Jumat, 17 September 2010

Menjadi Magnetnya Manusia

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  عَنْ النَّـبِيِّ J قَالَ:
﴿ إِنَّ اللهَ  أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِـبْرِيلَ ، فَقَالَ: يَاجِـبْرِيلُ إِنِّي أُحِـبُّ فُلاَنًا فَأَحِـبَّهُ، قَالَ: فَيُحِـبُّهُ جِبْرِيلُ ، قَالَ: ثُمَّ يُنَادِي فِـي أَهْلِ السَّـمَاءِ إِنَّ اللهَ يُحِـبُّ فُلاَنًا، قَالَ: فَيُحِـبُّهُ أَهْلُ السَّـمَاءِ، ثُمَّ يُوْضَعُ لَهُ الْقَـبُولُ فِي اْلأَرْضِ، وَإِنَّ اللهَ  إِذَا أَبْـغَضَ عَـبْدًا دَعَا جِـبْرِيلَ، فَقَالَ: يَاجِـبْرِيلُ إِنِّي أُبْـغِضُ فُلاَنًا فَأَبْغِـضُهُ، قَالَ: فَـيُبْـغِضُهُ جِـبْرِيلُ، ثُمَّ يُنَادِي فِـي أَهْلِ السَّـمَاءِ إِنَّ اللهَ  يُبْـغِضُ فُلاَنًا فَأَبْغِضُوْهُ، قَالَ: فَـيُبْـغِضُهُ أَهْلُ السَّـمَاءِ ثُمَّ تُوْضَعُ لَهُ الْبَـغْضَاءُ فِـي اْلأَرْضِ ﴾
Dari sahabat Abu Hurairah r.hu, dari Nabi Muhammad saw dia bersabda,

"Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba. Dia memanggil malaikat Jibril, lalu berfirman kepadanya, “Sesungguhnya Aku mencintai fulan, maka cintailah dia.” Lalu, malaikat Jibril mencintainya. Kemudian, malaikat Jibril berseru di langit, seraya mengatakan, “Sesungguhnya Allah mencintai fulan. Karena itu cintailah dia oleh kalian.” Maka, seluruh penduduk langit mencintainya. Lalu, hamba tersebut dicap sebagai orang yang dikabulkan doanya di bumi. Apabila Allah membenci seseorang hamba. Dia memanggil malaikat Jibril, seraya berfirman,” Sesungguhnya Allah membenci fulan. Karena itu bencilah kalian kepadanya.” Kemudian, dia dicap sebagai orang yang dibenci di muka bumi" (Hr.Ahmad).

Kedudukan Hadis
Ditakhrij oleh Imam Ahmad r.hu, Juz IXX, hal.28, hadis nomor 8984. Lihat juga Kitab Mukhtarul Ahadis, Sayyid Ahmad al-Hasyimi, hal.995, th 2005.

Kunci Kata (Miftâhul Kalâm)
﴿ ثُمَّ يُوْضَـــــعُ لَهُ الْقَــــبُولُ فِي اْلأَرْضِ ﴾
“Lalu, hamba tersebut dicap sebagai orang yang dikabulkan doanya di bumi”

Di dunia ini ada hamba Allah yang doanya dikabulkan. Dan, ada pula seorang hamba yang doanya tertolak di sisi-Nya. Lantaran hamba tersebut dibenci oleh Allah. Yang menjadi pertanyaan, mengapa ada seorang hamba Allah itu yang dibenci-Nya dan dikabulkan doa-Nya. Mutlak itu adalah hak Allah azza wa jalla yang Mahamengetahui segala sesuatu yang ghaib, untuk membenci atau mencintai hamba-Nya.
Janji Allah di atas telah jelas, jika Dia mencintai hamba maka hamba tersebut akan diberi tanda khusus yang mudah dikenal oleh malaikat. Tanda itu adalah berupa dikabulkannya doa hamba yang telah dicintai oleh Allah tersebut.
Kata al-qabûlu fil-ardli (الـقبول في الأرض). Artinya, hamba tersebut diterima oleh masyarakat bumi. Yakni, hamba tersebut bisa menjadi "magnet" dalam kebaikan yang bermanfaat bagi orang lain dengan tujuan yang satu satu, yaitu mencintai Allah. Dan, inilah yang layak kita sebut sebagai waliullah (kekasih Allah).
Sudah barangtentu hamba yang dicintai Allah, adalah orang-orang yang senantiasa berpegang teguh dan taat kepada Neraca Syariat.
Mereka itu ibarat anak-anak yang selalu taat perintah kedua orang tuanya, sehingga orang tua senantiasa memberikan segala yang diminta oleh anaknya. Karena orang tua tersebut telah mencintainya.
Sangatlah tidak masuk akal, jika seorang anak yang tidak taat kepada kedua orang-tuanya mengharapkan apa yang diinginkan selalu menjadi kenyataan. Sebagaimana orang yang senantiasa bermaksiat kepada Allah dan Rasulullah saw berharap doanya dikabulkan. Sungguh sangat jauh dari harapan.

Pemahaman Hadis
1. (إن الله عـزوجل) inna-llâha 'azza wa jalla.
Allah-lah Dzat yang Mahakuasa, Mahaberkehendak, dan kepada Dia-lah semua makhluk, baik yang tampak maupun yang ghaib akan kembali kepada-Nya. Dia-lah Allah. Sumber dari segala sumber. Sebab dari setiap sebab. Dan, pusat gantungan dari setiap makhluk.
Seorang hamba disadarkan, sekaligus dicerahkan dengan keberadaan Allah azza wa jalla, yang memang Mahaperkasa dan Maha-agung. Dia (Allah) merupakan sandaran iman dari setiap mukmin. Dia (Allah) tujuan akhir dari setiap manusia yang berserah diri hanya kepada-Nya.
Huruf inna (إن) yang berada di depan kata Allah (الله). Sebagai penguat yang bersifat mutlak. Bahwa, tidak ada keperkasaan dan keadungan yang sejati kecuali, Dzat Allah jalla jalâluh.
2. (إذا احـبّ) idzâ ahabba.
Kata ini menunjukkan, bahwa dari para hamba-Nya, ada hamba Allah yang dicintai-Nya. Bahkan, berdasarkan redaksi teks, seorang hamba yang sangat dicintai-Nya.
Konteks cinta di sini, adalah cinta Allah azza wa jalla buat para hamba-Nya yang tinggal di bumi. Jadi, jelaslah bahwa, di muka bumi ada orang yang dicintai Allah swt. Dan, sebab keberadaan hamba Allah yang dicintai oleh Allah itulah, sehingga kehidupan bumi menjadi: Sehat, Sejahtera, dan Bahagia.
3. (عـبدا) ’abdan.
Pemahaman dari kata 'abdan, adalah hamba, budak, dan dalam konteks bahasa Jawa, ia berarti batur atau jongos. Yang tugasnya memberikan pelayanan kepada bendoro (tuan)-nya. Harus menurut. Tidak dapat menolak atau membantah. Seorang abdi harus tunduk lagi patuh dengan tuannya.
Demikianlah keberadaan seorang hamba Allah. Secara mutlak, dia harus tunduk lagi patuh kepada-Nya. Barangsiapa mengingkarinya, berarti telah melakukan pembangkaan (bermaksiat) kepada Allah azza wa jalla.
Jika seseorang merasa sebagai hamba Allah, maka dia harus terus-menerus mengabdi kepada-Nya. Hingga suatu saat Dia memberikan ijin untuk tidak lagi mengabdi. Itulah saat yang disebut sebagai saat kematian.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Marilah terus belajar kepada para hamba Allah yang telah mendapatkan cinta-Nya. Mereka itulah para hamba Allah yang di keseharian hidupnya telah mendapatkan ridla-Nya. Sebagaimana dinyatakan-Nya,
 •     •         •          
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama [masuk Islam] dari golongan muhajirin dan anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridla kepada mereka dan mereka pun ridla kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar" (Qs.at-Taubah [9]: 100).

Para sahabat nabi, mereka adalah para hamba Allah yang telah mendapatkan cinta-Nya juga ridla-Nya. Maka, para sahabat nabi mendapatkan kemuliaan yang berupa terkabulnya di setiap kali berdoa. Semua itu dapatkan mereka, karena di dalam mencintai Allah dan Rasulullah saw 100%. Mereka tidak pernah ragu dengan keimanan mereka. Bagaimana dengan keimanan kita?
Guna menuju ke sana, setidaknya ada tips yang sederhana yang harus segera dimiliki. Yaitu:
1. Jadilah orang yang sabar.
Dasarnya,
ª!$#ur =Ïtä† tûïÎŽÉ9»¢Á9$#
"Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar" (Qs.Ali Imrân [2]: 146).

2. Jadilah orang yang adil.
Dasarnya,
( ¨bÎ) ©!$# =Ïtä† šúüÏÜÅ¡ø)ßJø9$#
"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil" (Qs.al-Hujurât: 9).

Dan, masih banyak lagi para hamba Allah yang dicintai Allah swt di muka bumi. Dan, hal itu hanya Allah yang Mahatahu. Buat kita, marilah terus berusaha CC 100% dengan Neraca Syariat. Artinya, apa pun yang dialami, dipikirkan, dikerjakan, dihasilkan, dan diperbuat harus sejalan dengan Neraca Syariat.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
Setelah belajar dari hadis pada tema di atas. Segeralah merubah perilaku kita, dengan jalan:
1. Cintailah Allah melebihi apa pun. Sebagai refleksi langsung dari sikap mental dan perilakunya di dalam menomor-satukan Allah.
2. Hamalatal qur`an segera jadikan habits kemusliman.
3. Tinggalkan segenap hal yang dapat menjadikan jauh dari Allah, dan yang menjadikan terhijab dengan al-qur`an.
4. Terima dengan rasa keimanan yang sangat tinggi, bahwa diri anda adalah seorang hamba Allah. Tidak lebih dari itu.
5. Segera amalkan 8 Habits Keseharian Muslim: Menomor-satukan Allah; Jujur; Ikhlas; Syukur; Sabar; Tawadlu`; Malu (Haya` 'inda-llâh); dan Takut (Khasyyatullah).
6. Wujudkanlah rasa cinta kepada Allah dengan selalu menyebut-Nya, menuruti perintah-Nya, berani berkurban karena-Nya, dan selalu bersemangat "bersama"-Nya.

Oase Pencerahan
Dengan membaca al-qur`an. Lalu, memahami kandunganya seorang hamba Allah, insya Allah akan dianugerahi ilmu pengetahuan diniah. Yang dengan ilmu tersebut dia akan semakin malu dan takut dengan-Nya. Disebabkan, secara sadar, dia semakin menomor-satukan Allah, jujur, dan ikhlas. Niscaya dia akan menjadi seorang hamba Allah yang sukses dan cintai oleh Allah azza wa jalla.
Berperilaku dan beramalah mulai saat ini sesuatu yang bisa mendatangkan cinta Allah kepada kita. Sadarlah bahwa sudah banyak waktu yang terbuang dari diri kita untuk sesuatu yang jauh dari aspek mendatangkan cinta dari Allah.
Dan, ketika cinta Allah itu telah datang dan bersemayam dalam diri seorang hamba. Maka, itulah anugerah yang tiada tara dan tiada bandingannya. Karenanya, semua makhluk langit maupun bumi pun akan mencintai hamba tersebut. Disebabkan, cinta Allah telah "berlabuh" kepada hamba itu.
Tidaklah mengherankan jika binatang buas, angin kencang, badai laut akan "tunduk" kepada para hamba yang telah mencapatkan cinta-Nya. Itulah hamba yang beruntung di dunia dan akhirat.
Selain itu dia akan menjadi "magnet" manusia dalam hal kebaikan dan segala hal yang selalu bertujuan kepada Allah swt, seperti: dzikrullah, puasa, berbakti kepada kedua orang tua, tahajud, menuntut ilmu, dsb. Sebagaimana yang telah terjadi pada diri nabiullah, rasulullah, ashfiya`, dan aulia`.
Wahai orang-orang yang beriman, tolonglah agama Allah, niscaya kalian ditolong Allah. Karenanya, untuk mendapatkan cinta-Nya, di antaranya segera tolonglah agama Allah. Sebagaimana dimaklumkan-Nya, sebagaimana janji Allah dalam Surat Muhammad ayat 7;
$pkš‰r'¯»tƒ z`ƒÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) (#rçŽÝÇZs? ©!$# öNä.÷ŽÝÇZtƒ ôMÎm6s[ãƒur ö/ä3tB#y‰ø%r&
"Hai orang-orang mukmin, jika kalian menolong [agama] Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian" (Qs.Muhammad [47]: 7). []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar