Jumat, 17 September 2010

Salahkah Kreatif & Inovatif?

Telah bersabda Rasulullah saw,

“Barangsiapa yang di dalam Islam merintis jalan kebaikan, ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengerjakannya sesudah dia, tanpa dikurangi sedikit pun. Dan, barangsiapa yang di dalam Islam merintis jalan keburukan, ia memikul dosanya dan dosa orang yang mengerjakannya sesudah dia, tanpa dikurangi sedikit pun” (Hr.Hr.Muslim; dari sahabat Jabir bin Abdullah. Lihat pula al-Bayânusy Syâfî fî Mafâhimil Khilâfiah, HMH.al-Hamid al-Husaini, th.2008).

Kunci Kata
﴿ مَنْ سَنَّ فِى اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً ﴾
“Barangsiapa yang di dalam Islam merintis jalan kebaikan”

Inilah dalil yang mendukung, sekaligus memberikan Kecerdasan Motivasi (motivation quotient), agar komunitas muslim memiliki daya kreatifitas dan daya inovasi di keseharian hidupnya. Hal ini juga dikuatkan oleh firman-Nya,
          
"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kalian, sujudlah kalian, sembahlah Rabb kalian, dan perbuatlah kebaikan, supaya kalian mendapatkan kemenangan" (Qs.al-Hajj [22]: 77).

Daya kreatifitas dan daya inovasi yang dikehendaki oleh al-qur`an, adalah yang baik (al-khair). Diharapkan, dengan lahirnya daya kreatif dan daya inovatif yang baik. Seorang kreator atau seorang inovator akan mendapatkan kemenangan (baca: kebahagiaan). Hal itu juga diapresiasi oleh Nabi saw dengan dua sabda beliau,
مَنْ دَلَّ عَلـىَ خَيْرٍ، فَلَهُ مِثْلُ اَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kebaikan. Dia memperoleh pahala seperti yang didapatkan orang yang mengerjakannya" (Hr.Muslim; dari sahabat Ibnu mas'ud r.hu).

مَنْ دَعَا إِلـىَ هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ اُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ، لاَيَنْـقَصُ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئٌ
“Barangsiapa yang mengajak ke jalan hidayah. Dia memperoleh ganjaran sama dengan yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikit pun" (HR.Muslim; dari sahabat Abu Hurairah r.hu).

Jelaslah, dinul Islam sangat mendorong, agar kaum muslimin mukmin menjadi kaum yang kreatif dan penuh inovatif. Yakni, seorang kreator dan seorang inovator yang di dalam berkreasi dan berinovasi tidak bertentangan dengan Neraca Syariat, atau menyelisihi sunnah Rasulullah saw.

Pembelajaran Sifat
Banyak bukti yang menunjukkan saya kreatifitas dan daya inovasi itu mendapatkan apresiasi di jaman Rasulullah saw. Bahkan, kemudian hal itu terus berkembang hingga di kehidupan para salafush shalih. Di antaranya:
1. Inovasi sahabat Bilal bin Abi Rabbah r.hu.
Diriwayatkan, Rasulullah saw pernah bertanya kepada sahabat Bilal seusai shalat subuh, "Wahai Bilal, katakanlah kepadaku apa yang paling kamu harapkan dari amal yang telah kamu lakukan di dalam Islam. Sebab, aku mendengar suara terompahmu di dalam surga." Bilal menjawab, "Bagi saya amal yang paling saya harapkan, ialah saya selalu bersuci tiap saat [selalu dalam keadaan mempunyai wudlu] siang dan malam. Dan, dalam keadaan suci seperti itulah saya menunaikan shalat" (Hr.Bukhari, Muslim, dan Ahmad; dari sahabat Abu Hurairah r.hu. Hadis ini shahih).
Pada riwayat yang lain diterangkan, "Rasulullah saw bertanya kepada sahabat Bilal, "Dengan apakah kamu dapat mendahului aku masuk surga?" Bilal menjawab, "Saya tidak pernah meninggalkan shalat dua rakaat setelah adzan. Pada tiap saat wudlu saya batal [terkena hadas]. Saya segera mengambil air wudlu, dan saya merasa wajib bersembahyang [sunnah] dua rakaat, demi karena Allah." Atas jawaban Bilal ini Rasulullah saw bersabda, "Kamu telah mencapai [martabat itu]." (Hr.Tirmidzi, menurutnya hadis hasan. Dan, Hr.Hakim, menurutnya shahih. Imam adz-Dzahabi mengakuinya sebagai hadis shahih).
Menurut alfaqir apa yang dilakukan sahabat Bilal, adalah buah kreatifitasnya sebagai seorang hamba yang hendak mengejawantahkan penghambaannya kepada Allah. Dialog ini merupakan Pembelajaran Sifat (character learning). Sebab, apa yang diamalkan sahabat Bilal, adalah bagian dari pemahan hadis dalam tema ini (من سنّ في الإسلام سنّة حسنة).
2. Inovasi sahabat Khabbab r.hu.
Diriwayatkan, oleh Imam Bukhari r.hu dalam Shahih-nya, mengenai kreatifitas sahabat Khabbab menunaikan shalat dua rakaat sebagai pernyataan sabar (bela sungkawa) di saat menghadapai seorang muslim yang wafat terbunuh. Lihat juga, dalam Fathul Bârî, Juz VIII, hal.313.
Apa yang telah dilakukan oleh sahabat Khabbab. Menurut alfaqir bagian dari munculnya daya kreatifitas sahabat Nabi saw yang melahirkan tindakan inovasi. Yang tidak lain, pengejawantahan dari hadis dalam tema kajian kita kali ini, "Barangsiapa yang di dalam Islam merintis jalan kebaikan…"
3. Inovasi seorang generasi muslim awal, ketika berdoa dalam shalat.
Diriwayatkan, pada suatu hari sahabat Rifa'ah bin Rafi' r.hu shalat di belakang Rasulullah saw. Saat i'tidal Nabi saw mengucapkan, "Sami'allâhu liman hamidah." Salah seorang makmu ada yang menyusul ucapan Nabi saw itu dengan berdoa, "Rabbanâ lakal hamdu, hamdân katsîrân thayyibân mubârakan fîh." Setelah shalat Nabi saw bertanya, "Siapa tadi yang berdoa?" Orang yang bersangkutan tadi menjawab, "Saya, wahai Rasulullah." Nabi saw bersabda, "Saya melihat lebih dari 30 malaikat berpacu hendak mencatat doa itu lebih dulu." (Hr.Bukhari, Muslim, dan lain-lain).
Doa orang itu benar-benar baru. Dan, Nabi saw belum pernah mengajarkan kepadanya. Karena tidak bertentangan dengan Neraca Syariat dan tidak menyelisihi sunnah. Maka, beliau saw mengapresiasi doa tersebut. Tidak lain, hal ini merupakan bagian character learning kepada umat Islam. Dan, merupakan pengejawantahan dari من سنّ في الإسلام سنّة حسنة.
4. Inovasi seorang generasi muslim awal, saat membaca doa istiftah.
Diriwayatkan, dari sahabat Abdullah bin Umar r.hu, "Di saat orang sudah mulai shalat jama'ah. Datang seseorang agak terlambat. Setelah berdiri di shaf dengan suara agak keras, dia berucap, "Allâhu akbar, kabîraw wal-hamdu lil-lâhi katsîrâ, wa subhânallâhi bukrataw wa ashîlâ." Seusai shalat Rasulullah saw bertanya, "Siapakah tadi yang mengucapkan kalimat itu?" Orang itu menjawab, "Saya, wahai Rasulullah. Demi Allah, saya tidak menghendaki lain kecuali kebaikan dengan mengucapkan kalimat itu." Kemudian, Nabi saw bersabda, "Saya melihat pintu-pintu langit terbuka, karena kalimat itu." Sejak mendengar sabda Rasulullah saw tersebut. Sahabat Abdullah bin Umar tidak pernah ketinggalan mengucapkan kalimat itu di saat memulai shalat (Hr.Shan'ani Abdurrazaq; dalam Kitab al-Mushannaf. Juga diriwayatkan Imam Tirmidzi dengan teks sedikit berbeda; tetapi maknanya sama. Demikian halnya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim).
Inovasi dalam doa istiftah seperti yang terdapat dalam hadis ini. Benar-benar murni sebagai tindakan inovatif yang tidak pernah dipraktekkan oleh Nabi saw. Namun Rasulullah saw memberikan apresiasi yang positif dengan menetapkan reward kepada orang tersebut.
5. Inovasi seorang imam shalat.
Diriwayatkan, dari Ibunda A'isyah r.ha, dia berkata, "Pada suatu saat Rasulullah saw menugaskan seorang dengan beberapa temannya ke suatu daerah untuk menangkal serangan kaum musyrikin. Tiap shalat berjama'ah, selaku imam ia selalu membaca surat al-ikhlas, di samping surah lainnya sesudah al-fatihah. Setelah mereka pulang ke Madinah. Seorang di antaranya memberitahukan persoalan itu kepada Rasulullah saw. Beliau menjawab, "Tanyakanlah kepadanya apa yang dimaksud." Atas pertanyaan temannya itu orang yang bersangkutan menjawab, "Karena surat al-ikhlas itu menerangkan sifat ar-Rahmân. Dan, saya suka sekali membacanya." Ketika jawaban itu disampaikan kepada Rasulullah saw. Beliau berpesan, "Sampaikan kepadanya, bahwa Allah menyukainya." (Hr.Bukhari; dalam Kitabut tauhid).
Si imam itu melakukan kreatifitas di dalam memilih surat al-ikhlas sebagai surat favoritnya. Hal itu tidak pernah dilakukan Nabi saw. Tapi terbukti, Nabi saw mengapresiasinya dengan sebuah reward.
6. Inovasi dalam menetapkan surat al-ikhlas, yang selalu dibaca di setiap shalat setelah membaca al-qur`an.
Diriwayatkan, dari sahabat Anas bin Malik r.hu, "Beberapa orang menunaikan shalat berjama'ah di Masjid Quba`. Orang yang mengimami shalat itu setelah membaca surat al-fatihah, dan satu surat yang lain selalu menambahnya dengan membaca surat al-ikhlas. Demikian yang dilakukan olehnya tiap rakaat. Seusai shalat orang-orang yang makmum menegur, "Mengapa engkau setelah mambaca surat al-fatihah dan surah lainnya, selalu menambah lagi dengan surat al-ikhlas? Sebenarnya engkau dapat memilih, membaca surah yang lain dan meninggalkan surat al-ikhlas. Atau, membaca surat al-ikhlas dan tidak usah membaca surah yang lain!" Orang yang mengimami shalat itu menjawab, "Tidak. Saya tidak mau meninggalkan surat al-ikhlas. Kalau kalian setuju, saya mau mengimami kalian untuk seterusnya. Tetapi jika kalian tidak suka. Saya tidak mau mengimami kalian." …Setibanya di Madinah mereka menemui Rasulullah saw. Memberitahukan persoalan itu kepada beliau. Kepada orang yang mengimami shalat berjama'ah itu Rasulullah saw bertanya, "Wahai fulan, apa sesungguhnya yang membuatmu tidak mau menuruti permintaan teman-temanmu dan terus-menerus membaca surat al-ikhlas pada setiap rakaat?" Orang itu menjawab, "Wahai Rasulullah, saya sangat mencintai surat itu." Nabi saw, lalu bersabda, "Kecintaanmu kepada surah itu akan memasukkan dirimu ke dalam surga." (Hr.Bukhari; dalam Kitabush Shalah).
Inilah sebuah inovasi yang berujung mendapatkan reward dari Rasulullah saw. Dikarenakan terdapatnya unsur cinta seorang hamba dengan apa yang dilakukannya. Mengenai hal ini al-Imam Nashiruddin Ibnul Munir r.hu berkomentar, "Niat (tujuan) dapat mengubah kedudukan hukum suatu perbuatan."

Perubahan Perilaku
Banyak sekali bukti apresiasi Rasulullah saw terhadap tindakan kreatif dan inovatif yang dilakukan oleh para sahabatnya, dan para generasi muslim awal. Dan, tindakan kreatif dan inovatif itu dilanjutkan terus, hingga akhirnya menjadi sebuah habits baru di kalangan umat Islam.
Karenanya, sangat disayangkan, dan menurut alfaqir hal itu sebagai tindakan yang tidak bijaksana. Sebab, pendapat-pandapat sumbang itu menolak terjadinya kreatifitas dan inovasi di kalangan kaum muslimin. Hal itu benar-benar dapat memasung kreatifitas umat Islam.
Layaklah apabila kita mewaspadi setiap upaya yang berusaha untuk mengendorkan rasa cinta kepada Nabi saw, kepada ahli bait, menipiskan iman dengan merasionalkan wilayah ghaib, mengafirkan sesama saudara muslim; bahkan lebih jahat dari itu semua.
Jangan-jangan kita dibuat terlena oleh para musuh Islam yang menghendaki kita terkoyak lagi terkotak. Sementara, mereka melakukan "proyek besar". Yang tujuannya tidak lain menghancurkan umat Islam dari dalam tubuh umat Islam sendiri. Terbukti, konspirasi mereka telah ditelan mentah oleh sebagian umat Islam. Seperti: tersekatnya umat Islam dengan masjid, tersekatnya umat Islam dengan al-qur`an, dan tersekatnya umat Islam dengan sesama saudara muslim.
Itulah sebabnya, kita harus segera melakukan Perubahan Perilaku (behavior transformation). Sehingga kita dapat membongkar tembok kejumudan, yang secara sengaja dipasang oleh para musuh Islam dengan melalui sebagian umat Islam, bahkan para ulama; yang keagamaan dan keberagamaan mereka menggunakan hawa nafsu mereka.
• Cara Berpikir dan Cara Hidup kita harus dicheck terus untuk disesuaikan dengan sunnah Rasulullah saw, atsar sahabat (juga tabi'in dan tabi'ut-tabi'in), dan menjadikan salafush shalih sebagai muaranya.
• Segera kembali untuk mereferensi, setelah al-qur`an dan al-mizan, kepada ulama mujtahid. Tanpa harus bersifat prejudice kepada mereka, sekali pun kita bersikap kritis.
• Berhati-hatilah dengan pendapat yang "kontroversial". Dan, renungkan selalu firman-Nya,
             
"Maka, apakah mereka tidak memperhatikan al-qur`an? Kalau kiranya al-qur`an itu bukan dari sisi Allah. Tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya" (Qs.an-Nisâ` [4]: 82).

• Marilah terus-menerus berusaha untuk menjadi orang baik, agar kita kelak dikenang sebagai seorang hamba Allah yang baik.
Kita harus sadar, dinul Islam terlalu luas untuk diterjemahkan oleh sebuah komunitas. Atau, diterjemahkan oleh orang per orang, sekali pun orang itu jenius. Mereka tidak akan pernah tahu akan maksud Allah yang sebenarnya.
Marilah kita ber-Islam dengan saling melengkapi kekurangan dan kelebebihan kita masing-masing. Sehingga kreatifitas dan inovasi yang terjadi, akan menjadi Multi Level Dakwah (MLD) yang sekaligus menjadi Multi Level Pahala (MLP); isnya Allah. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar