nomor 3942. Imam Ahmad dalam Musnad-nya, Juz XXXIV, hal.479, hadis nomor 16492.
Imam Abu Musa r.hu berpendapat dalam Kitab-nya, Shahīh wa Dlaīf Sunan Tirmidzi, “Hadis ini hasan shahih.”

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ وَأُعْـطِيتُ الْكَـنْزَيْنِ اْلأَحْـمَرَ وَاْلأَبْـيَضَ ﴾
“Dan, aku telah diberi dua perbendaharaan, yaitu: merah dan putih”

Berdasarkan hadis shahih ini. Para pendiri bangsa (faunding fathers) yang beragama Islam. Dengan sikap tafa’ul (optimistik) menempatkan dua warna itu sebagai warna bendera. Sehari setelah diproklamirkan kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945 --lebih jelas baca buku alfaqir yang berjudul Membaca Perubahan Jaman.
Jadi, sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Para pendiri bangsa telah meletakkan dasar dan sendi kehidupan bernegara dan berbangsa dengan teologi Islam.
Sekaranglah saat yang tepat untuk mengungkap kebenaran sejarah itu, menurut versi kaum muslimin mukmin dan para ulama. Itulah sebabnya, kaum ulama harus mau “turun gunung” dan urun rembug. Sehingga umat Islam Indonesia menerima informasi sejarah dengan benar lagi lurus.

Pemahaman Hadis
(فَرَأَيْـتُ مَــشَارِقَهَا وَمَـغَارِبَهَا) fa-ra`aitu masyāriqahā wa maghāribahā. Artinya, lalu, aku dapat melihat melihat wilayah Timur dari bumi dan melihat wilayah Barat dari bumi.
Ini merupakan salah satu mukjizat yang didapatkan Rasulullah saw. Sehingga beliau saw melihat benar wilayah-wilayah yang nantinya umat Islam menyebar dan melakukan dakwah Islam. Jaminan tersebut dapat dilihat dari lanjutan sabda beliau dalam hadis di atas.
(وَإِنِّـي سَـأَلْتُ رَبِّـي ِلأُمَّـتِي أَنْ لاَ يُهْـلِكَهَا بِسَـنَةٍ عَامَّـةٍ) wa innī sa`altu rabbī li-ummatī an-lā yuhlika-hā bi-sanatin ‘āmatin. Artinya, dan, sungguh aku berdoa kepada Rabb-ku untuk umatku, agar tidak dibinasakan dengan paceklik dalam setahun seluruhnya.
Inilah perwujudan rasa kasih-sayang Rasulullah saw kepada umat beliau. Beliau jauh semuanya terjadi seperti sekarang ini, pernah memohon kepada-Nya, agar umat beliau tidak mengalami paceklik.
(وَأَنْ لاَ يُسَـلِّطَ عَلَيْـهِمْ عَـدُوًّا مِنْ سِـوَى أَنْفُـسِهِمْ فَيَسْـتَبِيْـحَ بَيْـضَتَـهُمْ) wa-an-lā yusalitha ‘alaihim ‘aduwwan min siwā anfusihim fa-yastabīha baidlatahum. Artinya, dan, agar mereka tidak dikuasai musuh di luar mereka hingga melucuti pelindung kepala mereka.
Ini juga permohonan Rasulullah saw kepada Allah swt. Di mana beliau sangat berharap doa-doa beliau terkabulkan.
(إِنِّـي إِذَا قَضَـيْتُ قَـضَاءً فَإِنَّهُ لاَ يُـرَدُّ) innī idzā qadlaitu qadlā`an fa-innahu lā yuraddu. Artinya, apabila Aku telah memutuskan sesuatu. Maka, sungguh tidak bisa ditolak.
Allah swt Mahakuasa dengan segenap ketetapan dan keputusan-Nya. Termasuk doa Rasulullah saw tidak mampu merubah keputusan yang telah menjadi ketetapan-Nya. Namun tidak ada ruginya seorang hamba berdoa kepad-Nya. Sebab, doa tersebut merupakan bagian dari ibadah kepada-Nya. Tetap mendapatkan pahala di sisi-Nya.
(وَإِنِّـي أَعْـطَيْـتُكَ ِلأُمَّـتِكَ أَنْ لاَ أُهْلِـكَهُمْ بِسَـنَةٍ عَامَّـةٍ) wa innī a’thaituka li-ummatika an-lā uhlika-hum bi-sanatin ‘āmatin. Artinya, sesungguhnya Aku telah memberi umatmu, yaitu: tidak akan menghancurkan umatmu --tidak akan paceklik dalam setahun.
Inilah jaminan dari Allah azza wa jalla kepada segenap umat Rasulullah saw. Tidak akan mengalami kehancuran yang disebabkan paceklik. Sebab, umat Rasulullah saw tidak akan pernah dilanda paceklik. Siapakah umat Rasulullah saw. Yaitu, orang-orang yang CC dengan sunnah-sunnah beliau dan sami’nā wa atha’nā dengan beliau.
(وَأَنْ لاَ أُسَـلِّطَ عَلَيْـهِمْ عَـدُوًّا) wa an-lā usallitha ‘alaihim ‘aduwwān. Artinya, Aku tidak akan menjadikan umatmu dikuasai oleh musuh.
Umat Rasulullah saw mendapatkan jaminan dari Allah swt. Bahwa, mereka tidak akan pernah dikalahkan dan dikuasi oleh musuh. Sebab, telah mendapatkan jaminan keamanan dari Allah swt.
(حَـتَّى يَكُونَ بَعْـضُهُمْ يُهْـلِكُ بَعْـضًا) hatta yakūna ba’dla-hum yuhlika ba’dlān. Artinya, hingga, ada sebagian mereka saling menghancurkan sebagian yang lain.
Jaminan Allah swt di atas. Yaitu, yang berupa umat Rasulullah saw tidak akan mengalami paceklik, tidak dijajah, dan tidak mengalami kekalahan atas para musuhnya. Menjadi tercerabut alias hilang. Apabila umat Rasulullah saw telah melakukan tindakan, ”Saling menghancurkan di antara sesama kaum muslimin mukmin.”
Terbukti. Ambil contoh kasus bangsa Indonesia. Kegagalan dan krisis yang terjadi, lebih disebabkan telah terjadinya ”perang saudara” sesama muslim mukmin di negeri ini. Mau mengakui atau tidak. Inilah kenyataannya!
(وَيَسْـبِي بَعْضُـهُمْ بَعْضًا) wa yasbī ba’dlu-hum ba’dlān. Artinya, dan saling menawan sebagian mereka terhadap sebagian yang lain.
Jaminan Allah swt di atas. Yaitu, yang berupa umat Rasulullah saw tidak akan mengalami paceklik, tidak dijajah, dan tidak mengalami kekalahan atas para musuhnya. Menjadi tercerabut alias hilang. Apabila umat Rasulullah saw telah melakukan tindakan, ”Saling menawan di antara mereka.”
Ini biasa terjadi, di mana para penguasa sering menawan para ulama yang memberikan nasehat kepadanya. Bahkan, cenderung mencari-cari pembenaran sehingga ulama yang menjadi sasaran tersebut dapat segera dijebloskan ke dalam penjara. Apabila sang penguasa beranggapan si ulama itu benar-benar membahayakan. Dia menjatuhi hukuman mati dengan dalih yang dicari kebenarannya. Inilah fakta sejarah. Mulai dinasti abasiah sampai rezim soehartowiah --untuk konteks Indonesia.
Cukuplah sampai di sini kesalahan yang harus dilakukan sang penguasa. Janganlah sang penguasa sampai memusuhi para ulama yang benar-benar memperjuangkan agama Allah tanpa pamrih. Pasti akan mengalami krisis dan kehancuran bangsa tersebut.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Sekaranglah saat yang tepat CC dengan hidup: Bersih; Benar; dan Tidak Menyakiti Orang Lain. Semua ini merupakan usaha untuk menjadikan “merah-putih” menjadi icon kebangsaan, kenegaraan, dan kemasyarakatan. Dan, kaum muslimin harus menjadi pelopornya. Bangga dengan “merah-putih”. Sebagai perwujudan kebanggaan sebagai seorang muslim mukmin Indonesia.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Banggalah sebagai muslim mukmin Indonesia.
2. Segera kuatkan tali Persaudaran Islam Indonesia, khususnya, dan umat Islam se-denuia pada umumnya.
3. Hindarkan dengan segala upaya, apa-apa yang dapat mencerai-beraikan Persaudaraan Islam.
4. Pemerintah harus melindungi dan menjamin para ulama, yang benar-benar memberikan nasehat dan menyuarakan kebenaran.

Oase Pencerahan
Para pendiri bangsa ini, benar-benar memahami agamanya. Terbukti, mereka sebisa mungkin memasukkan nilai-nilai dakwah Islam ke dalam sistem kenegaraan. Sehingga warna merah dan putih dapat menjadi icon pemersatu bangsa. Dengan demikian, para eksponen 1945 dan komponen bangsa yang lain –waktu itu-- dapat menerima warna bendera tersebut.
Bisa dibayangkan, jika masa itu, para pejuang yang beragama lain tidak menyetujui warna merah-putih. Pastilah warna bendera bangsa Indonesia tidak merah dan putih. Tapi itulah, disamping memang mendapat pertolongan Allah swt, para pendiri bangsa memang memiliki Intelejensi Interpersonal yang handal dan Intelejensi Intrapersonal yang bagus. Sehingga mereka yang di luar beragama Islam dapat menerima ide dan gagasan dakwah, yang dilakukan para pendiri bangsa yang mayoritas beragama Islam tersebut. Inilah yang disebut hight political will. Tidak seperti kaum politisi di era sekarang yang kemampuannya sekadar pes te pes. Sebab, belum teruji ke-politisi-an mereka.
Sayang lambat-laun, kaum muslimin Indonesia, sudah tidak lagi commitment and consistent (CC) dengan dakwah Islam. Bahkan, kebanyakan dari –konon-- yang disebut kaum cerdik-pandai hanya mampu melakukan bongkar-pasang atas nilai-nilai dakwah Islam. Akibatnya, roda dakwah di kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat mengalami dekaden dan cenderung tumpang-tindih. Sehingga bangsa Indonesia secara khusus mendapatkan “Pembelajaran Sifat” dari Allah azza wa jalla.
Sayang, generasi penerus bangsa ini, otak dan syarafnya telah teracuni oleh virus kapitalisme sosial dan materialisme global. Yang berlindung dibalik korporatokrasi dunia. Yang perpanjangan tangannya melalui para “makelar kekuasaan” dan “calo hawa nafsu” di jaman orde baru.
Ternyata bangsa Indonesia dikhianati oleh orang-orang Indonesia sendiri, yang memiliki “hobi” berkuasa. Dengan jalan “menjual” bangsa kita kepada “orang lain”, yang sudah barangtentu menguntungkan mereka.
Yang dapat dilihat akhir-akhir ini, khazanah “merah-putih” terkalahkan dengan bendera-bendara tahunan. Yang mewakili kepentingan hawa nafsu mereka. Yakni, para tokoh yang berada di balik bendera tersebut 

J 



Pemahaman Hadis

1. Wa inni a’thaituka liummatika (وَإِنِّي أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ)
Artinya Allah telah memberikan keputusan dan ketepan memberikan anugerah kepada Rasulullah saw dan umatnya.

2.An la Uhkahum bisanatin ’ammatin
(أَنْ لَا أُهْلِكَهُمْ بِسَنَةٍ عَامَّةٍ)
Anugerah itu berupa, tidak akan dibinasakan dengan paceklik setahun penuh. Artinya pangan dalam waktu setahun tercukupi.

3. Waan la usallitha ’alaihim ’aduwwan min siwa anfusisim (وَأَنْ لَا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ)
Artinya, Allah tidak akan menguasakan kepada umat Nabi Muhammad saw kepada musuh di luar mereka, maksudnya dikuasai non-muslim.
4. Yastasbihu baidlatahum (يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَهُمْ)
Maksudnya, yang dari penguasaan mereka itu menjadikan mereka kehilangan atau dilucuti penutup kepala mereka. Penutup kepala adalah simbol kemuliaan. Siapa saja yang dilucuti penutup kepala mereka, maka hilanglah kemulian mereka.
5. Walau ijtma’a ’alaihim min aqthariha
(وَلَوْ اجْتَمَعَ عَلَيْهِمْ مَنْ بِأَقْطَارِهَا)
Walaupun para non-muslim itu berkumpul semuanya serta menyerang dari segala penjuru, namun semua itu tidak akan bisa menguasai umat Nabi Muhammad saw. Namun, ada dua syarat agar jaminan itu bisa tercapai, seperti yang disampaikan oleh Rasulullah saw dalam lanjutan hadis ini.
6. Hatta yakunu ba’dluhum yuhliku ba’dlan
(حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا)
Adapun syarat yang pertama agar mendapat anugerah Allah swt di atas, yaitu umat Muhammad saw tidak boleh saling menghancurkan. Apabila mereka saling menghancurkan, umat Muhammad saw tidak termasuk dalam jaminan pangan dan keamanan itu.
7. Wayasbi ba’dluhum ba’dlan.(وَيَسْبِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا)
Adapun syarat yang kedua agar umat Islam mendapat jaminan pangan dan keamanan dari Allah swt, adalah tidak boleh saling menawan. Artinya sesama muslim tidak boleh menahan atau menawan saudara yang tanpa kesalahan yang jelas.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Di Jepang, menggunakan vatsin, MSG, atau micin sangat di larang dalam makanan mereka. Namun Anda tahu sendiri mereka membangun pabrik vatsin besar-besaran di Indonesia. Pada sisi lain, mereka investasikan dana mereka untuk membangun rumah sakit-rumah sakit.
Pada saat yang sama, lidah umat Islam Indonesia sudah terbiasa dengan lezatnya masakan dengan vatsin, padahal zat itu akan merusak kekebalan sel-sel dalam tubuh sehingga menjadikan orang mudah terkena penyakit yang bermacam, tergantung organ mana yang paling lemah.
Penjajahan model lain ini telah memaksa mayoritas umat Islam Indonesia menanggalkan kopyah mereka dengan tergulai lemas di rumah sakit. Biayanya tidak murah. Dan masuk ke mana dana terbesar dari biaya. Tentu saja ke investor rumah sakit. Hilanglah sudah haibah umat Islam Indonesia.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)

1.Banggalah sebagai umat Islam Indonesia
2.Kuatkan tali persaudaraan sesama muslim
3.Hindari pekataan dan perbuatan yang menjadikan kehancuran saudara muslim lain.
4.Hentikan intrik untuk menawan atau menahan saudara muslim lain yang tidak bersalah.
5.Jagalah kesehatan dengan makanan sederhana tanpa vatsin. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar