Jumat, 17 September 2010

Buah Jihad; Kemuliaan Di Sisi Allah

عَنْ أَنَـسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ، غَابَ عَـمِّي أَنَـسُ بْنُ النَّـضْرِ، عَنْ قِـتَالِ بَـدْرٍ، فَقَالَ يَارَسُـولَ اللهِ، غِـبْتُ عَنْ أَوَّلِ قِتَالٍ قَاتَلْتَ الْمُشْرِكِينَ، لَئِنِ اللهُ أَشْـهَدَنِي قِتَالَ الْمُشْرِكِيْنَ لَيَرَيَنَّ اللهُ مَا أَصْـنَعُ، فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ أُحُدٍ وَانْكَشَفَ الْمُسْلِمُوْنَ قَالَ،
﴿ اللَّـهُمَّ إِنِّـي أَعْـتَذِرُ إِلَـيْكَ مِمَّا صَـنَعَ هَؤُلاَءِ يَعْـنِي أَصْحَابَهُ وَأَبْـرَأُ إِلَـيْكَ مِمَّا صَـنَعَ هَؤُلاَءِ يَعْـنِي الْمُشْرِكِيْنَ
ثُمَّ تَقَـدَّمَ فَاسْـتَقْـبَلَهُ سَـعْدُ بْنُ مُـعَاذٍ، فَقَالَ يَاسَـعْدُ بْنَ مُـعَاذٍ الْجَـنَّةَ وَرَبِّ النَّـضْرِ إِنِّـي أَجِـدُ رِيْحَـهَا مِنْ دُوْنِ أُحُدٍ
قَالَ سَـعْدٌ فَمَا اسْـتَطَـعْتُ يَارَسُـوْلَ اللهِ مَا صَـنَعَ
قَالَ أَنَـسٌ فَوَجَـدْنَا بِهِ بِضْـعًا وَثَمَانِيْنَ ضَرْبَةً بِالسَّـيْفِ أَوْ طَعْـنَةً بِرُمْحٍ أَوْ رَمْـيَةً بِسَـهْمٍ، وَوَجَدْنَاهُ قَدْ قُـتِلَ وَقَدْ مَـثَّلَ بِهِ الْمُشْرِكُونَ، فَمَا عَرَفَهُ أَحَـدٌ إِلاَّ أُخْـتُهُ بِبَـنَانِهِ
قَالَ أَنَـسٌ كُـنَّا نُـرَى أَوْ نَظُـنُّ أَنَّ هَـذِهِ اْلآيَةَ نَزَلَتْ فِـيهِ وَفِي أَشْـبَاهِهِ:

Dari sahabat Anas bin Malik r.hu, ia berkata, “Pamanku Anas bin Nadlar tidak hadir pada Perang Badar, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak hadir pada awal peperangan yang engkau memerangi kaum musyrikin. Sungguh jika Allah menyaksikan di dalam peperangan melawan kaum musyrikin niscaya Allah akan melihat apa yang aku perbuat.” Maka, ketika Perang Uhud, dan kaum muslimin mengalami kekalahan, beliau berkata,

“Aku meminta maaf kepada Mu, ya Allah, dari apa yang mereka [para sahabat] perbuat. Aku berlepas diri kepada Mu dari apa yang mereka [kaum musyrikin] perbuat.”
Kemudian, dia maju. Dan, Sa’ad bin Mu’ad menyambutnya. Dia berkata, “Wahai Sa’ad raihlah surga, demi Rabb an-Nadlar, sungguh aku menemukan baunya di balik Uhud.”
Sa’ad berkata, “Aku tidak mampu wahai Rasulullah untuk berbuat apa yang ia perbuat.”
Anas berkata, “Maka, kami temukan pada dirinya 80 lebih tebasan pedang, tusukan tombak, dan lemparan panah. Kami temukan dia telah terbunuh. Dan, kaum musyrikin telah mencincangnya. Maka, tidak ada seorang pun yang mengetahui, kecuali saudara perempuannya dengan mengenali pakaiannya [dengan ujung jarinya].”
Anas berkata, “Kami yakin, bahwa ayat ini turun pada dirinya dan orang-orang yang semisalnya, “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah (Qs.al-Ahzāb [33]: 23).” (Takhrij Imam Ibnu Hajar al-Asqalani r.hu, Kitâb Targhib wa Tarhib, hadis nomor 440).

Kedudukan Hadis
Hadis ini disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Akan tetapi, teks hadis ada pada Imam Bukhari dalam Shahih-nya, bab Qaulu-llāh Minal Mu`minīna juz IX, hlm. 376, hadis nomor 2595

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ لَئِـنِ اللهُ أَشْـهَدَنِي قِتَالَ الْمُـشْرِكِيْنَ لَيَرَيَنَّ اللهُ مَا أَصْـنَعُ ﴾
“Sungguh jika Allah menyaksikan di dalam peperangan melawan kaum musyrikin niscaya Allah akan melihat apa yang aku perbuat”

Dinul Islam telah mengajarkan kepada umatnya tentang pentingnya jihād fī sabīlillāh (membela agama Allah). Barangsiapa memiliki semangat jihad yang tinggi dengan melakukan pengurbanan, baik harta maupun jiwanya semata karena mengharap ridla Allah, niscaya Allah akan menempatkan dalam derajat yang tinggi pula di surga-Nya. Sebagaimana dijaminkan dengan firman-Nya,


“Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong [dinul Islam] milik Allah, niscaya [Allah] akan menolong kalian, dan meneguhkan kedudukan kalian” (Qs.Muhammad [47]: 7).

Apabila seseorang melakukan pengurbanan dalam membela agama Islam. Ia mendapatkan pahala di sisi-Nya. Sekali pun pengurbanan yang dilakukan tersebut hanyalah "seberat dzarrah".
Jihad di jalan Allah merupakan amal perbuatan yang paling disukai Allah swt. Dengan jihad, berarti seseorang benar-benar membuktikan, bahwa dirinya berusaha memperjuangkan agama Allah. Dia sudah tidak memperhatikan lagi harta dan jiwanya. Karena yang ada dalam Cara Berpikir-nya, “bagaimana agama Allah menjadi jaya di muka bumi ini.”
Dalam konteks kekinian, jihād fī sabīlillāh memiliki makna yang sangat luas. Namun prinsipnya tetap sama. Yakni, menyi’arkan dinul Islam dan membela dinul Islam.
Boleh jadi, suatu ketika jihad dimaknai perang membela agama Islam. Di saat yang berbeda, dapat juga, jihad dipahami mengendalikan hawa nafsu diri sendiri. Atau, dapat pula jihad diartikan dengan upaya yang sungguh-sungguh dari setiap kegiatan di dalam menyi’arkan agama Islam.

Pemahaman Hadis
1. (إني أجـد ريحَها من دُوْنِ أُحُـدٍ) Innī ajidu rīhuhā min dūni uhudin.
Kata ajidu berarti: aku menemukan. Sedangkan kata rīhun berarti: bau.
Artinya, sahabat Anas bin Nadlar telah mencium bau surga sebelum mengikuti Perang Uhud. Sehingga ia meyakini bahwa dirinya akan mati sebagai syahid dengan mengikuti perang tersebut. Di mana telah dijanjikan oleh Rasulullah saw, bahwa orang yang mati syahid akan dimasukkan oleh Allah azza wa jalla ke dalam surga-Nya.
Semangat untuk mati syahid dan bayangan surga itulah yang menjadikan sahabat Anas bin Nadlar untuk maju ke medan perang melawan kaum musyrikin. Sahabat Anas benar-benar memiliki foccusPOWER.
2. (مَا صَنَعَ فمَا اسْـتطـعْتُ) Famas-tatha’tu mā shana’a.
Kata mas-tatha’tu berarti: aku tidak mampu. Maksudnya, sahabat Sa’ad bin Mu’ad memberitahu Rasulullah saw. Bahwa, ia tidak mampu melakukan apa yang dilakukan sahabat Anas bin Nadlar r.hu.
Ia juga mengisahkan, bagaimana keberanian sahabat Anas bin Nadlar di dalam perang melawan kaum musyrikin. Ia berperang seolah-olah menjemput kematiannya. Ia tidak menghiraukan apa yang akan terjadi pada dirinya. mindSET pikirannya, hanya terfokus untuk mati syahid dan menjadi penghuni surga.
3. (فوجـدْنَا بهِ بضْـعًا وَثمَانيْنَ ضَرْبَة) Fawajadnā bihī bidl’aw-wa tsamānīna dlarbatan.
Maksudnya, jenazah sahabat Anas bin Nadlar. Ketika ditemukan pada tubuhnya terdapat 80 luka-luka. Hingga tubuhnya tidak dikenali lagi. Melainkan hanya dikenali oleh seorang saudara perempuanya.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Kisah di atas patut kita jadikan Pembelajaran Sifat untuk memotivasi diri kita, agar kita memiliki semangat yang besar dalam ber-jihād fī sabīlillāh.
Adalah, sahabat Anas bin Nadlar, seorang sahabat yang merasa menyesal karena tidak ikut dalam Perang Badar. Akan tetapi, ia berjanji kepada Allah bahwa ia akam mengikuti peperangan membela agama Islam.
Janji kepada Allah azza wa jalla itu ia buktikan dengan mengikuti Perang Uhud. Di mana kaum muslimin mengalami kekalahan. Termasuk gugurnya sahabat Anas bin Nadlar sebagai syuhada` Uhud bersama paman Rasulullah saw; Sayyidina Hamzah bin Abdulmuththallib r.hu.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Milikilah semangat jihad yang tinggi di dalam kehidupan keseharian, baik jihad melawan kaum musyrikin atau pun jihad melawan hawa nafsu.
2. Ber-azzam-lah dengan sepenuh hati untuk mati syahid, niscaya Allah azza wa jalla akan mengabulkan walaupun anda mati di tempat tidur.
3. Contohlah semangat para sabahat dalam membela dinul Islam. Di mana mereka berlomba-lomba untuk mengurbankan harta benda dan jiwanya.

Oase Pencerahan
Barangsiapa berjuang di jalan Allah. Apabila wafat, maka ia akan wafat sebagai syahid. Barangsiapa mati syahid, semua dosanya diampuni Allah azza wa jalla. Alangkah bahagianya orang yang ditakdirkan-Nya mati syahid.
Sebagai umat Rasulullah saw. mindSET pikiran kita mulai sekarang. Bahwa, dalam kehidupan ini harus berusaha sekuat tenaga untuk berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa serta ber-azzam untuk mati syahid. Ingatlah pesan Allah azza wa jalla dalam firman-Nya,

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kalian Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari adzab yang pedih?10 [Yaitu], kalian beriman kepada Allah, rasul-Nya, dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Itulah yang lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui.11 Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan, [memasukkan kalian] ke tempat tinggal yang baik di dalam surga 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar12” (Qs.ash-Shaff [61]: 10-12).

Seseorang yang telah berjanji kepada Allah azza wa jalla harus menepati janjinya. Seperti yang dilakukan sahabat Anas bin Nadlar r.hu. Ia menepati janji untuk Allah awt dengan mengurbankan diri di medan perang, guna melawan kaum musyrikin. Seseorang yang telah menepati janji diabadikan dengan firman-Nya,

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Maka, di antara mereka ada yang gugur. Dan, di antara mereka ada [pula] yang menunggu-nunggu [apa yang telah Allah janjikan kepadanya]. Dan, mereka tidak merubah [janjinya].23 Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Mahapengampun lagi Mahapenyayang24” (Qs.al-Ahzâb [33]: 23-24). [ ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar