Jumat, 17 September 2010

Mengapresiasi Perdebatan

عن أبـي أمامةَ  قال: قال رسولُ الله j:

﴿ مَـنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُبْـطِلٌ بُـنِيَ لَهُ بيْـتٌ فِـى رِبَـضِ الْجَـنَّةِ، وَمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُـحِقٌّ بُـنِيَ لَهُ بَيْـتٌ فِـى وَسَـطِهَا، وَمَنْ حَـسُنَ خُلُـقُهُ بُـنِيَ لَهُ بَيْـتٌ فِـى أَعْـلاَهَا1
ذَرُواْ الْمِرَاءَ فَأَنَا زَعِـيْمٌ بِثَلاَثَةِ أَبْـيَاتٍ فِـى الْجَـنَّةِ فِـى رِبَضِهَا وَوَسَطِهَا وَأَعْلاَهَا، لِمَنْ تَرَكَ الْمَرَاءَ وَهُوَ صَادِقٌ، ذَرُوْا الْمَرَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ مَا نَهَانِي عَنْهُ رَبِّـي بَعْدَ عِبَادَةِ اْلأَوْثَانِ الْمِرَاءَ2 ﴾
Dari sahabat Abu Umamah r.hu berkata, "Bersabda Rasulullah saw,

"Orang yang meninggalkan perdebatan karena dia salah. Maka, dibangunkan istana baginya di pinggiran surga. Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Maka, dibangunkan istana baginya di tengah-tengah surga. Orang yang baik akhlaknya. Maka, dibangunkan istana baginya di bagian atas surga1"
"Tinggalakn dan hindari perselisihan! Aku adalah penjamin tiga istana di surga: di pinggir, di tengah, dan di bagian atas bagi orang yang meninggalkan perdebatan; meskipun dia benar. Tinggalkanlah perdebatan! Karena larangan Rabb-ku yang pertama setelah menyembah berhala adalah perdebatan2" (Takhrij al-Imam al-Hafidz Syarafuddin Abdulmu`min bin Khalaf ad-Dimyathi r.hu, Kitâb Majjarur Rabih fi Tsawabil 'Amalish Shalih, hal.22, hadis nomor 341 dan hadis nomor 352).

Kedudukan Hadis
Hadis ini dikeluarkan (takhrij) oleh Imam Abu Dawud r.hu dalam al-Adab, hal.7. Oleh Imam Tirmidzi r.hu dalam al-Birr, hal.58. Oleh Imam Ibnu Majah r.hu dalam al-Muqaddimah, hal.7. Derajat hadis ini adalah hasan shahih.
Untuk hadis yang kedua, diriwayatkan oleh Imam Thabrani r.hu dalam al-Kabir dengan sanad dari sahabat Abu Darda` r.hu dan sahabat Abu Umamah r.hu, juga sahabat Watsilah bin Asfa' r.hu. Menurut Katsir bin Marwan hadis ini dlaif jiddan. Demikian al-Haitsami r.hu menukil dalam al-Majma', Juz I, hal.157.
Mengapa al-Imam al-Hafidz Ibnu Dimyathi r.hu memasukkan hadis dlaif dalam Kitab-nya (Majjarur Rabih). Alfaqir ber-husnudlan makna hadis ini relevan dengan makna hadis yang pertama. Artinya, dari segi isi saling menguatkan. Maka, apabila sanad, matan, dan rawinya saling menguatkan maka derajat hadis dapat berubah.

Kunci Kata (Miftâhul Kalâm)
﴿ مَـنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ ﴾
“Orang yang meninggalkan perdebatan”

Prinsipnya seorang muslim mukmin meninggalkan perdebatan, adalah baik. Karenanya, jaminannya sangat jelas. Yaitu, surga. Bahkan, kedudukannya disamakan dengan seorang muslim mukmin yang berakhlak bagus.
Sebagian besar perdebatan muncul karena terdapatnya rasa hasud, iri, dengki, pamer, dan kepingin populer. Ini sangat dilarang! Seorang muslim yang suka menyalah-nyalahkan orang lain, karena dorongan sakit hatinya. Atau, suka mencari kesalahan orang lain, disebabkan jiwanya sakit. Secara psikis dia perlu diterapi oleh seorang psikiater. Besar kemungkinan orang tersebut mengalami gangguan kejiwaan yang akut. Lihat saja sikap mental dan perilakunya. Terkadang sangat-sangat memalukan!
Sangat berbeda, apabila perdebatan itu muncul karena terdapatnya semangat ilmiah. Semata mencari kebenaran yang mendorong lahirnya rasa semakin takut dengan-Nya. Ini dibolehkan! Yang ada semangat Persaudaraan Islam, semangat kebersamaan, dan semangat mencari kebenaran. Untuk kemudian CC 100% dengan kebenaran yang telah ditemukan bersama-sama tersebut.
Itulah sebabnya, cukup relevan jika ada seseorang yang bangga dengan pendapatnya atau bangga dengan pendapat kelompoknya; sebagai seorang yang bodoh, atau seorang yang berpenyakit jiwa. Dikarenakan, dia lupa bahwa yang memahami dan mengerti betul akan kebenaran hanya Allah azza wa jalla. Sebab, Allah-lah yang Mahaberilmu. Sementara, ilmu manusia hanyalah karunia-Nya.
Maka, patut dikasihani, apabila ada seseorang –siapa pun dia-- yang dengan lantang menyuarakan aspirasi dirinya (atau kelompoknya), serta-merta menganggap orang lain (atau kelompok lain salah lagi sesat) sebagai seorang yang harus ditinggalkan. Sebab, dia perlu mendapatkan perawatan dan perhatian khusus.
Dia mengalami penyakit jiwa namun tidak mampu merasakannya. Dikarenakan, sangat sombongnya; na'udzu billah.

Pemahaman Hadis
1. (ربـض الجَـنَّةِ) Ribadlil Jannah.
Ribadlun berarti pinggiran, atau teras. Ia diartikan teras surga atau pinggiran surga. Ia merupakan reward buat seorang muslim yang meninggalkan perdebatan yang menyelisihi dengan kebenaran. Ia dibangunkan istana di pinggiran surga atau teras surga.
2. (وهو مـحق) Wa huwa muhiqqun.
Seorang yang berdebat dalam posisi benar. Lalu, dia meninggalkan, dia mendapat reward dari Allah azza wa jalla berupa bangunan istana yang berada di tengah-tengah surga.
3. (حـسن خلـقه) Hasuna khuluquhu.
Kepemilikan atas budi pekerti yang bagus. Seorang hamba yang memiliki budi pekerti bagus, ia mendapatkan reward dari Allah swt; berupa bangunan istana di atas surga. Termasuk akhlak bagus, yakni meninggalkan perdebatan, baik salah maupun benar.
4. (أعـلاها) A'lâhâ.
Bermakna, puncak surga. Tempat yang paling atas, yang ada di surga.
5. (بيـت) Baitun.
Ia diartikan istana. Bangunan yang berada di surga, semuanya menyerupai istana. Memang sulit digambarkan. Karena kemewahan surga. Bangunan yang ada pun digambarkan sebagai sebuah istana; wa-llâhu a'lam. Sekalipun diterjemahkan dengan rumah juga tidak berpengaruh apa-apa. Sebab, surga telah mewakili puncak kenikmatan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kesuksesaan seorang hamba.

Oase Pencerahan
Apa pun bentuknya, kita sekuat tenaga harus menghindarkan perdebatan. Yang ujung-ujungnya melahirkan rasa saling mengejek, menghina, dan menertawakan. Tidakkah, ini kebiasaan orang-orang kafir. Tidak selayaknya, orang beriman mengikuti cara-cara keji orang kafir. Seperti diketahui, kebiasaan orang kafir adalah mendebat kebenaran Allah dan rasul-Nya. Lalu, diikuti dengan mengejek dan menghina Rasulullah saw. Sebagaimana dinyatakan-Nya,
       •          •               
Sesungguhnya, ada segolongan dari para hamba Ku berdoa [di dunia], "Wahai Rabb kami, kami telah beriman. Maka, ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Dan, Engkau adalah pemberi rahmat yang paling baik109 Lalu, kalian menjadikan mereka buah ejekan. Sehingga [kesibukan] kalian mengejek mereka, menjadikan kalian lupa mengingat Aku. Dan, adalah kalian selalu mentertawakan mereka110 Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka. Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang111" (Qs.al-Mu`minûn [23]: 109-111).

Tinggalkan kebiasaan menuding orang lain. Apalagi yang dituding itu sesama muslim. Apabila mereka dianggap salah ya diberi nasehat, pengertian, arahan, dan hadiah. Sehingga mereka mau mencerna setiap kebenaran yang muncul dari al-qur`an, al-mizan, dan al-'ilmud diniah.
Dari kebiasaan saling tuding-menuding itulah. Akhirnya, muncul perdebatan yang tidak berujung pangkal. Siapa yang rugi umat Islam secara keseluruhan.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Agama tauhid, adalah agama yang satu. Yaitu, semua berasal dari Allah azza wa jalla. Karena kepentingan hawa nafsu di antara para tokoh mereka. Akhirnya, agama tauhid itu berpecah-belah. Bahkan, tidak jarang saling berhadap-hadapan dengan memposisikan masing-masing sebagai lawan yang harus dilenyapkan. Sebagaimana difirmankan-Nya,
•  • •    •            
"Sesungguhnya [agama tauhid] ini, adalah agama kalian semua. Agama yang satu. Dan, Aku adalah Rabb kalian. Maka, bertakwalah kepada Ku52 Kemudian, mereka [pengikut-pengikut rasul itu] menjadikan agama mereka terpecah-belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka [masing-masing]53" (Qs.al-Mu`minun [23]: 52-53).

Pecah-belah di kalangan pengikut agama tauhid. Lebih disebabkan mereka memilih mengikuti hawa nafsu, tidak mengikuti wahyu. Akibatnya, mereka memilih jalan debat untuk menentukan kebenaran dari masing-masing mereka. Lalu, muncullah kelompok demi kelompok. Ingat, lahirnya komunitas sosial-relijius, seperti: Khawarij; Syi'ah; dan Murji'ah. Yang kemudian hingga hari ini perpecahan itu terus berlanjut. Tidak berhenti di situ. Di antara mereka yang berpecah-belah itu terus melakukan teror, pertumpahan darah, adu domba, dan merasa paling benar. Tepatlah firman-Nya,
   
"Sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain" (Qs.Thaha [20]: 123).

Allah swt juga berfirman,
        
"Allah akan mengadili di antara kalian pada Hari Kiamat tentang apa yang kalian dahulu selalu berselisih padanya" (Qs.al-Hajj [22]: 69).

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Tinggalkan perdebatan! Sekalipun anda dalam posisi yang benar.
2. Rajut kembali tali Persaudaraan Islam, sekemampuan anda.
3. Ikuti pendapat yang cocok lagi selaras dengan al-qur`an, al-mizan, dan al-'ilmud diniah. Jika itu hasil ijtihad, gunakanlah yang paling dekat dengan sunnah nabawiah.
4. Tinggalkan kebiasaan menuding orang lain, menyalahkan orang lain, dan mengatakan orang lain sebagai kelompok sesat sebelum disepakati oleh ijma' ulama dan ijma' kaum muslimin.
5. Diamlah. Sebab, diam merupakan bagian dari sunnah yang dianjurkan. Dengan diam perdebatan tidak akan pernah terjadi; insya Allah. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar