Jumat, 17 September 2010

Teologi Lingkungan

وَعَنْ مُعَاذ بنْ أَنَــسٍ  عَنْ رَسُوْلِ الله J أَنَّهُ قَالَ:

﴿ مَنْ بَـنَى بُنْـيَانًا فِي غَـيْرِ ظُـلْمٍ وَلاَ اعْتِدَاءٍ أَوْ غَرَسَ غَرْسًا فِي غَـيْرِ ظُـلْمٍ وَلاَ اعْـتِدَاءٍ كَانَ لَهُ أَجْـرًا جَارِيًا مَاانْتَـفَعَ بِهِ أَحَـدٌ مِنْ خَلْقِ اللهِ تَبَارَكَ وَتَـعَالَى ﴾
Dari Muad bin Anas r.hu berkata, "Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda,

"Barangsiapa yang membangun sebuah bangunan dan menanam sebuah tanaman tanpa mendlalimi dan melanggar hak orang lain maka itu merupakan pahala yang terus mengalir baginya, selama ada makhluk Allah yang memanfaatkannya" (Hr.Ahmad. Hadis Hasan. Kitab Matjarur Rabih, no.636).

Kedudukan Hadis
Dalam Maktabah Syamilah diterangkan, dalam redaksi lain menurut Imam Thahawi dalm Musykilul Asar lith-Thahawi, bab Man Bana Bunyanan fi Ghairi Dlulmin, Juz II, hal.447, hadis nomor 801; Imam Baihaqi, Juz XXII, hal.185, hadis nomor 10365; Imam Thabrani, Juz XV, hal.116, hadis nomor 16815, dan Juz XV, hal.115, hadis nomor 16814; al-Musnadul Jami’, bab 8, Juz XXXV, hal.241, hadis nomor 11449; dan Kanzul Umal, Juz III, hal.896, hadis nomor 9076.
Kedudukan hadis ini hasan. Yaitu, hadis yang sanadnya bersambung dengan perawi yang adil. Dicirikan hafalannya kurang sedikit dibanding dengan perawi-perawi hadis shahih. Dan tidak bertentangan dengan perawi-perawi yang dapat dipercaya, dan tidak memiliki cacat yang membuat hadis tersebut tidak diterima.
Hukum hadis yang berkedudukan sebagai hadis hasan adalah seperti hadis shahih, dapat dijadikan sebagai pedoman dan dijalankan. Namun bila antara hadis shahih dan hadis hasan bertentangan. Hadis yang didahulukan atau dibuat pedoman adalah hadis shahih; wa-llāhu a’lam.

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ أَوْ غَرَسَ غَرْسًا فِي غَـيْرِ ظُـلْمٍ وَلاَ اعْـتِدَاءٍ كَانَ لَهُ أَجْـرًا جَارِيًا ﴾
“Dan menanam sebuah tanaman tanpa mendlalimi dan melanggar hak orang lain, maka itu merupakan pahala yang terus mengalir baginya”

Inilah sebuah jaminan bagi umat Rasulullah saw. Seorang muslim yang melakukan kebaikan ia kelak akan mendapatkan pahala dan surga di sisi Allah swt. Sebaliknya, jika seorang muslim melakukan tindakan yang dapat memancing murka Allah atau berani terus terang menentang Allah (berbuat maksiat), ia tidak akan lepas dari adzab dan neraka-Nya. Sebagaimana firman Allah swt,

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat [balasan]-nya7 Dan, barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat [balasan]-nya pula8” (Qs.az-Zalzalah [99]: 7-8).

Seorang muslim untuk mencari "pahala (ganjaran)" dalam setiap langkah di keseharian hidupnya sangatlah mudah. Gerakan, ucapan, penglihatan, pendengaran, dan tubuh seorang muslim mukmin dapat menjadi serana untuk mendapatkan pahala, ampunan, dan rahmat di sisi-Nya.
Bahkan, berdasarkan hadis di atas, hanya menanam sebatang pohon. Seorang muslim mukmin dapat mendapatkan amal yang terus mengalir di sisi Allah azza wa jalla.
Maka, sudah seharusnya, seorang muslim mukmin mulai sedini mungkin harus memiliki hobi menanam pohon. Inilah dasar telogi lingkungan yang harus menjadi habits baru dalam hidup sehari-hari seorang muslim mukmin.
Generasi muda muslim, bahkan mulai usia dini harus dikenalkan teologi lingkungan ini. Sehingga pada usia remaja dan dewasa nantinya mereka benar-benar mempunyai hobi bercocok tanam (atau menanam tanaman) di lingkungan sekitarnya.
Seorang muslim mukmin adalah seseorang yang gemar menanam tanaman. Bukan seseorang yang suka merusak tanaman. Maka, diragukan kemusliman seseorang apabila dia memalak hutan dan merusak lingkungan. Sebab, seorang muslim commitment and consistent (CC) 100% dengan kelestarian lingkungan hidup.

Pemahaman Hadis
( بـنى بنـيانا) banā bunyānān. Artinya, membangun sebuah bangunan. Seorang muslim mukmin apabila membangun suatu bangunan. Dan, dia tidak mendlalimi orang lain, serta bangunan itu bermanfaat buat diri atau orang lain. Dinilai sebagai sedekah jariah. Yaitu, sedekah yang pahalanya terus mengalir di sisi Allah azza wa jalla, hingga bangunan itu rusak atau tidak berfungsi.
Itulah sebabnya, hati-hatilah dalam membangun sebuah bangunan. Jangan sampai mubadzir! Jika memang nantinya tidak dimanfaatkan apabila telah menjadi bangunan. Lebih baik, dananya diinvestasikan untuk keperluan yang lain.
( غرس غرسا) gharasa gharsān. Artinya, menanam sebatang pohon. Dinul Islam memberikan jaminan, apabila seorang muslim mukmin menanam sebatang pohon, semata mencari ridla Allah swt. Dan, tanaman itu tidak menjadikan madlarat buat orang lain. Maka, tanaman itu bernilai sedekah yang pahalanya terus mengalir bagi yang menanamnya.
Wahai saudara muslim mukmin, berlombalah untuk gemar menanam tanaman, tumbuh-tumbuhan, dan pepohonan yang bermanfaat buat makhluk lain. Anda akan terus mendapatkan pahala yang mengalir di sisi Alah swt.
Mulai saat ini tinggalkan kebiasaan buruk Anda yang suka mencabut, memotong, dan merusak tanaman. Mari terus saling tolong-menolong dalam melestarikan lingkungan hidup.
( أجـرا جاريا) ajrān jāriyān. Artinya, pahala yang mengalir. Bangunan dan tanaman yang bermanfaat buat orang lain, bernilai sedekah yang pahalanya terus mengalir. Membangun bangunan yang bermanfaat, dan menanam tanaman yang bermanfaat adalah sebuah kemakrufan. Sebaliknya, membangun bangunan dan menanam tanaman yang dapat merusak umat manusia atau makhluk lain. Sungguh telah menjadi kemafsadatan yang keburukannya juga terus mengalir kepada seseorang yang melakukan.
Suatu misal, seseorang yang membangunan masjid, semata karena Allah swt. Dia akan mendapatkan pahala jariah, selagi masjid itu berfungsi sebagaimana mestinya. Hal itu juga berlaku sama, apabila seseorang itu membangun rumah bordil. Dia akan mendapatkan keburukan dari rumah itu selagi rumah itu terus digunakan untuk praktek perzinahan dengan segala pendahuluannya; wa-llāhu a’lam.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Allah azza wa jalla telah menyitir dalam al-qur`an. Bahwa, kerusakan di darat dan di lautan, kesemuanya karena sebab kerakusan dan sikap tamak umat manusia. Yang selalu menuruti hawa nafsu. Illegal loging contohnya. Dikarenakan, keserakahan segelintir orang dari anak bangsa yang menghalalkan segala cara. Demi untuk mendapatkan kenikmatan sesaat. Orang-orang seperti itu hanya menuruti akal sehatnya yang didukung oleh hawa nafsu.
Sekaranglah saatnya, masyarakat bangsa ini harus berani kampanye untuk kelestarian lingkungan hidup. Yang setiap tahunnya terus mengalami kerusakan. Belajarlah dengan sejarah masa lalu. Bagaimana kehancuran suatu peradaban selalu dimulai dari kehancuran tata lingkungan terlebih dahulu. Mengapa terjadi, disebabkan lemahnya rasa bertauhid di dalam akal budi mereka.
Masyarakat harus berani memilih pemimpin yang benar-benar mengabdi buat lingkungan hidup. Pilihlah wakil rakyat yang berani memperjuangkan kelestarian lingkungan hidup. Carilah menantu yang memiliki hobi menanam tumbuh-tumbuhan. Dan, negara harus memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada warga masyarakat yang telah melakukan perusakan lingkungan. Sama pentingnya antara pemberantasan korupsi dengan melestarikan lingkungan hidup!

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Mendirikan bangunan yang bermanfaat, khususnya buat dinul Islam --namun demikian tetap tidak boleh mendlalimi orang lain dengan bangunan tersebut.
2. Jadikan keluarga Anda memiliki habits menjaga kelestarian lingkungan hidup.
3. Tanamkan dalam lingkungan keluarga Anda untuk gemar menanam.
4. CC 100% dengan teologi lingkungan.
5. Jadilah hamba Allah yang bermanfaat.

Oase Pencerahan
Hadis dalam bahasan di atas merupakan salah satu dasar dari banyak dalil di dalam ajaran Islam. Bahwa, dinul Islam benar-benar agama yang mendorong terimplementasikan teologi lingkungan dalam kehidupan sehar-hari seorang muslim.
Seorang muslim mukmin bukanlah seorang yang suka merusak lingkungan hidup, sekalipun itu lingkungan yang berada di seputar tempat tinggalnya. Seorang muslim mukmin adalah seorang yang CC 100% dengan firman-Nya,

“Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu [kebahagiaan] negeri akhirat. Janganlah kamu melupakan bahagianmu dari [kenikmatan] duniawi. Berbuat baiklah [kepada orang lain] sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu. Janganlah kamu berbuat kerusakan di [muka] bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Qs.al-Qashash [28]: 77).

Apabila segenap kaum muslimin mukmin di negeri ini, mulai eksekutif-nya, legeslatif-nya, dan yudikatif-nya CC dengan ayat di atas. Bangsa Indonesia tidak akan pernah mengalami multi krisis seperti sekarang ini.
Tiga lembaga negara tersebut, para oknum yang mengemban amanah di dalamnya, harus benar-benar menjadi teladan buat masyarakat. Jangan sebaliknya malah memberikan contoh yang tidak baik. Seperti selama ini yang telah banyak dilakukan oleh banyak oknum dari tiga lembaga tinggi negara tersebut. Akibtanya, masyarakat pun menjadi latah dan ikut-ikutan menikmati kesalahan dan mengamini kesalahan. Inilah yang dikatakan kesalahan yang struktural. Yang membawa dampak pada terjadinya kuturalisme yang rendah pada kehidupan keseharian bangsa Indonesia.
Padahal jika aparatur negara CC dengan Pancasila, UUD 1945, dan GBHN, serta tata aturan yang dibuat dan ditetapkan secara seksama itu. Bangsa Indonesia alam lingkungannya tidak akan pernah rusak seperti sekarang ini.
Jika Anda muslim jaga lingkungan hidup di sekitar tempat tinggal Anda. Jika Anda mukmin berjuanglah untuk melestarikan lingkungan hidup. Sebab, hal itu bagian dari implementasi dari nilai-nilai tauhid Anda. Inilah yang membedakan Anda dengan orang-orang kafir dan orang-orang munafik; wa-llāhu a’lam 

J 



Oase Pencerahan
Agama islam adalah agama yang menjadikan seseorang akan bertambah jadi baik jika tidak maka manusianya yang salah dalam memahami agama tersebut. Karena dalam agama manusia akan diatur bagaiman cara untuk berinteraksi dengan Allah, manusia dan lingkungan sekitar. Allah menciptakan sesuatu dengan tujuan tertentu dan itu merupakan hak teologi-Nya.
Allah memberikan anugerah yang berupa keimanan, keislaman dan keihsanan jika kita dapat menjalankannya dengan baik akan menjadikan semakin bersyukur kepada Allah swt. Ketika seseorang merenungi dan berpikir bahwa sesuatu yang ada disekitar kita merupakan anugerah-Nya mulai dari semua makanan yang kita nikmati, udara yang kita hirup, keindahan dan kehijauan disekitar kita. Bersyukur tidak mesti selalu ditunjukkan dengan kata-kata. Yang justru harus dilakukan adalah menggunakan setiap anugerah di jalan yang disukai Allah dan diridlai-Nya.
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Qs.an-Nahl: 18).
Tanah hijau di indonesia ini yang telah dianugerahkan Allah harus kita jaga dan dilestarikan. Tanamilah halaman, kebun dan tanah disekitar rumah kita. Karena penghijauan atau tanaman merupakan bagian dari “nyawa” dalam kehidupan kita juga bagian terpenting dalam dunia.
Namun karena keangkuhan dan kesombongan manusia, alam berbalik menjadi musuh yang menakutkan. Ketika hutan digunduli, sampah dibuang sembarangan, perburuan hewan yang kelewat batas. Menjadikan tata ekosistem menjadi kacau. Akibatnya banjir, pencemaran air dan udara. Inilah kerugian yang nyata, akibat lalai atas firman-Nya;
“………….dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Qs.al-Qashash: 77).
Oleh karena itu, maka kembalilah kepada Allah (fafirru ilallah) dialah yang memiliki kehendak dan memiliki rencana yang terbaik. Sebagai manusia yang berakal dan sebagai khalifah di muka bumi ini harus dapat memberikan rasa aman dan kesejahteraan kepada makhluk yang lainnya. Sehingga dapat memberikan kemaslahatan kepada makhluk lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar